BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kanker kandung kemih lebih
sering ditemukan pada pasien-pasien yang berusia di atas 50 tahun dan lebih
banyak mengenai laki-laki daripada wanita (3:1).Statistik menunjukkan bahwa
tumor ini menyebabkan hampir 1 dari 25 kasus kanker yang terdiagnosis di
Amerika Serikat. Ada dua bentuk kanker kandung kemih, yaitu: bentuk superfisial
(yang cenderung kambuhan) dan bentuk invasif. Sekitar 80% hingga 90 % dari
semua kanker kandung kemih merupakan sel transisional (yang berarti bahwa tumor
tersebut berasal dari sel-sel transisionala kandung kemih), sementara tipe
lainnya tumor tersebut adalah sel skuamosa dan adenokarsinoma (Brunner & Suddarth 2001).
Neoplasma adalah
suatu kelompok atau rumpun sel neoplastik. Istilah ini biasanya sinonim dengan
tumor serta kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus
menerus secara terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan
tidak berguna bagi tubuh. Kanker adalah Istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
gangguan pertumbuhan selular dan merupakan kelompok penyakit dan bukan hanya
penyakit tunggal (Tambayong 2000).
Kanker adalah pertumbuhan
maligna disertai dengan pembelahan sel abnormal, invasi jaringan sekitar, dan
metastasis ke sisi yang jauh. Istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan
malignan dalam setiap bagian tubuh. Pertumbuhan ini tidak bertujuan, bersifat
parasit dan berkembang dengan mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya.
Sedangkan Carsinoma adalah pertumbuhan kanker pada jaringan epitel (Tambayong
2000).
Buli–buli
adalah tempat penampungan urine yang berasal dari ginjal.Kanker buli-buli
adalah tumor ganas yang didapatkan dalam buli-buli (kandung kemih). Dinding vesika urinaria dilapisi olehsel transisional dan sel
skuamosa. Lebih dari 90% kanker vesika urinaria berasal dari sel
transisional dan disebutkarsinoma sel transisional, sisanya adalah karsinoma
sel skuamosa.
Sebagai
perawat kita perlu memahami proses terjadinya kanker kandung kemih ini,
sehingga kita bisa memberikan asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien dengan
kanker kandung kemih
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1
TujuanUmum
Setelah proses pembelajaran mata kuliah Keperawatan Perkemihan I diharapkan mahasiswa semester 6 dapat mengerti dan memahami konsep
teori dan asuhan keperawatan pada
klien dengan Cancer Bladder dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.
1.2.2
TujuanKhusus
1. Untuk mengetahui definisi dari Cancer
Bladder
2. Untuk mengetahui Klasifikasi dari
Cancer Bladder
3. Untuk mengetahui etiologi dari Cancer
Bladder
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Cancer
Bladder
5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic
dari Cancer Bladder
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk Cancer
Bladder
7. Untuk mengetahui patofisiologi/ WOC Cancer
Bladder
8. Untuk mengetahui pencegahan dari Cancer Bladder
9. Untuk mengetahui komplikasi Cancer Bladder
10. Untuk mengetahi prognosis Cancer Bladder
11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada
klien dengan Cancer Bladder
1.3 Manfaat
Penulisan makalah ini sangat diharapkan bermanfaat
bagi seluruh pembaca dan penulis untuk mengetahui dan menambah wawasan tentang
Konsep Teori dan Asuhan
Keperawatan, terutama Asuhan Keperawatan pada klien dengan Cancer Bladder
BAB 2
Tinjauan Pustaka
2.1 Anatomi Fisiologi
Kandung Empedu
2.1.1
Anatomi
Gambar 1
Struktur anatomi sistem perkemihan pada laki-laki (Encyclopedia Britanica, 2008)
Sistem perkemihan pada manusia terdiri
atas ginjal beserta salurannya, ureter, buli-buli dan uretra. Secara anatomis
saluran kemih dipisahkan menjadi tiga Bagian yaitu, saluran kemih bagian atas,
saluran kemih bagian tengah, dan saluran kemih bagian bawah. Saluran kemih
bagian atas berawal dari kalik minor ginjal dan berakhir sampai muara ureter
pada kandung kemih, saluran kemih bagian tengah terdiri dari kandung kemih, dan
saluran kemih bagian bawah mulai dari orifisium eksternum (Tanagho & Emil, 2007). Dalam bukunya beliau juga
memberikan uraian tentang oragan yang berperan penting dalam sistem perkemihan
antara lain:
1.
Ginjal
Ginjal adalah sepasang organ saluran
kemih yang terletak di rongga retroperitoneal
bagian bawah, antara vertebra thorakal
dua belas atau lumbal satu dan empat.
Besar dan berat ginjal sangat bervariasi tergantung pada jenis kelamin dan
umur. Ukuran ginjal orang dewasa rerata panjang 11,5 cm, lebar 6 cm dan tebal
3,5 cm. Beratnya antara 120-170 gram atau kurang lebih 0,4% dari berat badan.
Secara anatomis posisi ginjal kanan lebih rendah dibanding ginjal kiri, juga
bentuk glandula suprarenalis kanan dan kiri tidak sama. Letak anatomis dan
bentuk kedua ginjal yang tidak sama akibat dari posisi dan bentuk dari hati.
Karena posisi aorta abdominalis dan vena kava inferior membujur ke kanan dan
kiri diantara kedua ginjal menyebabkan panjang pendeknya arteri dan vena
renalis kanan berbeda dengan arteri dan
vena renalis kiri. Tiap ginjal menerima suplai darah kurang lebih 25%
dari isi sekuncup jantung. Ginjal mendapatkan aliran darah dari arteri renalis
yang merupakan cabang langsung dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena
dialirkan melalui vena renalis yang bermuara ke dalam vena kava inferior. Sistem arteri ginjal
adalah end arteries yaitu arteri yang
tidak mempunyai anastomosis dengan cabang-cabang dari arteri lain, sehingga
jika terdapat kerusakan pada salah satu cabang arteri ini, berakibat timbulnya
iskemi atau nekrosis pada daerah yang dilayaninya. Selain
mempunyai fungsi membuang sisa- sisa metabolisme tubuh melalui urin, ginjal
juga berfungsi dalam mengontrol sekresi hormon-hormon aldosteron dan ADH ( anti
diuretic hormone) dalam mengatur jumlah cairan tubuh, mengatur metabolisme ion
kalsium dan vitamin D, dan menghasilkan beberapa hormon, antara lain
eritropoitin yang berperan dalam pembentukan sel darah merah, renin yang
berperan dalam mengatur tekanan darah, serta hormon prostalglandin. Urin
terbentuk melalui tiga tahap yaitu proses filtrasi, reabsorbsi dan sekresi.
Urin terbentuk dari hasil filtrasi darah dalam unit fungsional ginjal yang
disebut nephron. Nephron terdiri atas
glomerulus dan tubul proksimal, ansa
henle dan tubulus distal. Tubulus distal bersatu untuk membentuk distal
pengumpul, yang kemudian duktus ini berjalan lewat korteks dan medulla renal
untuk mengosongkan isinya kedalam pelvis ginjal. Kemudian pelvis ginjal akan
membentuk ureter.
2.
Ureter
Ureter merupakan organ yang berbentuk
tabung kecil yang berfungsi mengalirkan urin dari pielum ginjal ke dalam
kandung kemih. Pada orang dewasa panjangnya kurang lebih 20 cm pada laki-laki
dan kira-kira 1 cm lebih pendek pada wanita. Dindingnya terdiri atas mukosa
yang dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-otot ureter disusun oleh otot
polos sirkuler dan longitudinal yang dapat melakukan gerakan peristaltik untuk
mengeluarkan urin ke kandung kemih. Sepanjang perjalanan ureter dari
pielum menuju kandung kemih, secara anatomis
terdapat beberapa tempat yang ukuran diameternya sempit. Tempat- tempat
penyempitan itu antara lain adalah pada perbatasan antara pelvis renalis dan
ureter, tempat ureter menyilang arteri iliaka di rongga pelvis, dan pada saat
ureter masuk ke kandung kemih. Ureter masuk ke dalam kandung kemih dalam posisi
miring dan berada di dalam otot kandung kemih, keadaan ini bertujuan agar dapat
mencegah terjadinya aliran balik urin dari kandung kemih ke ureter pada saat
kandung kemih berkontraksi.
3.
Bladder (buli-buli)
Buli-buli adalah organ berongga yang
terdiri atas 3 lapis otot detrussor yang saling beranyaman. Di sebelah dalam
dan luar berupa otot longitudinal, dan di tengah merupakan otot sirkuler.
Otot-otot tersebut saling bersilangan dan berakhir melingkar di leher kandung
kemih. Secara anatomi bentuk buli-buli terdiri atas 3 permukaan, yaitu
permukaan superior yang berbatasan dengan rongga peritoneum, dua permukaan
inferiolateral, permukaan posterior. Kandung kemih berfungsi menampung urin
dari ureter dan kemudian mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi.
Dinding Kandung kemih mempunyai kapasitas maksimal pada orang dewasa kurang
lebih 300 – 450 ml. Pada saat kosong kandung kemih terletak di belakang
simfisis dan pada saat penuh terletak di atas simfisis. Untuk sistem
persyarafannya kandung kemih dipersyarafi oleh nervus pelvikus sebagai syaraf
aferen dan eferen yang berhubungan
dengan medulla spinallis melalui pleksus sakralis (S-2 dan S-3). Di situ juga
terdapat syaraf sensorik yang berguna
mendeteksi derajat tegangan pada dinding kandung kemih, dan bertanggung
jawab untuk mencetuskan reflek pengosongan kandung kemih. Sedangkan syaraf
motoriknya menjalar dalam nervus pelvikus. Sistem persyarafan tersebut
bergabung pada sel ganglion yang terletak pada dinding kandung kemih, dan
mempersyarafi otot detrussor. Kandung kemih juga menerima syaraf simpatis melalui nervus hipogastrikus,
terutama berhubungan dengan L2 medulla spinalis. Pada sfingter eksternus
kandung kemih disyarafi melalui nervus
pudendal, yang mengontrol otot lurik
pada sfingter.
4.
Uretra
Uretra berawal dari leher kandung kemih
( orifisium uretrae internum) sampai
muara terakhir ( orifisium uretrae eksternum). Panjang uretra pada pria dewasa
kurang lebih 23 – 25 cm dan berfungsi sebagai kanal komunis untuk sistem
reproduksi dan sistem perkemihan. Uretra posterior pada pria terdiri atas
uretra pars prostatika, yaitu bagian uretra yang dilingkupi oleh kelenjar
prostat dan uretra pars membranae. Uretra anterior terdiri atas pars bulbosa,
pars pendularis, fossa navikularis, dan meatus uretra eksterna. Didalam lumen
uretra anterior terdapat beberapa muara kelenjar yang berfungsi dalam proses
reproduksi, yaitu kelenjar Cowperi yang bermuara di pars bulbosa dan kelenjar Littre yang bermuara di uretra
pars pendularis. Pada wanita uretra hanya berfungsi untuk sistem perkemihan
dengan panjangnya kurang lebih 3-5 cm dan berada di bawah simfisis pubis yang bermuara disebelah anterior vagina.
Dalam uretra wanita bermuara kelenjar Skene. Kurang lebih sepertiga medial uretra,
terdapat sfingter uretra eksterna yang terdiri atas otot bergaris. Tonus otot
sfingter uretra eksterna dan tonus otot Levator ani berfungsi mempertahankan agar urin tetap
berada dalam kandung kemih pada saat perasaan ingin berkemih.
2.1.2
Fisiologi
Salah satu fungsi dari sistem perkemihan
adalah untuk mensekresikan urin ke luar tubuh. Tanagho
& emil (2007) mengatakan bahwa Urin adalah hasil filtrasi yang mengalir dari duktus kolengitas masuk kaliks
renalis, meregangkan kaliks renalis dan
meningkatkan aktivitas pacemakernya, yang kemudian mencetuskan kontraksi
peristaltik satu sampai lima kali per menit yang menyebar ke pelvis
renalis lalu turun sepanjang ureter, hal
itu dapat menyebabkan urin terdorong dari pelvis renalis menuju kandung kemih. Ketika terisi urin
secara perlahan-lahan, otot polos kandung kemih mengalami peregangan, kontraksi
berkemih secara spontan, berelaksasi setelah beberapa detik, otot
detrussor berkontraksi, dan tekanan urin
kembali ke garis basal. Karena kandung kemih terus terisi, refleks berkemih
bertambah sering dan menyebabkan otot detrussor
berkontraksi lebih kuat. Menurut beliau sensasi pertama yang timbul dari
pengisan kandung kemih umumnya terjadi ketika sekitar 100-150 ml urin berada
dalam kandung kemih. Keinginan buang air kecil sebagian besar muncul ketika
kandung kemih terisi 200 – 300 ml urin. Pada jumlah urin 400 ml rasa penuh yang
mencolok biasanya akan ditemukan. Proses pengosongan kandung kemih bila kandung
kemih terisi disebut miksi. Dalam bukunya beliau menjelaskan ada dua langkah
pengosongan kandung kemih, yaitu:
1)
Kandung kemih secara
progresif terisi sampai dengan di dindingnya meningkat di atas nilai ambang,
yang kemudian mencetuskan langkah ke dua, terjadinya distensi atau peningkatan
tegangan pada kandung kemih mencetuskan reflek I yang menghasilkan kontraksi
kandung kremih dan reflek V yang menyebabkan relaksasi dari uretra.
2)
Timbulnya reflek syaraf
yang disebut reflek miksi Yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika
ini gagal, setidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih.
Ketika proximal uretra mengalirkan urin maka akan mengaktifkan reflek II yang
akan menghasilkan kontraksi kandung kemih, dan IV sehingga sfingter eksternal
dan uretra akan berelaksasi, sehingga urin dapat keluar. Sisa urin dalam ureter
akan terdorong keluar karena pengaruh gaya gravitasi pada wanita dan laki-laki
karena kontraksi otot volunter. Jika terjadi distensi pada uretra yang bisa
disebabkan karena sumbatan, atau kelemahan sfingter uretra maka akan mengaktifkan
reflek III, sehingga kontraksi kandung kemih melemah. Meskipun reflek miksi
adalah reflek autonomik medulla spinalis, reflek ini juga dihambat atau
ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak. Pusat yang lebih
tinggi dapat mencegah berkemih, bahkan ketika refleks berkemih muncul, yaitu
dengan membuat kontraksi tonik terus menerus pada sfingter eksternus kandung
kemih sampai mendapat waktu yang baik untuk berkemih. Jika tiba saat berkemih,
pusat kortical dapat merangsang pusat berkemih sakral untuk membantu
mencetuskan reflek berkemih dan dalam waktu bersamaan menghambat sfingter
eksternus kandung kemih sehingga peristiwa berkemih terjadi.
2.2 Definisi
Menurut doenges (2009)
kanker kandung kemih adalah pertumbuhan maligna dari sel kanker di jaringan
epitel dalam kandung kemih yang mana pertumbuhannya bersifat parasit dan
merugikan manusia sebagai hospesnya.
Neoplasma yang terbentuk oleh
sel-sel abnormal dalam kandung kemih atau buli - buli terus - menerus secara tidak terbatas, tidak
berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh (Ach.
Tjarrta, 2009).
Dapat disimpulkan bahwa carsinoma
buli-buli adalah tumor yang didapatkan pada buli-buli atau kandung kemih oleh
sel abnormal yang tumbuh secara terus – menerus dan merugikan bagi manusia
sebagai hospes dimana keluhan yang paling sering dikeluhkan adalah hematuria
tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing warna merah terus.
2.3 Klasifikasi
1. Klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT
dengan modifikasi STRONG-MARSHAL untuk menentukan operasi atau observasi :
a.
T = Pembesaran local
tumor primer, ditentukan melalui :
Pemeriksaan
klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah anestesi umum dan
biopsy atau tansurethral reseksi.
Tis
Carcinoma insitu (pre invasive Ca)
Tx
Cara pemeriksaan untuk menetapkan
penyebaran tumor, tak dapat dilakukan
To
Tanda-tanda tumor primer tidak ada
T1 Pada
pemeriksaan bimanual didapatkan massa yang bergerak
T2 Pada
pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-buli.
T3
Pada pemeriksaan bimanual indurasi
atau massa nodular yang bergerak bebas dapat diraba di buli-buli.
T3a
Invasi otot yang lebih dalam
T3b
Perluasan lewat dinding buli-buli
T4
Tumor sudah melewati struktur
sebelahnya
T4a Tumor
mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina T4b Tumor sudah melekat pada
dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam abdomen.
b.
N = Pembesaran secara klinis untuk pembesaran
kelenjar limfe, pemeriksaan kinis, lympgraphy, urography, operative
Nx Minimal yang ditetapkan kel.Lymfe
regional tidak dapat
ditemukan
No Tanpa tanda-tanda pembesaran kelenjar
lymfe regional
N1 Pembesaran tunggal kelenjar lymfe
regional yang homolateral
N2 Pembesaran kontralateral atau bilateral
atau kelenjar lymfe regional yang multiple
N3 Masa yang melekat pada dinding pelvis
dengan rongga yang
bebas
antaranya dan tumor
N4 Pembesaran kelenjar lymfe juxta regional
c.
M = Metastase jauh
termasuk pembesaran kelenjar limfe yang jauh, Pemeriksaan klinis , thorax foto,
dan test biokimia
Mx Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk
menetapkan
adanya
metastase jauh, tak dapat dilaksanakan
M1 Adanya metastase jauh
M1a Adanya
metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
M1b Metastase
tunggal dalam satu organ yang tunggal
M1c Metastase
multiple dalam satu terdapat organ yang multiple
M1d Metastase
dalam organ yang multiple
2. Type dan lokasi
Type tumor didasarkan pada type
selnya, tingkat anaplasia dan invasi.
1)
Efidermoid Ca,
kira-kira 5% neoplasma buli-buli squamosa cell
anaplastik,
invasi yang dalam dan cepat metastasenya.
2)
Adeno Ca, sangat jarang
dan sering muncul pada bekas urachus
3)
Rhabdomyo sarcoma,
sering terjadi pada anak-anak laki-laki
(adolescent),
infiltasi, metastase cepat dan biasanya fatal.
4)
Primary Malignant
lymphoma, neurofibroma dan pheochromacytoma, dapat menimbulkan serangan
hipertensi selama kencing.
5)
Ca dari pada kulit,
melanoma, lambung, paru dan mamma mungkin mengadakan metastase ke buli-buli,
invasi ke buli-buli oleh endometriosis dapat terjadi.
2.4 Etiologi
Seperti dengan sebagian besar
penyakit kanker, penyebab pasti kanker kandung kemih belum diketahui. Namun, banyak faktor resiko yang berhubungan
dengan penyakit ini. Banyak faktor risiko yang utama adalah lingkungan hidup,
seperti merokok dan paparan zat kimia industri tertentu. Studi juga menunjukkan
bahwa peradangan kemih kronis, infeksi parasit yang disebut schistosomiasis,
dan beberapa obat yang digunakan untuk mengobati kanker adalah lingkungan
lainnya yang terkait dengan faktor risiko kanker kandung kemih.
Ada beberapa faktor resiko yang
membuat seseorang lebih mungkin untuk mendapatkan penyakit kanker kandung
kemih:
1. GENETIK
Faktor genetik juga akan memainkan peran
penting dalam menentukan risiko kanker kandung kemih. Peneliti telah
mempelajari efek dari mutasi pada beberapa gen, termasuk FGFR3, RB1, HRAS, TP53
dan TSC1, pada pembentukan dan pertumbuhan tumor kandung kemih. Setiap dari gen
tersebut memainkan peran penting dalam mengatur pembelahan sel oleh mencegah
sel-sel membagi terlalu cepat atau dalam cara yang tidak terkendali. Perubahan
dalam gen ini dapat membantu menjelaskan mengapa beberapa jenis kanker kandung
kemih tumbuh dan menyebar lebih cepat daripada yang lain.
Orang
yang memiliki anggota keluarga dengan kanker kandung kemih memiliki sebuah
peningkatan risiko terjadinya hal tersebut. Dalam beberapa kasus, anggota
keluarga ini semua akan terkena sama cancer- menyebabkan kimia.Mereka juga
mungkin berbagi perubahan dalam beberapa gen (seperti GST dan NAT ) yang
menyebabkan tubuh mereka menjadi lambat untuk memecah racun tertentu, yang
dapat membuat mereka lebih mungkin untuk mengembangkan kanker kandung
kemih.Sejumlah kecil orang yang mewarisi gen sindrom yang meningkatkan resiko
mereka untuk kanker kandung kemih. Misalnya:
a. Mutasi
dari retinoblastoma ( RB1 ) gen dapat menyebabkan kanker mata pada bayi, dan
juga meningkatkan risiko dari kanker kandung kemih.
b. Penyakit
Cowden, yang disebabkan oleh mutasi dalam gen yang disebut pten, ini terkait
terutama untuk kanker payudara dan tiroid.Orang dengan penyakit ini juga
memiliki resiko lebih tinggi dari kanker kandung kemih.
c. Lynch
sindrom ( juga dikenal sebagai turun-temurun, non-poliposis kanker usus atau
HNPCC ) terutama terkait dengan kanker usus besar dan endometrium. Orang dengan
sindrom ini juga memiliki sebuah peningkatan risiko dari kemih ca.
2. INFEKSI
Infeksi saluran kemih, batu ginjal dan
kandung kemih, dan penyebab lain dari iritasi kandung kemih kronis telah
dikaitkan dengan kanker kandung kemih (terutama karsinoma sel skuamosa kandung kemih),
tetapi tidak jelas apakah mereka benar-benar menyebabkan kanker kandung kemih.
Schistosomiasis (juga dikenal sebagai bilharziasis), infeksi dengan cacing
parasit hematobium Schistosoma yang dapat masuk ke dalam kandung kemih, yang
disebut juga merupakan faktor risiko untuk kanker kandung kemih. Di
negara-negara di mana parasit ini umum (terutama di Afrika dan Timur Tengah),
kanker sel skuamosa kandung kemih terlihat jauh lebih sering. Parasit ini
adalah sangat jarang penyebab kanker kandung kemih di Amerika Serikat.
3. LIFESTYLE
a.
Pekerjaan
Pekerja-pekerja
di pabrik kimia (terutama pabrik cat), laboratorium, pabrik
korek api,tekstil, pabrik kulit, pekerja industri logam dan pekerja pada
salon/pencukur rambut sering terpapar oleh bahan karsinogen berupa senyawa amin
aromatik ( 2-naftilamin, bensidin, 4-aminobifamil). Beberapa penelitian juga
menunjukkan bahwa mekanika otomatis memiliki peningkatan risiko kanker kandung
kemih karena eksposur sering mereka untuk hidrokarbon dan minyak bumi berbasis
bahan kimia.
b.
Merokok
Merokok
adalah faktor risiko yang paling penting untuk kanker kandung kemih. Perokok
setidaknya 3 kali lebih mungkin untuk mendapatkan kanker kandung kemih. Merokok
menyebabkan sekitar setengah dari kanker kandung kemih pada pria dan wanita.
Ketika menghirup perokok, beberapa karsinogen (penyebab kanker bahan kimia)
dalam asap tembakau diserap dari paru-paru dan masuk ke dalam darah. Dari
darah, disaring oleh ginjal dan terkonsentrasi dalam urin. Bahan kimia dalam
urin dapat merusak sel-sel yang melapisi bagian dalam dari kandung kemih, yang
akan meningkatkan peluang untuk mengembangkan kanker.
c.
Mengkonsumsi
Kopi, pemanis buatan
Kebiasaan
mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dansiklamat serta
pemakaian obat-obatan siklofosfamid yang diberikan intravesika,fenastin, opium
dan obat antituberkulosa INH dalam jangka waktu lama dapatmenimbulkan resiko
timbulnya karsinoma kandung kemih.
4.
MEMPUNYAI
RIWAYAT PRIBADI KANDUNG KEMIH ATAU LAIN
Urothelial kanker atau Urothelial
karsinoma dapat terbentuk di banyak daerah di kandung kemih serta di lapisan
ginjal, ureter dan uretra. Memiliki kanker dalam setiap bagian dari saluran
kemih lapisan menempatkan Anda pada risiko yang lebih tinggi memiliki tumor
yang lain. Tumor dapat terbentuk di daerah yang sama seperti sebelumnya, atau di
bagian lain dari urothelium (lapisan). Hal ini berlaku bahkan ketika pertama
tumor dihapus sepenuhnya. Untuk alasan ini, orang-orang yang memiliki kanker
kandung kemih membutuhkan tindak lanjut medis dekat, rutin.
2.5
Manifestasi klinis
Kanker
kandung kemih karakteristik menyebabkan darah dalam urin, ini dapat terlihat
dengan mata telanjang (frank hematuria) atau terdeteksi hanya dengan mikroskop
(hematuria mikroskopis). Gejala lain yang mungkin termasuk nyeri saat buang air
kecil, sering buang air kecil (Poliuria) atau merasa perlu untuk buang air
kecil tanpa hasil. Tanda-tanda dan gejala yang tidak spesifik untuk kanker
kandung kemih, dan juga disebabkan oleh kondisi non-kanker, termasuk infeksi
prostat dan sistitis. Kanker ginjal juga dapat menyebabkan hematuria.
Berikut
merupakan manifestasi klinis yang bisa ditemukan pada pasien Ca Bladder menurut
Baughman (2000):
1. Hematuria atau Gros Hematuria : hematuria (kencing berdarah) adalah
dikarenakan ulserasi tumor yang menyebabkan pendarahan. jumlah darah yang keluar
bisa sedikit atau banyak. Kalau jumlahnya banyak, dapat terlihat dengan mata,
kalau sedikit hanya dapat terlihat dibawah mikroskop. Hematuria kanker kantung
kemih memiliki 2 karakteristik, satu adalah hematuria tanpa rasa sakit, dan
kedua adalah intermiten, jadi kadang-kadang ada, kadang-kadang tidak ada. bisa
membaik sendiri, dan intervalnya kira-kira 2x/beberapa hari atau beberapa
bulan, kadang-kadang per 6 bulan. Gejala ini merupakan gejala yang paling
umum dan tidak menimbulkan rasa sakit
(95%)
2. Infeksi kantung kemih: tumor di daerah trigonum kantung kemih dapat
merangsang infeksi, yang akhirnya menyebabkan polyuria (sering kencing),
urgensi (10%)
3. Gejala obstruksi saluran kemih: tumor yang bertambah besar dapat menyebabkan
penyumbatan pada saluran kantung kemih. Menyebabkan retensi urin, nyeri
pinggang, hidronefrosis dan gangguan fungsi ginjal.
4. Gejala
metastasis: bila kankernya sudah menyebar ke
daerah kantung kemih atau kelenjar getah bening, ini dapat menyebabkan nyeri
kantung kemih, vagina fistula uretra dan edema ekstremitas bawah. Jika
metastasisnya ke organ lain, maka pasien dapat merasakan gejala nyeri tulang,
cachexia, gejala-gejala lain (tergantung dengan organ mana yang terkena).
2.6 Pemeriksaan
Diagnostik
Biopsi tumor dan mukosa yang berdekatan
merupakan tindakan definitive, tetapi prosedur berikut ini juga digunakan :
1.
Urografi ekskretori
2.
Pemindai CT, dapat
ditemukan di kelenjar getah bening dan tumor membesar, tingkat akurasi 80%.
3.
Ultrasonografi
4.
Sistoskopi, dapat
melihat secara langsung tempat tumbuhnya tumor, ukuran, jumlah, bentuk dan
berbagai invasive, pada saat yang sama juga lakukan tes biopsy.
5.
Pemeriksaan bimanual di
bawah anesthesia
6.
Pemeriksaan kontras
ray, dengan melalui pemeriksaan kontras ray dapat mempelajari keseluruhan
kondisi dalam kandung kemih, infiltrasi dan kedalaman tumor, dari hasil
radiografi dari renal pelvis dan saluran kencing dapat diketahui apakah terjadi
hidronefrosis dan infiltrasi saluran kemih.
Jika kanker kandung kemih dicurigai,
dokter akan mengatur sistoskopi, pemeriksaan dimana tabung serat optic
fleksibel dengan sumber cahaya digunakan untuk melihat uretra dan kandung
kemih. Ini dilakukan di bawah bius lokal atau umum, dimana pengangkatan
sejumlah kecil jaringan dari lapisan kandung kemih dapat dilakukan. (Asiancancer
2015)
Scan dari panggul dan perut dapat diatur
untuk melihat daerah lain yang mungkin terkena kanker. Scan tulang mungkin
dilakukan jika tulang diduga terkena kanker.
2.7 Penatalaksanaan
1.
Terapi Konservatif
Irigasi kandung kemih melalui kateter adalah
pencucian kateter urine untuk mempertahankan kepatenan kateter urine menetap
dengan larutan steril yang diprogramkan oleh dokter. Karena darah, pus, atau
sedimen dapat berkumpul di dalam selang dan menyebabkan distensi kandung kemih
serta menyebabkan urine tetap berada di tempatnya (Berman 2009). Ada dua metode
untuk irigasi kateter, yaitu :
a.
Irigasi kandung kemih
secara tertutup. Sistem ini memungkinkan seringnya irigasi kontinu tanpa
gangguan pada sitem kateter steril. Sistem ini paling sering digunakan pada
pasien yang menjalani bedah genitourinaria dan yang kateternya berisiko
mengalami penyumbatan oleh fragmen lender dan bekuan darah.
b.
Dengan membuka sistem
drainase tertutup untuk menginstilasi irigasi kandung kemih. Teknik ini
menimbulkan resiko lebih besar untuk terjadinya infeksi. Namun, demikian
kateter ini diperlukan saat kateter tersumbat dan kateter tidak ingin diganti
(misalnya: setelah pembedahan prostat).
Dokter dapat memprogramkan irigasi
kandung kemih untuk klien yang mengalami infeksi kandung kemih, yang larutannya
terdiri dari antiseptic atau antibiotik untuk membersihkan kandung kemih atau
mengobati infeksi local. Kedua irigasi tersebut menerapkan teknik asepsis
steril (Potter & Perry 2005).. Tujuan dari tindakan ini antara lain:
a.
Untuk mempertahankan
kepatenan kateter urine
b.
Mencegah terjadinya
distensi kandung kemih karena adanya penyumbatan kateter urine, misalnya oleh
darah dan pus
c.
Untuk membersihkan
kandung kemih
d.
Untuk mengobati infeksi
local
(Nursalam 2007)
2.
Tindakan Invasif
Minimal
Tindakan
invasif minimal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kanker kandung kemih
adalah dengan TURB (Transurethral Reseksi Bladder). Prosedur ini, atau yang
disebut dengan “reseksi transurethral dari tumor kandung kemih”, umum untuk
kanker kandung kemih tahap awal atau mereka yang terbatasi pada lapisan
superficial dari dinding kandung kemih. TURB dilakukan berdasarkan hasil
diagnose patologis dari pasien kanker kandung kemih. Operasi kanker kandung
kemih ini dilakukan di bawah bius total dan dengan melewatkan instrument
melalui uretra, yang menghindari memotong melalui perut. Instrumen bedah yang
digunakan untuk operasi ini disebut resectoscope. Sebuah loop kawat di salah
satu ujung resectoscope digunakan untuk menghilangkan jaringan abnormal atau
tumor. Setelah prosedur ini, membakar dasar tumor (fulguration) dapat membantu
memastikan bahwa sel-sel kanker yang tersisa dihancurkan. Atau laser energy
tinggi dapat digunakan. Dan cystoscope digunakan untuk melihat bagian dalam
kandung kemih selama prosedur. (Baughman 2000)
3.
Pembedahan
a. Partial Cystectomy
Sistektomi parsial
dilakukan apabila kanker telah
menyerang otot tetapi tidak terlalu besar dan
hanya terdapat di satu tempat, kadang-kadang
dapat diangkat bersama dengan bagian dari
dinding kandung kemih tanpa mengambil seluruh kandung
kemih. Lubang di dinding kandung
kemih kemudian ditutup. Kelenjar getah bening di dekatnya juga diangkat dan diperiksa
untuk penyebaran kanker. Hanya
sebagian kecil orang dengan
kanker yang telah menyerang otot dapat melakukan
operasi ini.
Keuntungan utama
dari operasi ini adalah
kandung kemih dapat dipertahankan dan tidak perlu operasi rekonstruksi.Tetapi kandung kemih yang
tersisa mungkin tidak banyak menampung urin,
yang berarti orang tersebut harus buang air kecil lebih
sering. Perhatian utama dengan
jenis operasi adalah bahwa kanker kandung kemih masih bisa kambuh di bagian lain dari
dinding kandung kemih. (American Cancer Society 2013)
b.
Radical Cystectomy
Apabila kanker
lebih besar atau lebih
dari satu bagian dari
kandung kemih, sebuah sistektomi radikal ini akan dibutuhkan.
Operasi ini menghilangkan seluruh kandung kemih dan kelenjar getah bening di dekatnya. Pada pria, prostat juga
diangkat. Pada wanita, ovarium,
saluran tuba (tabung yang menghubungkan ovarium dan uterus), uterus
(rahim), dan sebagian kecil dari
vagina sering diangkat
bersama dengan kandung kemih.
(American Cancer Society 2013)
4.
Diversi Urin
Diversi
urinarius adalah stoma urinarius untukmengalihkan aliran urin dari ginjal
secaralangsung ke permukaan abdomen dilakukankarena
beberapa alasan. ( Potter & Perry 2006 ). Diversi
urine umunya dipertimbangkan sebagai pilihan terakhir pada pasien yang bukan
calon yang baik untuk rekonstruksi traktus urinearius bawah dan dapat diobati
dengan bentuk terapi lain. Dua tipe diversi urine adalah diversi urine yang
kontinen dan yang tidak kontinen, yang pertama membutuhkan alat pengumpul
eksterna. Bricker mempubliksikan pipa ileus sebagai metode untuk diversi urine
yang nonkontinen pada tahun 1950. Tehnik terkini mengikitkan isolasi 15-20 cm
ileum terminal, 10-15 cm dari anastomosis ileocaecal. Ureter ditranseksi 3-4 cm
dari kandung kemih dan dianastomosiskan baik ke perbatasan antimesenterik loop
ileal atau akhir proksimal loop ileal. Usus yang tersisa kemudian
dianastomosiskan kembali dan sebuah lubang dibuat pada diniding anterior
abdomen dengan menggunakan loop ileum. Komplikasi prosedur ini adalah adanya
infeksi luka, kebocoran uretroileal, obstruksi intestinal, stenosis, retraksi,
dan hernia. Kompliksi yang jarang terjadi adalah urolithiasis termasuk adanya
pipa dan transformsi maligna dari loop ileum ( Potter & Perry 2006 ).
Keuntungan utama dari diversi urine kontinen daripada yang
nonkontinen adalah dihilangkannya peralatan pengumpul urine eksterna. Beberapa
penampung dirancang dengan berbagi kombinasi berbeda dari ileum, caecum, kolon,
sigmoid dan rektum untuk menggantungkannya. Penampung yang ideal harus mempunyai
tekanan intrinsik yang rendah dan juga kapasitas adekuat untuk menyediakan
kontinensia dan mencegah refluks. Biasanya 40 cm ileum atau 20 cm usus besar
atau kombinasinya dibutuhkan untuk menciptakan penampung dengan kapasitas yang
adekuat ( Potter &
Perry 2006 ).
5.
Kemoterapi
Kemoterapi
adalah penggunaan obat yang membunuh sel kanker. Beberapa obat-obatan
kemoterapi dapat disuntikkan langsung ke dalam kandung kemih untuk pasien
dengan kanker kandung kemih awal, untuk mencegah kanker berulang. Obat
kemoterapi juga dapat disuntikkan ke dalam pembuluh darah untuk membunuh sel
kanker kandung kemih yang telah menyebar ke seluruh tubuh, dengan tujuan
memperlambat pertumbuhan canver. Efek samping dari kemoterapi yang disuntikkan
ke dalam pembuluh darah termasuk mual dan muntah sementara, ulkus mulut, rambut
rontok, kehilangan nafsu makan dan kelelahan. (Baughman 2000)
6.
Imunoterapi
Imunoterapi
dapat digunakan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Vaksin
anti-tuberkulosis, BCG, disuntikkan di dalam kandung kemih, telah efektif dalam
mengobati kanker kandung kemih superficial beresiko tinggi. (Baughman 2000)
7.
Radioterapi
Terapi
radiasi dapat menjadi alternative untuk pembedahan untuk lokalisasi penyakit.
Ini juga dapat digunakan jika pasien memiliki penyakit lain yang menghalangi
operasi. Pengobatan kandung kemih hemat termasuk penggunaan kombinasi
kemoterapi dan radioterapi. Radiasi melibatkan konsentrasi sinar energy tinggi
ke daerah dimana kanker berada. Efek samping, yang biasanya sementara, termasuk
kemerahan kulit, nyeri saat buang air kecil, sering buang air kecil
sedikit-sedikit, dan kehilangan rambut pada tempat radiasi. (Baughman 2000)
2.8 Patofisiologis
Kebanyakan
kanker kandung kemih merupakan kanker urotel. Perubahan (mutasi
gen) pada kandung kemih melibatkan zat-zat karsinogen yang didapat dari lingkungan seperti tembakau, aromatik amina, arsen; faktor resiko lain yang mempengaruhi
proses pertumbuhan sel
kanker pada kandung kemih diantaranya : genetik dan
riwayat penyakit kandung
kemih sebelumnya. Secara umum, karsinogenesis
dapat terjadi melalui
aktivasi proto-onkogen dan rusaknya gen supresor tumor yang termasuk fosfatase dan tensin homolog (PTEN)
dan
p53. Akibat dari mutasi ini terdapat delesi dari kromosom 9 atau mengaktifkan mutasi dari reseptor
faktor pertumbuhan fibroblast
3 (FGFR 3) (Ching & Hansel 2010).
Perokok baik aktif maupun pasif dapat
menghasilkan metabolisme karsinogen yang dihasilkan oleh metabolisme tryptophan
yang abnormal. Kebanyakan kanker kandung kemih berasal dari papiloma yang
berubah menjadi ganas. Tumor noduler jarang terjadi tetapi dapat juga
menginvasi dinding kandung kemih. Proliferasi sel terdiri atas sel epitelium
transisional (90 %) , squmuosa (6
%),dan adenokarsinoma ( 2%).
WHO telah mengklasifikasikan kanker
kandung kemih sebagai low grade (grade 1 dan 2) dan high grade (grade 3). Tumor
ini juga diklasifikasikan menurut bentuk pertumbuhannya, yaitu Papillary (70%),
sessile atau campuran (20%), dan nodular (10%).
Derajat tumor berdasarkan kedalaman
penetrasi kedalam dinding buli dan derajat metastase,penentuan derajat kanker
harus ditegakan terlebih dahulu sebelum dilakukan penatalaksanaan. Skema
derajat CA buli adalah sebagai berikut :
Derajat O ( To,No,Mo ) Tumor terbatas pada mukosa.
A.
( T1,No,Mo ) Tumor menembus mukosa.
B1.
( T2,No,Mo ) Tumor sudah melebihi ½ dari
lapisan mukosa.
B2.
( T3a,No,Mo ) Sel tumor menembus muscular tetapi tidak mencapai lemak.
C. (T3,No.Mo ) Sel menembus seluruh lapisan
muscular tetapi tidak metastases jaga tidak menembus pada jaringan sekitarnya.
D1.
( T4a,N1-3,Mo ) bermetastase pada nodus
limpe pelvic.
D2.
( T4a,Na,M1 ) Bermetastase pada pelvic.
Penyusupan (infiltrasi) ke dalam,
menembus lapisan dinding kemih, menentukan stadiumnya dan berkolerasi dengan kemungkinan
adanya penyebaran. Penyebaran limfogen menuju ke kelenjar limfe regional di
dalam panggul. Kanker biasa bermetastase ke liver,tulang dan
paru-paru,lebih lanjut tumor menyebar ke rectum ,vagina, jaringan lunak dan
struktur retroperitoneal. Tumor derajat C atau D memiliki prognosis yang buruk. Tumor superficial memiliki
peluang untuk disetabilkan atau dibuang,tetapi angka kekambuhannya cukup
tinggi. Kurang dari 25 % klien dengan invasi tumor yang dalam memiliki
rata-rata bertahan hidup sekitar 5 tahun,sedangkan Adenokarsinoma sekitar 21
bulan. (Jong 2005)
2.9 WOC
Faktor-faktor
resiko lingkungan yang merangsang pertumbuhan sel
|
Pertumbuhan
sel-sel baru pada jaringan kandung kemih
|
Proliferasi
sel meningkat cepat, terjadi kerusakan struktur fungsional kandung kemih
|
Respon
iritasi lokal
|
Respon
sistemik (anemia, penurunan BB, mual muntah)
|
Intervensi
medis (intravesical immunotherapy, intravesical chemotherapy, adjuvant
chemotherapy, radiotherapy)
|
urgensi,
sering BAK
|
MK : Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan
|
Terapi
endoskopi bedah radikal kistektomi
|
MK: Ansietas
|
Kerusakan
jaringan lokal
|
MK : Gangguan eliminasi
urin
|
MK : Nyeri (kronis)
|
MK : Nyeri (akut)
|
Stoma
|
Diversi
urine pengangkatan vagina
|
MK : Resiko tinggi
infeksi
|
Luka
pasca bedah
|
MK : Kerusakan
integritas kulit
|
MK : Perubahan pola
eliminasi urine, disfungsional seksual
|
Genetik
|
lifestyle
|
dysuria
|
Hematuria
|
MK : Resiko perdarahan
|
Anemia
|
MK: Intoleransi
aktivitas
|
2.10 Prognosis
Tingkat rekurensi dari kanker
kandung kemih superfisial tergolong tinggi. Sebanyak 80% dari pasien setidaknya
ada 1 rekurensi. Faktor prognosis yang paling signifikan dari kanker kandung
kemih adalah grade, kedalaman invasi, dan adanya karsinoma in situ. Pada pasien
yang menjalani sistektomi radikal untuk kanker
yang invasive pada jaringan otot kandung kemih, adanya nodul menjadi
faktor prognosis yang penting. Sampai saat ini belum ada pembuktian bahwa
faktor genetik mempengaruhi hasil. (WHO
2014)
Ta, T1, CIS – 82-100%
T2 – 63-83%
T3a – 67-71%
T3b – 17-57%
T4 – 0-22%
Prognosis pada pasien dengan metastasis
urothelial cancer sangatlah buruk, hanya 5-10% dari pasien bertahan hidup 2
tahun setelah didiagnosis. Resiko progresifitas ditentukan oleh peningkatan
grade, yaitu:
Grade I – 2-4%
Grade II – 5-7%
Grade III – 33-64%
BAB 3
Asuhan
Keperawatan Umum
3.1 Pengkajian
- Biodata /identitas klien
-Nama pasien
- Usia :
Kanker bladder
lebih sering terjadi pada orang dewasa berusia 50 sampai 70 tahun, usia
rata-rata pada saat diagnosis adalah 65 tahun, dan pada periode tersebut sekitar 75% dari kanker kandung kemih
terlokalisasi pada kandung kemih, 25% telah menyebar ke kelenjar getah bening
regional atau tempat yang jauh (Brunner & Suddarth 2004).
- Jenis Kelamin
- Pekerjaan :
Pajanan terhadap lingkungan pekerjaan
tercatat dalam 15-35% kasus pada pria dan 1-6% pada wanita (Matanoski and
Elliot 1981). Pekerja di pabrik bahan kimia, pewarna, karet, minyak bumi,
industri kulit, dan percetakan memiliki risiko lebih tinggi. Karsinogenik yang
spesifik meliputi benzidin, betanaphthylamine, dan 4-aminobiphenyl.
Perkembangan tumor dapat berlangsung lama (Emil dan Jack W 2007).
- Tempat Tinggal:
Terdapat insiden kanker kandung kemih yang
tinggi di banyak negara di Afrika, terutama Mesir, terkait paparan parasit
Schistosoma haematobium, yang dapat ditemukan dalam kandungan air di
negara-negara ini (Connie et al
2010).
- Keluhan Utama :
Hematuria namun tidak disertai rasa sakit. Hematuria dapat bersifat
macroscopic (Gross) atau microscopic, lebih bersifat berselang daripada
konstan. Pada pasien yang telah terdiagnosa kanker bladder, 80-90%
mengalami Gross Hematuria. Hematuria tidak hanya terjadi pada kasus kanker
bladder saja, namun juga dapat mengindikasikan adanya gangguan di tempat
lain, misalnya ureter atau ginjal, sehingga diperlukan pemeriksaan lebih
lanjut (Connie et al 2010).
- Riwayat
penyakit sekarang : Adanya darah saat berkemih.
Pada stadium lanjut nyeri saat berkemih dapat terjadi. Nyeri pada panggul,
dubur atau tulang, anoreksia, kelelahan, penurunan berat badan, dan edema
ekstremitas bawah dapat menunjukkan metastasis kanker (Connie et al 2010).
- Riwayat kesehatan sebelumnya
Menanyakan kepada klien apakah pernah
mengalami penyakit keganasan yang lain atau trauma fisik pada urothelium.
Trauma yang dipicu oleh iritasi kronis berulang pada lapisan urothelial akibat
infeksi, calculi (batu ginjal), suntikan siklofosfamid atau ifosphamide terutama
dengan riwayat sistitis hemoragik, dan trauma akibat penggunaan kateter jangka
panjang dapat meningkatkan resiko keganasan.
- Pola
hidup atau kebiasaan
Menanyakan kepada klien apakah pernah atau
masih mengkonsumsi rokok. Merokok adalah faktor risiko eksogen paling penting
pencetus kanker kandung kemih. Diperkirakan bahwa riwayat merokok hadir pada
50% dari mereka yang didiagnosis dengan penyakit ini (Connie et al 2010).
- Riwayat
kesehatan keluarga
Menanyakan kepada klien apakah ada anggota
keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dengan klien, atau penyakit
keganasan yang lain (Emil
dan Jack W 2007).
- Pengkajian
Psikososial
Kanker bladder lebih umum terjadi pada
pasien berusia 50 sampai 70 tahun yang mengarah pada golongan usia dewasa tua
menuju lansia. Orang-orang lanjut usia biasanya khawatir mengenai hal-hal
keuangan, berkurangnya rasa kemandirian dan merasa menjadi beban bagi keluarga
serta lingkungannya, serta mengalami penurunan fungsi intelektual sehingga
memerlukan pendekatan dan perhatian khusus.
- Pemeriksaan
fisik : Review of System (ROS)
a.
B1 (breathing)
Sesak nafas
b.
B2 (blood)
Kulit terlihat pucat
Konjungtiva anemis
Suhu tubuh meningkat
c.
B3 (brain)
Nyeri saat berkemih, nyeri pada perut,
panggul, dubur atau tulang
d.
B4 (bladder)
Hematuria
Retensi Urin
e.
B5 (bowel)
Nafsu makan menurun
Berat badan menurun
f.
B6 (bone)
Adanya masa yang teraba saat palpasi
abdomen
Malaise
3.2 Analisa Data
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH KEPERAWATAN
|
DS :
- Pasien mengeluh nyeri pada daerah perut, panggul, dubur atau tulang,
serta pada saat berkemih
DO:
- Wajah pasien tampak meringis
- Skala nyeri
- N
- Kaji PQRST
|
Pembelahan sel pada jaringan buli-buli meningkat cepat
¯
Inflamasi buli-buli
¯
Mediator inflamasi
¯
Nyeri Akut
|
Nyeri akut
|
DS :
- Pasien mengatakan
tidak nafsu makan
- Pasien merasa mual
DO :
- Kurang nafsu makan
- Bising usus berlebih
- Konjungtiva pucat
- Denyut nadi lemah
|
Hidronefrosis
¯
Ureum kembali ke pembuluh darah
¯
Uremia
¯
BUN meningkat
¯
Mual
¯
Intake tidak adekuat
¯
BB menurun
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
|
DS:
- Pasien mengeluh
tidak nyaman di area luka pembedahan
DO:
- Luka daerah
pembedahan tampak kemerahan
|
Kelainan struktur fungsional buli-buli
¯
Diversi Urin
¯
Stoma
¯
Resiko gangguan integritas kulit
|
Resiko gangguan integritas kulit
|
DS :
Pasien mengatakan kencingnya
berwarna merah (hematuria) dan terasa nyeri
DO:
Pasien menggunakan alat bantu
kateter three way, Invasi urotheal karsinoma hygrade, Tumor
infiltrating sampai lapisan muskularis, Hb 8,8
|
Ca
Buli
¯
Bermetastasis
¯
Kontraksi
otot buli saat berkemih
¯
Tumor tertekan
¯
Terjadi
perdarahan
¯
MK
: PK perdarahan
|
Perdarahan
|
3.3 Diagnosa Keperawatan
- Nyeri
akut berhubungan dengan penekanan pada jaringan saraf
- Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual dan muntah
- Perdarahan berhubungan dengan
kontraksi otot buli saat berkemih
- Resiko
gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi
3.4 Intervensi
a.
Dx
:Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan
jaringan
NOC
|
NIC
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil :
1. Klien mampu mengontrol nyeri
2. Klien mampu mengenali
nyeri
3. Klien menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri berkurang
4. TTV dalam rentang normal
5. Tidak mengalami gangguan
tidur
|
6.
Lakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
7.
Observasi reaksi
nonverbal dan ketidaknyamanan
8.
Kontrol lingkungan
yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
9.
Kurangi faktor
presipitasi nyeri
10. Kaji
tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
11. Ajarkan
tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/dingin
12. Berikan
analgesik untuk mengurangi nyeri
13. Tingkatkan
istirahat
|
b.
Dx
: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah
NOC
|
NIC
|
1. Status nutrisi : masukan
makanan dan cairan
2. Kontrol BB
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan nutrisi teratasi dengan kriteria hasil :
1. Adanya peningkatan BB
sesuai tujuan
2. Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
3. Tidak terjadi penurunan BB
yang berarti
|
Nutrition Management
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan klien
3. Kaji kemampuan klien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
4. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
5. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
Nutrition
Monitoring
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya penurunan
BB
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
4. Monitor turgor kulit
5. Monitor mual dan muntah
Monitor kalori dan intake nutrisi
|
c. Dx : Pk perdarahan berhubungan dengan kontraksi otot buli saat berkemih
NOC
|
NIC
|
Perdarahan berhenti
Kriteria Hasil :
1. Luka sembuh, kering, tidak terdapat
pus, tidak meluas
2. Hb ≥ 11 gr dl
|
Pencegahan Sirkulasi
1. Lakukan
penilaian menyeluruh tentang sirkulasi
2. Lakukan perawatan luka dengan hati-hati
dengan steril dan tutup luka dengan tekhnik aseptic
|
d. Dx : Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi
NOC
|
NIC
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko gangguan integritas kulit
tidak terjadi dengan kriteria hasil:
1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
2. Melaporkan adanya gangguan sensasi atau nyeri pada daerah kulit yang
mengalami gangguan
3. Status nutrisi adekuat
|
Pressure Management
1.
Anjurkan
pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2.
Jaga
kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
3.
Monitor
kulit adanya kemerahan
4.
Monitor
aktivitas dan mobilisasi pasien
5.
Monitor
status nutrisi pasien
6.
Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk pemberian tinggi protein, mineral dan vitamin
7.
Monitor
serum albumin dan transferin
|
3.5 Evaluasi
Hasil
yang diharapkan setelah mendapatkan
intervensi keperawatan adalah sebagai
berikut.
1. Eliminasi urine dapat optimal sesuai
toleransi individu
2. Penurunan
skala nyeri
3. Perfusi jaringan
ginjal
adekuat
4. Pasien
menunjukkan
toleransi
terhadap
aktivitas.
5. Tidak terjadi infeksi
pada luka pasca
bedah.
6. Informasi
kesehatan
terpenuhi
BAB 4
Penutup
1.1 Kesimpulan
Menurut doenges (2009)
kanker kandung kemih adalah pertumbuhan maligna dari sel kanker di
jaringan epitel dalam kandung kemih yang mana pertumbuhannya bersifat parasit
dan merugikan manusia sebagai hospesnya.
faktor risiko yang utama adalah
lingkungan hidup, seperti merokok dan paparan zat kimia industri tertentu.Gejalanya yaitu Hematuria
atau Gros Hematuria,Infeksi kantung
kemih,Gejala
obstruksi saluran kemih,Gejala metastasis
Untuk penatalaksanaannya yaitu Terapi
konservatif, tindakan invatif minimal dan partial cystectomy
Daftar Pustaka
Baughman,
Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah:
Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC
Berman, Audrey. Et al. 2009. Kozier: Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis.
Edisi 5. Jakarta: EGC
Blackwell, Wiley. 2014. Nursing Diagnosis: Definitions 7
Classification 2015-2017 Tenth Edition. UK NANDA International, Inc.
Bulecheck G. et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC)
Sixth Edition. Elsevier: Saunders
Comprehensive
cancer center. Bladder cancer hanbook. University of michigan healt system.
Diakses dari http://www.med.umich.edu/cancer/files/bladder-cancer-handbook.pdf.
pada 14 maret 2016
Corwin,
Elizabeth J. 2007. Buku Saku
Patofisiologi Ed.3. Jakarta: EGC
Jong, De Wim. 2005. Kanker, Apakah Itu? Pengobatan, Harapan Hidup, dan Dukungan Keluarga. Jakarta: Arcan
Linton. 2007. Introduction to Medical-Surgical Nursing 5th Edition.
USA : Elsevier
Moorhead et al. 2013. Nursing Outcome Classification (NOC) Fifth
Edition. Elsevier: Saunders
NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:
Salemba Medika
Perry & Potter.2006.Fundamental Keperawatan Konsep,Proses, dan
Praktik edisi 4 vol 2.Alih Bahasa : Anita Komalasari,S.Kp dkk.Jakarta:EGC
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan.
Jakarta: EGC
Tanagho, Emil dan Jack W. McAninch. 2007. Smith's General Urology, 17th Edition.
McGraw-Hill Professional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar