Minggu, 22 Mei 2016

ASKEP CA BLADDER


BAB 1
Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
Kanker kandung kemih lebih sering ditemukan pada pasien-pasien yang berusia di atas 50 tahun dan lebih banyak mengenai laki-laki daripada wanita (3:1).Statistik menunjukkan bahwa tumor ini menyebabkan hampir 1 dari 25 kasus kanker yang terdiagnosis di Amerika Serikat. Ada dua bentuk kanker kandung kemih, yaitu: bentuk superfisial (yang cenderung kambuhan) dan bentuk invasif. Sekitar 80% hingga 90 % dari semua kanker kandung kemih merupakan sel transisional (yang berarti bahwa tumor tersebut berasal dari sel-sel transisionala kandung kemih), sementara tipe lainnya tumor tersebut adalah sel skuamosa dan adenokarsinoma (Brunner & Suddarth 2001).
Neoplasma  adalah suatu kelompok atau rumpun sel neoplastik. Istilah ini biasanya sinonim dengan tumor serta kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus secara terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. Kanker adalah Istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan gangguan pertumbuhan selular dan merupakan kelompok penyakit dan bukan hanya penyakit tunggal (Tambayong 2000).
Kanker adalah pertumbuhan maligna disertai dengan pembelahan sel abnormal, invasi jaringan sekitar, dan metastasis ke sisi yang jauh. Istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan malignan dalam setiap bagian tubuh. Pertumbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan berkembang dengan mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya. Sedangkan Carsinoma adalah pertumbuhan kanker pada jaringan epitel (Tambayong 2000).
Buli–buli adalah tempat penampungan urine yang berasal dari ginjal.Kanker buli-buli adalah tumor ganas yang didapatkan dalam buli-buli (kandung kemih). Dinding vesika urinaria dilapisi olehsel transisional dan sel skuamosa. Lebih dari 90% kanker vesika urinaria berasal dari sel transisional dan disebutkarsinoma sel transisional, sisanya adalah karsinoma sel skuamosa.
Sebagai perawat kita perlu memahami proses terjadinya kanker kandung kemih ini, sehingga kita bisa memberikan asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien dengan kanker kandung kemih                      
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1        TujuanUmum
Setelah proses pembelajaran mata kuliah Keperawatan Perkemihan I diharapkan mahasiswa semester 6 dapat mengerti dan memahami konsep teori dan asuhan keperawatan pada klien dengan Cancer Bladder dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
1.2.2        TujuanKhusus
1.      Untuk mengetahui definisi dari Cancer Bladder
2.      Untuk mengetahui Klasifikasi dari Cancer Bladder
3.      Untuk mengetahui etiologi dari Cancer Bladder
4.      Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Cancer Bladder
5.      Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dari Cancer Bladder
6.      Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk Cancer Bladder
7.      Untuk mengetahui patofisiologi/ WOC Cancer Bladder
8.      Untuk mengetahui pencegahan dari Cancer Bladder
9.      Untuk mengetahui komplikasi Cancer Bladder
10.  Untuk mengetahi prognosis Cancer Bladder
11.  Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Cancer Bladder
1.3  Manfaat
Penulisan makalah ini sangat diharapkan bermanfaat bagi seluruh pembaca dan penulis untuk mengetahui dan menambah wawasan tentang Konsep Teori dan Asuhan Keperawatan, terutama Asuhan Keperawatan pada klien dengan Cancer Bladder


BAB 2
Tinjauan Pustaka

2.1  Anatomi Fisiologi Kandung Empedu
2.1.1   Anatomi
 







                                               


Gambar 1
Struktur anatomi sistem perkemihan  pada laki-laki (Encyclopedia Britanica, 2008)

Sistem perkemihan pada manusia terdiri atas ginjal beserta salurannya, ureter, buli-buli dan uretra. Secara anatomis saluran kemih dipisahkan menjadi tiga Bagian yaitu, saluran kemih bagian atas, saluran kemih bagian tengah, dan saluran kemih bagian bawah. Saluran kemih bagian atas berawal dari kalik minor ginjal dan berakhir sampai muara ureter pada kandung kemih, saluran kemih bagian tengah terdiri dari kandung kemih, dan saluran kemih bagian bawah mulai dari orifisium eksternum (Tanagho & Emil, 2007). Dalam bukunya beliau juga memberikan uraian tentang oragan yang berperan penting dalam sistem perkemihan antara lain:
1.    Ginjal
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga  retroperitoneal bagian bawah, antara  vertebra thorakal dua belas atau  lumbal satu dan empat. Besar dan berat ginjal sangat bervariasi tergantung pada jenis kelamin dan umur. Ukuran ginjal orang dewasa rerata panjang 11,5 cm, lebar 6 cm dan tebal 3,5 cm. Beratnya antara 120-170 gram atau kurang lebih 0,4% dari berat badan. Secara anatomis posisi ginjal kanan lebih rendah dibanding ginjal kiri, juga bentuk glandula suprarenalis kanan dan kiri tidak sama. Letak anatomis dan bentuk kedua ginjal yang tidak sama akibat dari posisi dan bentuk dari hati. Karena posisi aorta abdominalis dan vena kava inferior membujur ke kanan dan kiri diantara kedua ginjal menyebabkan panjang pendeknya arteri dan vena renalis kanan berbeda dengan arteri dan  vena renalis kiri. Tiap ginjal menerima suplai darah kurang lebih 25% dari isi sekuncup jantung. Ginjal mendapatkan aliran darah dari arteri renalis yang merupakan cabang langsung dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena dialirkan melalui vena renalis yang bermuara ke dalam  vena kava inferior. Sistem arteri ginjal adalah end arteries  yaitu arteri yang tidak mempunyai anastomosis dengan cabang-cabang dari arteri lain, sehingga jika terdapat kerusakan pada salah satu cabang arteri ini, berakibat timbulnya iskemi  atau nekrosis  pada daerah yang dilayaninya. Selain mempunyai fungsi membuang sisa- sisa metabolisme tubuh melalui urin, ginjal juga berfungsi dalam mengontrol sekresi hormon-hormon aldosteron dan ADH ( anti diuretic hormone) dalam mengatur jumlah cairan tubuh, mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin D, dan menghasilkan beberapa hormon, antara lain eritropoitin yang berperan dalam pembentukan sel darah merah, renin yang berperan dalam mengatur tekanan darah, serta hormon prostalglandin. Urin terbentuk melalui tiga tahap yaitu proses filtrasi, reabsorbsi dan sekresi. Urin terbentuk dari hasil filtrasi darah dalam unit fungsional ginjal yang disebut nephron. Nephron  terdiri atas glomerulus dan tubul  proksimal, ansa henle dan tubulus distal. Tubulus distal bersatu untuk membentuk distal pengumpul, yang kemudian duktus ini berjalan lewat korteks dan medulla renal untuk mengosongkan isinya kedalam pelvis ginjal. Kemudian pelvis ginjal akan membentuk ureter.

2.    Ureter
Ureter merupakan organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan urin dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih. Pada orang dewasa panjangnya kurang lebih 20 cm pada laki-laki dan kira-kira 1 cm lebih pendek pada wanita. Dindingnya terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-otot ureter disusun oleh otot polos sirkuler dan longitudinal yang dapat melakukan gerakan peristaltik untuk mengeluarkan urin ke kandung kemih. Sepanjang perjalanan ureter dari pielum  menuju kandung kemih, secara anatomis terdapat beberapa tempat yang ukuran diameternya sempit. Tempat- tempat penyempitan itu antara lain adalah pada perbatasan antara pelvis renalis dan ureter, tempat ureter menyilang arteri iliaka di rongga pelvis, dan pada saat ureter masuk ke kandung kemih. Ureter masuk ke dalam kandung kemih dalam posisi miring dan berada di dalam otot kandung kemih, keadaan ini bertujuan agar dapat mencegah terjadinya aliran balik urin dari kandung kemih ke ureter pada saat kandung kemih berkontraksi.
3.    Bladder (buli-buli)
Buli-buli adalah organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot detrussor yang saling beranyaman. Di sebelah dalam dan luar berupa otot longitudinal, dan di tengah merupakan otot sirkuler. Otot-otot tersebut saling bersilangan dan berakhir melingkar di leher kandung kemih. Secara anatomi bentuk buli-buli terdiri atas 3 permukaan, yaitu permukaan superior yang berbatasan dengan rongga peritoneum, dua permukaan inferiolateral, permukaan posterior. Kandung kemih berfungsi menampung urin dari ureter dan kemudian mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi. Dinding Kandung kemih mempunyai kapasitas maksimal pada orang dewasa kurang lebih 300 – 450 ml. Pada saat kosong kandung kemih terletak di belakang simfisis dan pada saat penuh terletak di atas simfisis. Untuk sistem persyarafannya kandung kemih dipersyarafi oleh nervus pelvikus sebagai syaraf aferen dan eferen  yang berhubungan dengan medulla spinallis melalui pleksus sakralis (S-2 dan S-3). Di situ juga terdapat syaraf sensorik yang berguna  mendeteksi derajat tegangan pada dinding kandung kemih, dan bertanggung jawab untuk mencetuskan reflek pengosongan kandung kemih. Sedangkan syaraf motoriknya menjalar dalam nervus pelvikus. Sistem persyarafan tersebut bergabung pada sel ganglion yang terletak pada dinding kandung kemih, dan mempersyarafi otot detrussor. Kandung kemih juga menerima syaraf  simpatis melalui nervus hipogastrikus, terutama berhubungan dengan L2 medulla spinalis. Pada sfingter eksternus kandung kemih disyarafi melalui  nervus pudendal,  yang mengontrol otot lurik pada sfingter.
4.    Uretra
Uretra berawal dari leher kandung kemih ( orifisium uretrae  internum) sampai muara terakhir ( orifisium uretrae eksternum). Panjang uretra pada pria dewasa kurang lebih 23 – 25 cm dan berfungsi sebagai kanal komunis untuk sistem reproduksi dan sistem perkemihan. Uretra posterior pada pria terdiri atas uretra pars prostatika, yaitu bagian uretra yang dilingkupi oleh kelenjar prostat dan uretra pars membranae. Uretra anterior terdiri atas pars bulbosa, pars pendularis, fossa navikularis, dan meatus uretra eksterna. Didalam lumen uretra anterior terdapat beberapa muara kelenjar yang berfungsi dalam proses reproduksi, yaitu kelenjar Cowperi yang bermuara di pars bulbosa  dan kelenjar Littre yang bermuara di uretra pars pendularis. Pada wanita uretra hanya berfungsi untuk sistem perkemihan dengan panjangnya kurang lebih 3-5 cm dan berada di bawah simfisis pubis  yang bermuara disebelah anterior  vagina.  Dalam uretra wanita bermuara kelenjar Skene.  Kurang lebih sepertiga medial uretra, terdapat sfingter uretra eksterna yang terdiri atas otot bergaris. Tonus otot sfingter uretra eksterna dan tonus otot Levator ani  berfungsi mempertahankan agar urin tetap berada dalam kandung kemih pada saat perasaan ingin berkemih.

2.1.2   Fisiologi
Salah satu fungsi dari sistem perkemihan adalah untuk mensekresikan urin ke luar tubuh. Tanagho & emil (2007) mengatakan bahwa Urin adalah  hasil filtrasi yang  mengalir dari duktus kolengitas masuk kaliks renalis, meregangkan kaliks renalis  dan meningkatkan aktivitas pacemakernya, yang kemudian mencetuskan kontraksi peristaltik satu sampai lima kali per menit yang menyebar ke pelvis renalis  lalu turun sepanjang ureter, hal itu dapat menyebabkan urin terdorong dari pelvis renalis  menuju kandung kemih. Ketika terisi urin secara perlahan-lahan, otot polos kandung kemih mengalami peregangan, kontraksi berkemih secara spontan, berelaksasi setelah beberapa detik, otot detrussor  berkontraksi, dan tekanan urin kembali ke garis basal. Karena kandung kemih terus terisi, refleks berkemih bertambah sering dan menyebabkan otot detrussor  berkontraksi lebih kuat. Menurut beliau sensasi pertama yang timbul dari pengisan kandung kemih umumnya terjadi ketika sekitar 100-150 ml urin berada dalam kandung kemih. Keinginan buang air kecil sebagian besar muncul ketika kandung kemih terisi 200 – 300 ml urin. Pada jumlah urin 400 ml rasa penuh yang mencolok biasanya akan ditemukan. Proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi disebut miksi. Dalam bukunya beliau menjelaskan ada dua langkah pengosongan kandung kemih, yaitu:
1)   Kandung kemih secara progresif terisi sampai dengan di dindingnya meningkat di atas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah ke dua, terjadinya distensi atau peningkatan tegangan pada kandung kemih mencetuskan reflek I yang menghasilkan kontraksi kandung kremih dan reflek V yang menyebabkan relaksasi dari uretra.
2)   Timbulnya reflek syaraf yang disebut reflek miksi Yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Ketika proximal uretra mengalirkan urin maka akan mengaktifkan reflek II yang akan menghasilkan kontraksi kandung kemih, dan IV sehingga sfingter eksternal dan uretra akan berelaksasi, sehingga urin dapat keluar. Sisa urin dalam ureter akan terdorong keluar karena pengaruh gaya gravitasi pada wanita dan laki-laki karena kontraksi otot volunter. Jika terjadi distensi pada uretra yang bisa disebabkan karena sumbatan, atau kelemahan sfingter uretra maka akan mengaktifkan reflek III, sehingga kontraksi kandung kemih melemah. Meskipun reflek miksi adalah reflek autonomik medulla spinalis, reflek ini juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak. Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah berkemih, bahkan ketika refleks berkemih muncul, yaitu dengan membuat kontraksi tonik terus menerus pada sfingter eksternus kandung kemih sampai mendapat waktu yang baik untuk berkemih. Jika tiba saat berkemih, pusat kortical dapat merangsang pusat berkemih sakral untuk membantu mencetuskan reflek berkemih dan dalam waktu bersamaan menghambat sfingter eksternus kandung kemih sehingga peristiwa berkemih terjadi.
2.2  Definisi
Menurut doenges  (2009)  kanker kandung kemih adalah pertumbuhan maligna dari sel kanker di jaringan epitel dalam kandung kemih yang mana pertumbuhannya bersifat parasit dan merugikan manusia sebagai hospesnya.
Neoplasma yang terbentuk oleh sel-sel abnormal dalam kandung kemih atau buli - buli  terus - menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh (Ach. Tjarrta, 2009).
Dapat disimpulkan bahwa carsinoma buli-buli adalah tumor yang didapatkan pada buli-buli atau kandung kemih oleh sel abnormal yang tumbuh secara terus – menerus dan merugikan bagi manusia sebagai hospes dimana keluhan yang paling sering dikeluhkan adalah hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing warna merah terus.
2.3  Klasifikasi
1. Klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONG-MARSHAL untuk menentukan operasi atau observasi :
a.       T = Pembesaran local tumor primer, ditentukan melalui :
Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah anestesi umum dan biopsy atau tansurethral reseksi.
            Tis       Carcinoma insitu (pre invasive Ca)
Tx       Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat dilakukan
            To        Tanda-tanda tumor primer tidak ada
T1        Pada pemeriksaan bimanual didapatkan massa yang bergerak
T2        Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-buli.
T3        Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau massa nodular yang bergerak bebas dapat diraba di buli-buli.
T3a      Invasi otot yang lebih dalam
T3b      Perluasan lewat dinding buli-buli
T4        Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
T4a      Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina T4b Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam abdomen.      
b.       N = Pembesaran secara klinis untuk pembesaran kelenjar limfe, pemeriksaan kinis, lympgraphy, urography, operative
Nx       Minimal yang ditetapkan kel.Lymfe regional tidak dapat
ditemukan
No       Tanpa tanda-tanda pembesaran kelenjar lymfe regional
N1       Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral
N2       Pembesaran kontralateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional yang multiple
N3       Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang
bebas antaranya dan tumor
N4       Pembesaran kelenjar lymfe juxta regional
c.       M = Metastase jauh termasuk pembesaran kelenjar limfe yang jauh, Pemeriksaan klinis , thorax foto, dan test biokimia
Mx       Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan
                        adanya metastase jauh, tak dapat dilaksanakan
            M1       Adanya metastase jauh
M1a     Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
M1b    Metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal
M1c     Metastase multiple dalam satu terdapat organ yang multiple
M1d    Metastase dalam organ yang multiple
2. Type dan lokasi
Type tumor didasarkan pada type selnya, tingkat anaplasia dan invasi.
1)      Efidermoid Ca, kira-kira 5% neoplasma buli-buli squamosa cell
anaplastik, invasi yang dalam dan cepat metastasenya.
2)      Adeno Ca, sangat jarang dan sering muncul pada bekas urachus
3)      Rhabdomyo sarcoma, sering terjadi pada anak-anak laki-laki
            (adolescent), infiltasi, metastase cepat dan biasanya fatal.
4)      Primary Malignant lymphoma, neurofibroma dan pheochromacytoma, dapat menimbulkan serangan hipertensi selama kencing.
5)      Ca dari pada kulit, melanoma, lambung, paru dan mamma mungkin mengadakan metastase ke buli-buli, invasi ke buli-buli oleh endometriosis dapat terjadi.
2.4  Etiologi
Seperti dengan sebagian besar penyakit kanker, penyebab pasti kanker kandung kemih belum diketahui.  Namun, banyak faktor resiko yang berhubungan dengan penyakit ini. Banyak faktor risiko yang utama adalah lingkungan hidup, seperti merokok dan paparan zat kimia industri tertentu. Studi juga menunjukkan bahwa peradangan kemih kronis, infeksi parasit yang disebut schistosomiasis, dan beberapa obat yang digunakan untuk mengobati kanker adalah lingkungan lainnya yang terkait dengan faktor risiko kanker kandung kemih.
Ada beberapa faktor resiko yang membuat seseorang lebih mungkin untuk mendapatkan penyakit kanker kandung kemih:
1.    GENETIK
Faktor genetik juga akan memainkan peran penting dalam menentukan risiko kanker kandung kemih. Peneliti telah mempelajari efek dari mutasi pada beberapa gen, termasuk FGFR3, RB1, HRAS, TP53 dan TSC1, pada pembentukan dan pertumbuhan tumor kandung kemih. Setiap dari gen tersebut memainkan peran penting dalam mengatur pembelahan sel oleh mencegah sel-sel membagi terlalu cepat atau dalam cara yang tidak terkendali. Perubahan dalam gen ini dapat membantu menjelaskan mengapa beberapa jenis kanker kandung kemih tumbuh dan menyebar lebih cepat daripada yang lain.
Orang yang memiliki anggota keluarga dengan kanker kandung kemih memiliki sebuah peningkatan risiko terjadinya hal tersebut. Dalam beberapa kasus, anggota keluarga ini semua akan terkena sama cancer- menyebabkan kimia.Mereka juga mungkin berbagi perubahan dalam beberapa gen (seperti GST dan NAT ) yang menyebabkan tubuh mereka menjadi lambat untuk memecah racun tertentu, yang dapat membuat mereka lebih mungkin untuk mengembangkan kanker kandung kemih.Sejumlah kecil orang yang mewarisi gen sindrom yang meningkatkan resiko mereka untuk kanker kandung kemih. Misalnya:
 a.       Mutasi dari retinoblastoma ( RB1 ) gen dapat menyebabkan kanker mata pada bayi, dan juga meningkatkan risiko dari kanker kandung kemih.
 b.       Penyakit Cowden, yang disebabkan oleh mutasi dalam gen yang disebut pten, ini terkait terutama untuk kanker payudara dan tiroid.Orang dengan penyakit ini juga memiliki resiko lebih tinggi dari kanker kandung kemih.
 c.       Lynch sindrom ( juga dikenal sebagai turun-temurun, non-poliposis kanker usus atau HNPCC ) terutama terkait dengan kanker usus besar dan endometrium. Orang dengan sindrom ini juga memiliki sebuah peningkatan risiko dari kemih ca.
2.    INFEKSI
Infeksi saluran kemih, batu ginjal dan kandung kemih, dan penyebab lain dari iritasi kandung kemih kronis telah dikaitkan dengan kanker kandung kemih (terutama karsinoma sel skuamosa kandung kemih), tetapi tidak jelas apakah mereka benar-benar menyebabkan kanker kandung kemih. Schistosomiasis (juga dikenal sebagai bilharziasis), infeksi dengan cacing parasit hematobium Schistosoma yang dapat masuk ke dalam kandung kemih, yang disebut juga merupakan faktor risiko untuk kanker kandung kemih. Di negara-negara di mana parasit ini umum (terutama di Afrika dan Timur Tengah), kanker sel skuamosa kandung kemih terlihat jauh lebih sering. Parasit ini adalah sangat jarang penyebab kanker kandung kemih di Amerika Serikat.
3.    LIFESTYLE
a.      Pekerjaan
Pekerja-pekerja di pabrik kimia (terutama pabrik cat), laboratorium, pabrik korek api,tekstil, pabrik kulit, pekerja industri logam dan pekerja pada salon/pencukur rambut sering terpapar oleh bahan karsinogen berupa senyawa amin aromatik ( 2-naftilamin, bensidin, 4-aminobifamil). Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa mekanika otomatis memiliki peningkatan risiko kanker kandung kemih karena eksposur sering mereka untuk hidrokarbon dan minyak bumi berbasis bahan kimia.
b.      Merokok
Merokok adalah faktor risiko yang paling penting untuk kanker kandung kemih. Perokok setidaknya 3 kali lebih mungkin untuk mendapatkan kanker kandung kemih. Merokok menyebabkan sekitar setengah dari kanker kandung kemih pada pria dan wanita. Ketika menghirup perokok, beberapa karsinogen (penyebab kanker bahan kimia) dalam asap tembakau diserap dari paru-paru dan masuk ke dalam darah. Dari darah, disaring oleh ginjal dan terkonsentrasi dalam urin. Bahan kimia dalam urin dapat merusak sel-sel yang melapisi bagian dalam dari kandung kemih, yang akan meningkatkan peluang untuk mengembangkan kanker.
c.       Mengkonsumsi Kopi, pemanis buatan
Kebiasaan mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dansiklamat serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid yang diberikan intravesika,fenastin, opium dan obat antituberkulosa INH dalam jangka waktu lama dapatmenimbulkan resiko timbulnya karsinoma kandung kemih.
4.         MEMPUNYAI RIWAYAT PRIBADI KANDUNG KEMIH ATAU LAIN
Urothelial kanker atau Urothelial karsinoma dapat terbentuk di banyak daerah di kandung kemih serta di lapisan ginjal, ureter dan uretra. Memiliki kanker dalam setiap bagian dari saluran kemih lapisan menempatkan Anda pada risiko yang lebih tinggi memiliki tumor yang lain. Tumor dapat terbentuk di daerah yang sama seperti sebelumnya, atau di bagian lain dari urothelium (lapisan). Hal ini berlaku bahkan ketika pertama tumor dihapus sepenuhnya. Untuk alasan ini, orang-orang yang memiliki kanker kandung kemih membutuhkan tindak lanjut medis dekat, rutin.
2.5  Manifestasi klinis
Kanker kandung kemih karakteristik menyebabkan darah dalam urin, ini dapat terlihat dengan mata telanjang (frank hematuria) atau terdeteksi hanya dengan mikroskop (hematuria mikroskopis). Gejala lain yang mungkin termasuk nyeri saat buang air kecil, sering buang air kecil (Poliuria) atau merasa perlu untuk buang air kecil tanpa hasil. Tanda-tanda dan gejala yang tidak spesifik untuk kanker kandung kemih, dan juga disebabkan oleh kondisi non-kanker, termasuk infeksi prostat dan sistitis. Kanker ginjal juga dapat menyebabkan hematuria.
Berikut merupakan manifestasi klinis yang bisa ditemukan pada pasien Ca Bladder menurut Baughman (2000):
1.    Hematuria atau Gros Hematuria : hematuria (kencing berdarah) adalah dikarenakan ulserasi tumor yang menyebabkan pendarahan. jumlah darah yang keluar bisa sedikit atau banyak. Kalau jumlahnya banyak, dapat terlihat dengan mata, kalau sedikit hanya dapat terlihat dibawah mikroskop. Hematuria kanker kantung kemih memiliki 2 karakteristik, satu adalah hematuria tanpa rasa sakit, dan kedua adalah intermiten, jadi kadang-kadang ada, kadang-kadang tidak ada. bisa membaik sendiri, dan intervalnya kira-kira 2x/beberapa hari atau beberapa bulan, kadang-kadang per 6 bulan. Gejala ini merupakan gejala yang paling umum  dan tidak menimbulkan rasa sakit (95%)
2.    Infeksi kantung kemih: tumor di daerah trigonum kantung kemih dapat merangsang infeksi, yang akhirnya menyebabkan polyuria (sering kencing), urgensi (10%)
3.    Gejala obstruksi saluran kemih: tumor yang bertambah besar dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran kantung kemih. Menyebabkan retensi urin, nyeri pinggang, hidronefrosis dan gangguan fungsi ginjal.
4.    Gejala metastasis: bila kankernya sudah menyebar ke daerah kantung kemih atau kelenjar getah bening, ini dapat menyebabkan nyeri kantung kemih, vagina fistula uretra dan edema ekstremitas bawah. Jika metastasisnya ke organ lain, maka pasien dapat merasakan gejala nyeri tulang, cachexia, gejala-gejala lain (tergantung dengan organ mana yang terkena).
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Biopsi tumor dan mukosa yang berdekatan merupakan tindakan definitive, tetapi prosedur berikut ini juga digunakan :
1.      Urografi ekskretori
2.      Pemindai CT, dapat ditemukan di kelenjar getah bening dan tumor membesar, tingkat akurasi 80%.
3.      Ultrasonografi
4.      Sistoskopi, dapat melihat secara langsung tempat tumbuhnya tumor, ukuran, jumlah, bentuk dan berbagai invasive, pada saat yang sama juga lakukan tes biopsy.
5.      Pemeriksaan bimanual di bawah anesthesia
6.      Pemeriksaan kontras ray, dengan melalui pemeriksaan kontras ray dapat mempelajari keseluruhan kondisi dalam kandung kemih, infiltrasi dan kedalaman tumor, dari hasil radiografi dari renal pelvis dan saluran kencing dapat diketahui apakah terjadi hidronefrosis dan infiltrasi saluran kemih.
Jika kanker kandung kemih dicurigai, dokter akan mengatur sistoskopi, pemeriksaan dimana tabung serat optic fleksibel dengan sumber cahaya digunakan untuk melihat uretra dan kandung kemih. Ini dilakukan di bawah bius lokal atau umum, dimana pengangkatan sejumlah kecil jaringan dari lapisan kandung kemih dapat dilakukan. (Asiancancer 2015)
Scan dari panggul dan perut dapat diatur untuk melihat daerah lain yang mungkin terkena kanker. Scan tulang mungkin dilakukan jika tulang diduga terkena kanker.
2.7 Penatalaksanaan
1.      Terapi Konservatif
Irigasi kandung kemih melalui kateter adalah pencucian kateter urine untuk mempertahankan kepatenan kateter urine menetap dengan larutan steril yang diprogramkan oleh dokter. Karena darah, pus, atau sedimen dapat berkumpul di dalam selang dan menyebabkan distensi kandung kemih serta menyebabkan urine tetap berada di tempatnya (Berman 2009). Ada dua metode untuk irigasi kateter, yaitu :
a.       Irigasi kandung kemih secara tertutup. Sistem ini memungkinkan seringnya irigasi kontinu tanpa gangguan pada sitem kateter steril. Sistem ini paling sering digunakan pada pasien yang menjalani bedah genitourinaria dan yang kateternya berisiko mengalami penyumbatan oleh fragmen lender dan bekuan darah.
b.      Dengan membuka sistem drainase tertutup untuk menginstilasi irigasi kandung kemih. Teknik ini menimbulkan resiko lebih besar untuk terjadinya infeksi. Namun, demikian kateter ini diperlukan saat kateter tersumbat dan kateter tidak ingin diganti (misalnya: setelah pembedahan prostat).
Dokter dapat memprogramkan irigasi kandung kemih untuk klien yang mengalami infeksi kandung kemih, yang larutannya terdiri dari antiseptic atau antibiotik untuk membersihkan kandung kemih atau mengobati infeksi local. Kedua irigasi tersebut menerapkan teknik asepsis steril (Potter & Perry 2005).. Tujuan dari tindakan ini antara lain:
a.       Untuk mempertahankan kepatenan kateter urine
b.      Mencegah terjadinya distensi kandung kemih karena adanya penyumbatan kateter urine, misalnya oleh darah dan pus
c.       Untuk membersihkan kandung kemih
d.      Untuk mengobati infeksi local
(Nursalam 2007)
2.      Tindakan Invasif Minimal
Tindakan invasif minimal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kanker kandung kemih adalah dengan TURB (Transurethral Reseksi Bladder). Prosedur ini, atau yang disebut dengan “reseksi transurethral dari tumor kandung kemih”, umum untuk kanker kandung kemih tahap awal atau mereka yang terbatasi pada lapisan superficial dari dinding kandung kemih. TURB dilakukan berdasarkan hasil diagnose patologis dari pasien kanker kandung kemih. Operasi kanker kandung kemih ini dilakukan di bawah bius total dan dengan melewatkan instrument melalui uretra, yang menghindari memotong melalui perut. Instrumen bedah yang digunakan untuk operasi ini disebut resectoscope. Sebuah loop kawat di salah satu ujung resectoscope digunakan untuk menghilangkan jaringan abnormal atau tumor. Setelah prosedur ini, membakar dasar tumor (fulguration) dapat membantu memastikan bahwa sel-sel kanker yang tersisa dihancurkan. Atau laser energy tinggi dapat digunakan. Dan cystoscope digunakan untuk melihat bagian dalam kandung kemih selama prosedur. (Baughman 2000)
3.      Pembedahan
a. Partial Cystectomy
Sistektomi parsial dilakukan apabila kanker telah menyerang otot tetapi tidak terlalu besar dan hanya terdapat di satu tempat, kadang-kadang dapat diangkat bersama dengan bagian dari dinding kandung kemih tanpa mengambil seluruh kandung kemih. Lubang di dinding kandung kemih kemudian ditutup. Kelenjar getah bening di dekatnya juga diangkat dan diperiksa untuk penyebaran kanker. Hanya sebagian kecil orang dengan kanker yang telah menyerang otot dapat melakukan operasi ini.
Keuntungan utama dari operasi ini adalah kandung kemih dapat dipertahankan dan tidak perlu operasi rekonstruksi.Tetapi kandung kemih yang tersisa mungkin tidak banyak  menampung urin, yang berarti orang tersebut harus buang air kecil lebih sering. Perhatian utama dengan jenis operasi adalah bahwa kanker kandung kemih masih bisa kambuh di bagian lain dari dinding kandung kemih. (American Cancer Society 2013)
b. Radical Cystectomy
Apabila kanker lebih besar atau lebih dari satu bagian dari kandung kemih, sebuah sistektomi radikal ini akan dibutuhkan. Operasi ini menghilangkan seluruh kandung kemih dan kelenjar getah bening di dekatnya. Pada pria, prostat juga diangkat. Pada wanita, ovarium, saluran tuba (tabung yang menghubungkan ovarium dan uterus), uterus (rahim), dan sebagian kecil dari vagina sering diangkat bersama dengan kandung kemih. (American Cancer Society 2013)
4.      Diversi Urin
Diversi urinarius adalah stoma urinarius untukmengalihkan aliran urin dari ginjal secaralangsung ke permukaan abdomen dilakukankarena beberapa alasan. ( Potter & Perry 2006 ). Diversi urine umunya dipertimbangkan sebagai pilihan terakhir pada pasien yang bukan calon yang baik untuk rekonstruksi traktus urinearius bawah dan dapat diobati dengan bentuk terapi lain. Dua tipe diversi urine adalah diversi urine yang kontinen dan yang tidak kontinen, yang pertama membutuhkan alat pengumpul eksterna. Bricker mempubliksikan pipa ileus sebagai metode untuk diversi urine yang nonkontinen pada tahun 1950. Tehnik terkini mengikitkan isolasi 15-20 cm ileum terminal, 10-15 cm dari anastomosis ileocaecal. Ureter ditranseksi 3-4 cm dari kandung kemih dan dianastomosiskan baik ke perbatasan antimesenterik loop ileal atau akhir proksimal loop ileal. Usus yang tersisa kemudian dianastomosiskan kembali dan sebuah lubang dibuat pada diniding anterior abdomen dengan menggunakan loop ileum. Komplikasi prosedur ini adalah adanya infeksi luka, kebocoran uretroileal, obstruksi intestinal, stenosis, retraksi, dan hernia. Kompliksi yang jarang terjadi adalah urolithiasis termasuk adanya pipa dan transformsi maligna dari loop ileum ( Potter & Perry 2006 ).
Keuntungan utama dari diversi urine kontinen daripada yang nonkontinen adalah dihilangkannya peralatan pengumpul urine eksterna. Beberapa penampung dirancang dengan berbagi kombinasi berbeda dari ileum, caecum, kolon, sigmoid dan rektum untuk menggantungkannya. Penampung yang ideal harus mempunyai tekanan intrinsik yang rendah dan juga kapasitas adekuat untuk menyediakan kontinensia dan mencegah refluks. Biasanya 40 cm ileum atau 20 cm usus besar atau kombinasinya dibutuhkan untuk menciptakan penampung dengan kapasitas yang adekuat ( Potter & Perry 2006 ).
5.              Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat yang membunuh sel kanker. Beberapa obat-obatan kemoterapi dapat disuntikkan langsung ke dalam kandung kemih untuk pasien dengan kanker kandung kemih awal, untuk mencegah kanker berulang. Obat kemoterapi juga dapat disuntikkan ke dalam pembuluh darah untuk membunuh sel kanker kandung kemih yang telah menyebar ke seluruh tubuh, dengan tujuan memperlambat pertumbuhan canver. Efek samping dari kemoterapi yang disuntikkan ke dalam pembuluh darah termasuk mual dan muntah sementara, ulkus mulut, rambut rontok, kehilangan nafsu makan dan kelelahan. (Baughman 2000)
6.              Imunoterapi
Imunoterapi dapat digunakan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Vaksin anti-tuberkulosis, BCG, disuntikkan di dalam kandung kemih, telah efektif dalam mengobati kanker kandung kemih superficial beresiko tinggi. (Baughman 2000)
7.              Radioterapi
Terapi radiasi dapat menjadi alternative untuk pembedahan untuk lokalisasi penyakit. Ini juga dapat digunakan jika pasien memiliki penyakit lain yang menghalangi operasi. Pengobatan kandung kemih hemat termasuk penggunaan kombinasi kemoterapi dan radioterapi. Radiasi melibatkan konsentrasi sinar energy tinggi ke daerah dimana kanker berada. Efek samping, yang biasanya sementara, termasuk kemerahan kulit, nyeri saat buang air kecil, sering buang air kecil sedikit-sedikit, dan kehilangan rambut pada tempat radiasi. (Baughman 2000)

2.8 Patofisiologis
      Kebanyakan kanker kandung kemih merupakan kanker urotel. Perubahan (mutasi gen) pada kandung kemih melibatkan zat-zat karsinogen yang didapat dari lingkungan  seperti tembakau, aromatik amina, arsen; faktor resiko lain yang mempengaruhi proses pertumbuhan sel kanker pada kandung kemih diantaranya : genetik dan riwayat penyakit kandung kemih sebelumnya. Secara umum, karsinogenesis dapat terjadi melalui aktivasi proto-onkogen dan rusaknya gesupresor tumor  yantermasuk fosfatase  datensin  homolog  (PTEN)  dan  p53.  Akibat  dari  mutasi  ini terdapat  delesi dari kromosom 9 atamengaktifkan mutasi dari reseptor faktor pertumbuhan fibroblast  3 (FGFR 3) (Ching & Hansel 2010).
Perokok baik aktif maupun pasif dapat menghasilkan metabolisme karsinogen yang dihasilkan oleh metabolisme tryptophan yang abnormal. Kebanyakan kanker kandung kemih berasal dari papiloma yang berubah menjadi ganas. Tumor noduler jarang terjadi tetapi dapat juga menginvasi dinding kandung kemih. Proliferasi sel terdiri atas sel epitelium transisional (90 %) , squmuosa      (6 %),dan adenokarsinoma ( 2%).
WHO telah mengklasifikasikan kanker kandung kemih sebagai low grade (grade 1 dan 2) dan high grade (grade 3). Tumor ini juga diklasifikasikan menurut bentuk pertumbuhannya, yaitu Papillary (70%), sessile atau campuran (20%), dan nodular (10%).
Derajat tumor berdasarkan kedalaman penetrasi kedalam dinding buli dan derajat metastase,penentuan derajat kanker harus ditegakan terlebih dahulu sebelum dilakukan penatalaksanaan. Skema derajat CA buli  adalah sebagai berikut :
Derajat O ( To,No,Mo )  Tumor terbatas pada mukosa.
A.    ( T1,No,Mo )  Tumor menembus mukosa.
B1. ( T2,No,Mo )  Tumor sudah melebihi ½ dari lapisan mukosa.
B2. ( T3a,No,Mo ) Sel tumor menembus muscular tetapi tidak mencapai lemak.
C.  (T3,No.Mo ) Sel menembus seluruh lapisan muscular tetapi tidak metastases jaga tidak menembus pada jaringan sekitarnya.
D1. ( T4a,N1-3,Mo )  bermetastase pada nodus limpe pelvic.
D2. ( T4a,Na,M1 )   Bermetastase pada pelvic.
Penyusupan (infiltrasi) ke dalam, menembus lapisan dinding kemih, menentukan stadiumnya dan berkolerasi dengan kemungkinan adanya penyebaran. Penyebaran limfogen menuju ke kelenjar limfe regional di dalam panggul.  Kanker biasa  bermetastase ke liver,tulang dan paru-paru,lebih lanjut tumor menyebar ke rectum ,vagina, jaringan lunak dan struktur retroperitoneal. Tumor derajat C atau D memiliki prognosis  yang buruk. Tumor superficial memiliki peluang untuk disetabilkan atau dibuang,tetapi angka kekambuhannya cukup tinggi. Kurang dari 25 % klien dengan invasi tumor yang dalam memiliki rata-rata bertahan hidup sekitar 5 tahun,sedangkan Adenokarsinoma sekitar 21 bulan. (Jong 2005)




2.9 WOC
Faktor-faktor resiko lingkungan yang merangsang pertumbuhan sel
Pertumbuhan sel-sel baru pada jaringan kandung kemih
Proliferasi sel meningkat cepat, terjadi kerusakan struktur fungsional kandung kemih
Respon iritasi lokal
Respon sistemik (anemia, penurunan BB, mual muntah)
Intervensi medis (intravesical immunotherapy, intravesical chemotherapy, adjuvant chemotherapy, radiotherapy)
urgensi, sering BAK
MK : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
Terapi endoskopi bedah radikal kistektomi
MK:  Ansietas
Kerusakan jaringan lokal
MK : Gangguan eliminasi urin
MK : Nyeri (kronis)
MK : Nyeri (akut)
Stoma
Diversi urine pengangkatan vagina
MK : Resiko tinggi infeksi
Luka pasca bedah
MK : Kerusakan integritas kulit
MK : Perubahan pola eliminasi urine, disfungsional seksual

Genetik
lifestyle
dysuria
Hematuria
MK : Resiko perdarahan
Anemia
MK: Intoleransi aktivitas
 






























2.10 Prognosis
Tingkat rekurensi dari kanker kandung kemih superfisial tergolong tinggi. Sebanyak 80% dari pasien setidaknya ada 1 rekurensi. Faktor prognosis yang paling signifikan dari kanker kandung kemih adalah grade, kedalaman invasi, dan adanya karsinoma in situ. Pada pasien yang menjalani sistektomi radikal untuk kanker  yang invasive pada jaringan otot kandung kemih, adanya nodul menjadi faktor prognosis yang penting. Sampai saat ini belum ada pembuktian bahwa faktor  genetik mempengaruhi hasil. (WHO 2014)
    Ta, T1, CIS – 82-100%
    T2 – 63-83%
    T3a – 67-71%
    T3b – 17-57%
    T4 – 0-22%
Prognosis pada pasien dengan metastasis urothelial cancer sangatlah buruk, hanya 5-10% dari pasien bertahan hidup 2 tahun setelah didiagnosis. Resiko progresifitas ditentukan oleh peningkatan grade, yaitu:
    Grade I – 2-4%
    Grade II – 5-7%
    Grade III – 33-64%












BAB 3
Asuhan Keperawatan Umum
3.1 Pengkajian
  1. Biodata /identitas klien 
-Nama pasien
- Usia   :
Kanker bladder lebih sering terjadi pada orang dewasa berusia 50 sampai 70 tahun, usia rata-rata pada saat diagnosis adalah 65 tahun, dan pada periode tersebut sekitar 75% dari kanker kandung kemih terlokalisasi pada kandung kemih, 25% telah menyebar ke kelenjar getah bening regional atau tempat yang jauh (Brunner & Suddarth 2004).
- Jenis Kelamin
- Pekerjaan      :
Pajanan terhadap lingkungan pekerjaan tercatat dalam 15-35% kasus pada pria dan 1-6% pada wanita (Matanoski and Elliot 1981). Pekerja di pabrik bahan kimia, pewarna, karet, minyak bumi, industri kulit, dan percetakan memiliki risiko lebih tinggi. Karsinogenik yang spesifik meliputi benzidin, betanaphthylamine, dan 4-aminobiphenyl. Perkembangan tumor dapat berlangsung lama (Emil dan Jack W 2007).
- Tempat Tinggal:
Terdapat insiden kanker kandung kemih yang tinggi di banyak negara di Afrika, terutama Mesir, terkait paparan parasit Schistosoma haematobium, yang dapat ditemukan dalam kandungan air di negara-negara ini (Connie et al 2010).
  1. Keluhan Utama : Hematuria namun tidak disertai rasa sakit. Hematuria dapat bersifat macroscopic (Gross) atau microscopic, lebih bersifat berselang daripada konstan. Pada pasien yang telah terdiagnosa kanker bladder, 80-90% mengalami Gross Hematuria. Hematuria tidak hanya terjadi pada kasus kanker bladder saja, namun juga dapat mengindikasikan adanya gangguan di tempat lain, misalnya ureter atau ginjal, sehingga diperlukan pemeriksaan lebih lanjut (Connie et al 2010).
  2. Riwayat penyakit sekarang : Adanya darah saat berkemih. Pada stadium lanjut nyeri saat berkemih dapat terjadi. Nyeri pada panggul, dubur atau tulang, anoreksia, kelelahan, penurunan berat badan, dan edema ekstremitas bawah dapat menunjukkan metastasis kanker (Connie et al 2010).
  3. Riwayat  kesehatan sebelumnya
Menanyakan kepada klien apakah pernah mengalami penyakit keganasan yang lain atau trauma fisik pada urothelium. Trauma yang dipicu oleh iritasi kronis berulang pada lapisan urothelial akibat infeksi, calculi (batu ginjal), suntikan siklofosfamid atau ifosphamide terutama dengan riwayat sistitis hemoragik, dan trauma akibat penggunaan kateter jangka panjang dapat meningkatkan resiko keganasan.
  1. Pola hidup atau kebiasaan
Menanyakan kepada klien apakah pernah atau masih mengkonsumsi rokok. Merokok adalah faktor risiko eksogen paling penting pencetus kanker kandung kemih. Diperkirakan bahwa riwayat merokok hadir pada 50% dari mereka yang didiagnosis dengan penyakit ini (Connie et al 2010).
  1. Riwayat kesehatan keluarga
Menanyakan kepada klien apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dengan klien, atau penyakit keganasan yang lain (Emil dan Jack W 2007).
  1. Pengkajian Psikososial
Kanker bladder lebih umum terjadi pada pasien berusia 50 sampai 70 tahun yang mengarah pada golongan usia dewasa tua menuju lansia. Orang-orang lanjut usia biasanya khawatir mengenai hal-hal keuangan, berkurangnya rasa kemandirian dan merasa menjadi beban bagi keluarga serta lingkungannya, serta mengalami penurunan fungsi intelektual sehingga memerlukan pendekatan dan perhatian khusus.
  1. Pemeriksaan fisik : Review of System (ROS)
a.          B1 (breathing)
Sesak nafas
b.         B2 (blood)
 Kulit terlihat pucat
 Konjungtiva anemis
 Suhu tubuh meningkat
c.          B3 (brain)
Nyeri saat berkemih, nyeri pada perut, panggul, dubur atau tulang
d.         B4 (bladder)
Hematuria
Retensi Urin
e.          B5 (bowel)
Nafsu makan menurun
Berat badan menurun
f.          B6 (bone)
Adanya masa yang teraba saat palpasi abdomen
Malaise
3.2 Analisa Data
DATA
ETIOLOGI
MASALAH KEPERAWATAN
DS : 
- Pasien mengeluh nyeri pada daerah perut, panggul, dubur atau tulang, serta pada saat berkemih
DO:
- Wajah pasien tampak meringis
- Skala nyeri
- N ­
- Kaji PQRST
Pembelahan sel pada jaringan buli-buli meningkat cepat
¯
Inflamasi buli-buli
¯
Mediator inflamasi
¯
Nyeri Akut
Nyeri akut
DS :
- Pasien mengatakan tidak nafsu makan
- Pasien merasa mual
DO :
- Kurang nafsu makan
- Bising usus berlebih
- Konjungtiva pucat
- Denyut nadi lemah
Hidronefrosis
¯
Ureum kembali ke pembuluh darah
¯
Uremia
¯
BUN meningkat
¯
Mual
¯
Intake tidak adekuat
¯
BB menurun

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
DS:
- Pasien mengeluh tidak nyaman di area luka pembedahan
DO:
- Luka daerah pembedahan tampak kemerahan
Kelainan struktur fungsional buli-buli
¯
Diversi Urin
¯
Stoma
¯
Resiko gangguan integritas kulit
Resiko gangguan integritas kulit
DS :
Pasien mengatakan kencingnya berwarna merah (hematuria) dan terasa nyeri
DO:
Pasien menggunakan alat bantu kateter three way, Invasi urotheal karsinoma hygrade, Tumor infiltrating sampai lapisan muskularis, Hb 8,8
Ca Buli
¯
Bermetastasis
¯
Kontraksi otot buli saat berkemih
¯
Tumor tertekan
¯
Terjadi perdarahan
¯
MK : PK perdarahan
Perdarahan


3.3 Diagnosa Keperawatan
  1. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan pada jaringan saraf
  2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah
  3. Perdarahan berhubungan dengan kontraksi otot buli saat berkemih
  4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi

3.4 Intervensi
         a.         Dx :Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan
NOC
NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil    :
1.      Klien mampu mengontrol nyeri
2.      Klien mampu mengenali nyeri
3.      Klien menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
4.      TTV dalam rentang normal
5.      Tidak mengalami gangguan tidur

6.      Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
7.      Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
8.      Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
9.      Kurangi faktor presipitasi nyeri
10.  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
11.  Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin
12.  Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri
13.  Tingkatkan istirahat

         b.         Dx : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah
NOC
NIC
1.      Status nutrisi : masukan makanan dan cairan
2.      Kontrol BB
Setelah dilakukan tindakan keperawatan nutrisi teratasi dengan kriteria hasil    :
1.      Adanya peningkatan BB sesuai tujuan
2.      Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
3.      Tidak terjadi penurunan BB yang berarti

Nutrition Management
1.    Kaji adanya alergi makanan
2.    Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan klien
3.    Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
4.    Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
5.    Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori 
Nutrition Monitoring
1.    BB pasien dalam batas normal
2.    Monitor adanya penurunan BB
3.    Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
4.    Monitor turgor kulit
5.    Monitor mual dan muntah
Monitor kalori dan intake nutrisi

c. Dx : Pk perdarahan berhubungan dengan kontraksi otot buli saat berkemih
NOC
NIC
Perdarahan berhenti
Kriteria Hasil :
1. Luka sembuh, kering, tidak terdapat pus, tidak meluas
2. Hb 11 gr dl
Pencegahan Sirkulasi
1. Lakukan penilaian menyeluruh tentang sirkulasi
2.  Lakukan perawatan luka dengan hati-hati dengan steril dan tutup luka dengan tekhnik aseptic

d. Dx : Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi

NOC
NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko gangguan integritas kulit tidak terjadi dengan kriteria hasil:
1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
2. Melaporkan adanya gangguan sensasi atau nyeri pada daerah kulit yang mengalami gangguan
3. Status nutrisi adekuat

Pressure Management
1.      Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2.      Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
3.      Monitor kulit adanya kemerahan
4.      Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
5.      Monitor status nutrisi pasien
6.      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian tinggi protein, mineral dan vitamin
7.      Monitor serum albumin dan transferin

3.5 Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah mendapatkan intervensi keperawatan adalah sebagai berikut.
1.   Eliminasi urine dapat optimal  sesuai toleransi individu
2.   Penurunan skala nyeri
3.   Perfusi jaringan ginjal adekuat
4.   Pasien menunjukkan toleransi terhadap aktivitas.
5.   Tidak terjadi infeksi pada luka pasca bedah.
6.   Informasi  kesehatan  terpenuhi

BAB 4
Penutup

1.1  Kesimpulan
Menurut doenges  (2009)  kanker kandung kemih adalah pertumbuhan maligna dari sel kanker di jaringan epitel dalam kandung kemih yang mana pertumbuhannya bersifat parasit dan merugikan manusia sebagai hospesnya.
faktor risiko yang utama adalah lingkungan hidup, seperti merokok dan paparan zat kimia industri tertentu.Gejalanya yaitu Hematuria atau Gros Hematuria,Infeksi kantung kemih,Gejala obstruksi saluran kemih,Gejala metastasis
Untuk penatalaksanaannya yaitu Terapi konservatif, tindakan invatif minimal dan partial cystectomy





Daftar Pustaka
Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC
Berman, Audrey. Et al. 2009. Kozier: Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta: EGC
Blackwell, Wiley. 2014. Nursing Diagnosis: Definitions 7 Classification 2015-2017 Tenth Edition. UK NANDA International, Inc.
Bulecheck G. et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) Sixth Edition. Elsevier: Saunders
Comprehensive cancer center. Bladder cancer hanbook. University of michigan healt system. Diakses dari http://www.med.umich.edu/cancer/files/bladder-cancer-handbook.pdf. pada 14 maret 2016
Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi Ed.3. Jakarta: EGC
Jong, De Wim. 2005. Kanker, Apakah Itu? Pengobatan, Harapan Hidup, dan Dukungan Keluarga. Jakarta: Arcan
Linton. 2007. Introduction to Medical-Surgical Nursing 5th Edition. USA : Elsevier
Moorhead et al. 2013. Nursing Outcome Classification (NOC) Fifth Edition. Elsevier: Saunders
NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
Perry & Potter.2006.Fundamental Keperawatan Konsep,Proses, dan Praktik edisi 4 vol 2.Alih Bahasa : Anita Komalasari,S.Kp dkk.Jakarta:EGC
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Tanagho, Emil dan Jack W. McAninch. 2007. Smith's General Urology, 17th Edition. McGraw-Hill Professional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar