Minggu, 22 Mei 2016

ASKEP STRICTURE URETRA


MAKALAH KEPERAWATAN PERKEMIHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN OTHER URINARY TRACT DISORDERS (STRICTURE URETRA)


Oleh :
Kelompok 3 Kelas A1
1.      Yessy Dian Anggraini             131311133014
2.      Sri Kurniawati                         131311133017
3.      Nourma Aulia Ulfa                 131311133045
4.      Marita Selvia                           131311133060
5.      Dewi Permata Lestari             131311133075
6.      Lady Claudinie                       131311133081
7.      Medho Patria H.                     131311133126



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis berbentuk makalah yang berjudul  Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Other Urinary Tract Disorders (Strictur Uretra) pada mata kuliah Keperawatan Perkemihan dengan lancar dan sesuai waktu yang telah ditentukan.
 Untuk itulah kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Praba Diyan R.,S.Kep.,Ns., M.Kep yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Dan teman-teman mahasiswa yang memberikan konstribusinya baik secara langsung maupun tidak dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi kita semua. Kami menyadari dengan segala keterbatasan yang dimiliki. Kami sangat berterima kasih apabila ada pihak–pihak yang berkenan memberikan kritik dan saran pada makalah ini.





Surabaya, Maret 2016


Penyusun




DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................................... i
Kata Pengantar...................................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................................ iii
BAB I Pendahuluan.............................................................................................................. 1
1. 1Latar Belakang........................................................................................................... 1
1. 2Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
1. 3Tujuan............................................................................................................ ........... 2
1.3.1        Tujuan Umum.................................................................................... 2
1.3.2        Tujuan Khusus................................................................................... 2
BAB II Tinjauan Pustaka...................................................................................................... 3
2.1  Anatomi Fisiologi Uretra........................................................................................... 3
2.2  Stricture Uretra.......................................................................................................... 4
2.2.1        Definisi strictur uretra........................................................................ 4
2.2.2        Etiologi strictur uretra........................................................................ 4
2.2.3        Patofisiologi strictur uretra................................................................ 5
2.2.4        Manifestasi Klinis strictur uretra........................................................ 5
2.2.5        Derajat Penyempitan strictur uretra................................................... 6
2.2.6        Pemeriksaan Diagnostik strictur uretra.............................................. 6
2.2.7        Penatalaksanaan strictur uretra.......................................................... 7
2.2.8        Prognosis strictur uretra..................................................................... 8
2.2.9        WOC strictur uretra........................................................................... 9
BAB III Asuhan Keperawatan
3.1 Asuhan Keperawatan Umum.................................................................................... 10
Daftar Pustaka



BAB I
PENDAHULUAN

1. 1Latar Belakang
Striktur uretra adalah penyempitan atau kontraksi dari lumen urethra akibat adanya osbtruksi. Striktur urethra adalah penyempitan akibat dari adanya  pembentukan jaringan fibrotik (jaringan parut) pada urethra atau daerah urethra. Striktur uretra adalah berkurangnya diameter atau elastisitas uretra yang disebabkan oleh jaringan uretra diganti jaringan ikat yang kemudian mengerut menyebabkan jaringan lumen uretra mengecil.
Dilihat dari segi aspek promotif perawat berperan sebagai pendidik dapat memberi pencegahan dan perawatan dalam menangani asuhan keprawatan striktur uretra dirumah sakit, tidak hanya memberi perawatan, pengobatan dan penyembuhan, tetapi  juga bisa memberi informasi mengenai penyakit yang bertujuan menghindari klien dari komplikasi yang mungkin timbul. Dari segi aspek preventif peran perawat memberikan asuhan keperawatan yang baik dengan memberikan penyuluhan, penatalaksanaan dini kepada klien mengenai striktur uretra. Dari segi kuratif peran perawat untuk memberikan  pertolongan yang sangat cepat seperti pemberian obat antipiretik dan antibiotik. Dari segi aspek rehabilitatif peran peran perawat adalah pemberian obat teratur.
Berdasarkan permasalahan yang terdapat diatas maka penyusun tertarik untuk menyusun makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Striktur Uretra”.

1. 2Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah anatomi fisiologi dari uretra?
2.      Apakah definisi dari stricture uretra?
3.      Apakah etiologi dari stricture uretra?
4.      Apakah patofisiologi stricture uretra?
5.      Apakah manifestasi klinis stricture uretra?
6.      Apakah derajat penyempitan dari stricture uretra?
7.      Apakah macam-macam pemeriksaan diagnostik dari stricture uretra?
8.      Bagaimanakah penatalaksanaan pada pasien stricture uretra?
9.      Apakah prognosis dari stricture uretra?
10.  Bagaimana WOC dari stricture uretra?
11.  Bagaimana asuhan keperawatan dari stricture uretra?

1. 3Tujuan
1. 3. 1                Tujuan Umum
Setelah proses perkuliahan keperawatan perkemihan diharapkan mahasiswa mampu mengetahui mengenai konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan striktur uretra
1. 3. 2                Tujuan Khusus
1.      Menjelaskan definisi dari striktur uretra.
2.      Menjelaskan etiologi/ faktor pencetus dari striktur uretra.
3.      Menjelaskan manifestasi klinis dari striktur uretra.
4.      Menjelaskan patofisiologi striktur uretra.
5.      Menjelaskan pemeriksaan diagnostik pada striktur uretra.
6.      Menjelaskan penatalaksanaan klien dengan striktur uretra.
7.      Menjelaskan prognosis dari striktur uretra.
8.      Menjelaskan WOC dari striktur uretra.
9.      Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan striktur uretra.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Anatomi Fisiologi Uretra
2.1.1        Anatomi dan Fisiologi Uretra Pria

Traktus urinary pada perempuan terpisah sama sekali dari traktus genitalis, tetapi pada laki-laki tidak terpisah. Menurut Pearce (2000), uretra laki-laki panjangnya 17 sampai  23 cm sedangkan Menurut Gibson (2003), Uretra pria adalah tabung dengan panjang 20 cm dan membentang dari kandung kemih sampai ujung penis.
Gambar 1. Uretra pada Pria
(images/google.com)
Uretra meninggalkan kandung kemih dan melalui kelenjar prostat yang bagian itu dikenal sebagai Uretra Pars Prostatika, berjalan ke Uretra Membranosa. Kemudian menjadi uretra penis; membelok dengan sudut 900 dan memiliki perineum ke penis (Pearce.2000). Uretra mempunyai tiga bagian (Gibson.2003) yaitu :
a.       Urethra Pars Prostatica memiliki panjang 3 cm, melewati Glandula Prostatica, menerima dua Ductus Ejaculatorius dan beberapa saluran kecil dari Glandula Prostatica.
b.      Urethra Pars membranosa memiliki panjang 2 cm, melalui Diafragma Urogenitale, lapisan fibrosa tepat di bawah Glandula  Prostatica; tertutup oleh sfingter serat otot. Bagian ini disebut membranosa karena struktur ini setipis membran.
c.       Urethra Pars Spongiota memiliki panjang skitar 15cm; berjalan melalui Corpus Spongiosum penis sampai ujung penis.

2.1.2             Anatomi dan Fisisologi Uretra Wanita
Uretra pada wanita adalah tabung dengan panjang sekitar 3cm dan membentang dari kadung kemih sampai lubang di antara labia minora skitar 2,5 cm di belakang klitoris. Uretra berjalan tepat di bagian depan vagina. (Gibson.2003)

Gambar 2. Uretra pada Wanita
(images/google.com)

2.2  Stricture Uretra
                    2.2.1            Definisi
Striktur uretra merupakan penyempitan lumen uretra akibat adanya jaringan parut dan kontraksi. Penyebab striktur uretra umumnya adalah karena cedera, cedera akibat peregangan dan cedera yang berhubungan dengan kecelakaan mobil, uretritis gonorhea yang tidak ditangani dan abnormalitas congenital. (Hapsari Tri dkk.2009)
Striktur Uretra yaitu penyempitan lumen uretra disertai dengan menurunnya elastisitas jaringan uretra. Sering terjadi di pars bulbaris lebih kurang 60 – 70 %. (Hapsari, Chairunnisa P. 2010).

                    2.2.2            Etiologi
Striktura uretra dapat disebabkan karena suatu infeksi, trauma pada uretra, dan kelainan bawaan. Infeksi seperti ikutan dari pemasangan kateter, uretritis, STD (Gonococcus), saat ini mungkin sudah jarang ditemukan, sering infeksi disebabkan karena pemakaian kateter uretra dalam jangka lama. Trauma yang menyebabkan striktura uretra adalah pembedahan/tindakan yang melewati uretra (kateterisasi, reseksi transuretra), trauma tumpul pada selangkangan (straddle injury) yang akan menimbulkan striktur uretra pars bulbosa, fraktur tulang pelvis yang akan merusak uretra pars membranasea hingga dapat menimbulkan striktur uretra parsial atau komplit, keluar batu secara spontan, trauma hubungan intim/melahirkan dan penggunaan intrumentasi atau tindakan transuretra yang kurang hati - hati. Serta Kelainan bawaan. (Baroroh Dewi Baririet. 2011).

                    2.2.3            Patofisiologi
Proses radang karena trauma atau infeksi menyebabkan terjadinya fibrosis sehingga menjadi sikatrik dan terjadilah striktur yang menyebabkan hambatan aliran urin dan hambatan aliran sperma. (Baroroh Dewi Baririet. 2011).

                    2.2.4            Manifestasi Klinis
1.      Kekuatan pancaran dan jumlah urin berkurang
2.      Gejala infeksi
3.      Retensi urinarius
4.      Adanya aliran balik dan mencetuskan sistitis, prostatitis dan pielonefritis (C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468)
5.      Kesulitan dalam berkemih, harus mengejan, pancaran mengecil, pancaran bercabang dan menetes sampai retensi urine. Pembengkakan dan getah / nanah di daerah perineum, skrotum dan terkadang timbul bercak darah di celana dalam. Bila terjadi infeksi sistemik penderita febris, warna urine bisa keruh.(Nursalam, 2008, Hal 86)
6.      Gejala dan tanda striktur biasanya mulai dengan hambatan arus kemih dan kemudian timbul sindrom lengkap obstruksi leher kandung kemih seperti digambarkan pada hipertrofia prostat. Striktur akibat radang uretra sering agak luas dan mungkin multiple. (Smeltzer.C,2002, hal 1468)
7.      Perasaan tidak puas setelah berkemih.
8.      Frekuensi (buang air kecil lebih sering dari normal).
9.      Urgensi (tidak dapat menahan keinginan untuk berkemih).
10.  Sakit atau nyeri saat buang air kecil kadang-kadang dijumpai.

                    2.2.5            Derajat Penyempitan Uretra
a.       Ringan: jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen.
b.      Sedang: oklusi 1/3 s.d 1/2 diameter lumen uretra.
c.       Berat: oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra. Ada derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang dikenal dengan spongiofibrosis. (Basuki B. Purnomo; 2003)

                    2.2.6            Pemeriksaan Diagnostik
a.       Urinalisis : warna kuning, coklat gelap, merah gelap/terang, penampilan keruh, pH : 7 atau lebih besar, bakteria.
b.      Kultur urin: adanya staphylokokus aureus. Proteus, klebsiella, pseudomonas, e. coli.
c.       BUN/kreatin : meningkat
d.      Uretrografi: adanya penyempitan atau pembuntuan uretra. Untuk mengetahui panjangnya penyempitan uretra dibuat foto iolar (sisto) uretrografi.
e.       Uroflowmetri : untuk mengetahui derasnya pancaran saat miksi
f.       Uretroskopi : Untuk mengetahui pembuntuan lumen uretra (Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 dan Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)
Di buku lain,  disebutkan bahwa pemeriksaan diagnostik untuk stricture uretra yaitu :
1.      Laboratoriun
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk pelengkap pelaksanaan pembedahan. Selain itu, beberapa dilakukan untuk mengetahui adanya tanda –tanda infeksi melalui pemeriksaan urinalisis dan kultur urine.
2.      Uroflowmetri
Uroflowmetri adalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan pancaran urine. Volume urine yang dikeluarkan pada waktu miksi dibagi dengan lamanya proses miksi. Kecepatan pancaran urine normal pada pria adalah 20 ml/detik dan pada wanita 25 ml/detik. Bila kecepatan pancaran kurang dari harga normal menandakan adanya obstruksi.
3.      Radiologi
Diagnosis pasti dibuat dengan uretrografi sehingga dapat melihat letak penyempitan dan besarnya penyempitan uretra. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai panjang striktur adalah dengan sistouretrografi yaitu memasukkan bahan kontras secara antegrad dari buli-buli dan secara retrograd dari uretra. Dengan pemeriksaan ini, panjang striktur dapat diketahui sehingga penting untuk perencanaan terapi atau operasi. ( Muttaqin.A, 2011 hal 234)

                    2.2.7            Penatalaksanaan
1.      Filiform bougies untuk membuka jalan jika striktur menghambat pemasangan kateter
2.      Medika mentosa Analgesik non narkotik untuk mengendalikan nyeri. Medikasi antimikrobial untuk mencegah infeksi.
3.      Pembedahan
a.       Sistostomi suprapubis
b.      Businasi ( dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara hati-hati.
c.       Uretrotomi interna : memotong jaringan sikatrik uretra dengan pisau otis/sachse. Otis dimasukkan secara blind ke dalam buli–buli jika striktur belum total. Jika lebih berat dengan pisau sachse secara visual.
d.      Uretritimi eksterna: tondakan operasi terbuka berupa pemotonganjaringan fibrosis, kemudian dilakukan anastomosis diantara jaringan uretra yang masih baik. (Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 dan Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)
4.      Terapi
a.       Kalau penderita datang dengan retensio urine maka pertolongan pertama dengan cystostomi kemudian baru dibuat pemeriksaan uretrogafi untuk memastikan adanya striktura urethra.
b.      Kalau penderita datang dengan infiltrat urine atau abses dilakukan insisi infiltrat dan abses dan dilakukan cystostomi baru kemidian dibuat uretrografi.
5.      Trukar Cystostomi
Kalau penderita datang dengan retensio urine atau infiltrat urine, dilakukan cystostomi. Tindakan cystostomie dilakukan dengan trukar, dilakukan dengan lokal anestesi, satu jari di atas pubis di garis tengah, tusukan membuat sudut 45 derajat setelah trukar masuk, dimasukan kateter dan trukar dilepas, kater difiksasi dengan benar sutra kulit.
6.      Bedah endoskopi
a.       Setelah dibuat diagnosis striktura urethra ditentukan lokasi dan panjang striktura Indikasi untuk melakukan bedah endoskopi dengan alat sachse adalah striktura urethra anterior atau posterior yang  masih ada lumen walaupun kecil dan panjang tidak lebih 2 cm serta tidak fistel kateter dipasang selama 2 hari pasca tindakan.
b.      Setelah penderita dipulangkan, penderita harus kontrol tiap minggu sampai 1 bulan kemudian.Tiap bulan sampai 6 bulan dan tiap 6 bulan seumur hidup.Pada waktu kontrol dilakukan pemeriksaan uroflowmer kalau Q maksimal <10 dilakukan bauginasi
7.      Uretroplasti
a.       Indikasi untuk uretroplasti adalah dengan setriktur urethra panjang lebih 2 cm atau dengan fistel urethrokutan atau penderita residif striktur pasca urethratomi sachse
b.      Operasi urethroplasti ini bermacam – macam , pada umunya setelah daerah striktur diexsisi, urethra diganti dengan kulit preputium atau kulit penis dan dengan free graf  atau pedikel graf yaitu dibuat tambung urethra baru dari kulit preputium atau kulit penis dengan menyertakan pembuluh darahnya.
8.      Otis uretrotomi
a.       Tindakan otis uretrotomi di kerjakan pada striktura urethra anterior terutama bagian distal dari pendulan urethra dan fossa manicularis.
b.      Otis uretrotomi ini juga dilakukan pada wanita dengan striktura urethra
2.2.8      Prognosis
Striktur urethra sering kali kambuh, sehingga pasien harus sering menjalani pemeriksaan secara teratur ke dokter. Penyakit ini dinyatakan sembuh bila setelah dilakukan observasi selama 1 tahun tidak menunjukkan tanda-tanda kekambuhan. (Purnomo BB., Seto S, 2003

2.2.9   woc     

MK: Perubahan pola berkemih
Luka Insisi
MK : Retensi Urin
 



























BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN UMUM

3.1  Pengkajian
1.      Anamnesa
1)      Identitas Klien
a.       Nama
b.      Alamat
c.       Umur  
d.      Jenis Kelamin
e.       Berat Badan
f.       Agama
g.      Pekerjaan
2)      Riwayat Kesehatan
(1)   Keluhan Utama
Klien merasakan pancaran urine melemah, sering kencing, dan sedikit urine yang keluar.
(2)   Riwayat Penyakit Sekarang
Pada klien striktur uretra keluhan-keluhan yang ada adalah nokturia, urgensi, disuria, pancaran melemah, rasa tidak lampias/ puas sehabis miksi, hesistensi, intermitency, dan waktu miksi memanjang dan akirnya menjadi retensio urine.
(3)   Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya penyakit yang berhubungan dengan saluran perkemihan, misalnya ISK (Infeksi Saluran Kencing ) yang berulang. Penyakit kronis yang pernah di derita. Operasi yang pernah di jalani kecelakaan yang pernah dialami adanya riwayat penyakit DM dan hipertensi.
(4)   Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit striktur urethra Anggota keluarga yang menderita DM, asma, atau hipertensi.
(5)   Riwayat Alergi
Kaji apakah klien dan keluarga memiliki riwayat alergi.
(6)   Riwayat Penggunaan Obat
Kaji obat apa yang sudah dikonsumsi selama ini, obat apa yang sudah diminum sebelum MRS.
2.      Pemeriksaan Fisik
1)      B1 (breathing)
Kaji bentuk hidung, pergerakan cuping hidung pada waktu bernafas, kesimetrisan gerakan dada pada saat bernafas, auskultasi bunyi nafas dan gangguan pernafasan yang timbul. Apakah bersih atau ada ronchi, serta frekuensi nafas.
2)      B2 (blood)
Adanya peningkatan TD (efek pembesaran ginjal) dan peningkatan suhu tubuh.
3)      B3 (brain)
Kaji fungsi serebral, fungsi saraf cranial, fungsi sensori serta fungsi refleks.
4)      B4 (bladder)
Penurunan aliran urin, ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan lengkap, dorongan dan frekwensi berkemih meningkat.
5)      B5 (bowel)
Kaji apakah ada nyeri tekan abdomen, apakah ada kram abdomen, apakah ada mual dan muntah, anoreksia, dan penurunan berat badan.
6)      B6  (bone)
Kaji derajat Range of Motion dari pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota gerak bawah, ketidaknyamanan atau nyeri yang dilaporkan klien waktu bergerak, dan toleransi klien waktu bergerak. Kaji keadaan kulitnya, rambut dan kuku, pemeriksaan kulit meliputi : tekstur, kelembaban, turgor, warna dan fungsi perabaan.

3.2   Analisa Data
Data
Etiologi
Masalah Keperawatan
DS: Pasien mengeluh dapat kencing tetapi kencingnya sedikit dan pancarannya lemah.
DO: Terasa distensi pada kandung kemih saat dipalpasi.

Penyempitan lumen uretra
Kekuatan pancaran dan jumlah urine berkurang

Haluaran urine berkurang
Retensi urine
Retensi Urine
DS: Pasien mengeluh nyeri pada daerah pinggang,suprapubik dan perineal saat berkemih.
DO: Wajah pasien tampak meringis saat berkemih
P : Obstruksi pada kandung kemih karena tumor
Q: seperti tertekan benda tumpul
R: Suprapubik,perineal dan apnggul
S: skala 6
T: nyeri hilang timbul
Obstruksi saluran kemih yang bermuara ke vesikula urinaria
Refluks urine
Hidroureter
Hidronefrosis
Iskemia
Nyeri akut
Nyeri Akut
DS: klien mengatakan suhu badan meningkat.
DO: muncul keringat dingin, akral hangat, Suhu : 37,5°C.
Obstruksi saluran kemih yang bermuara ke vesika urinaria
Peningkatan tekanan vesika urinaria
Penebalan dinding vesika urinaria
Penurunan kontraksi otot vesika urinaria
Kesulitan berkemih
Retensi urine
Resiko Infeksi

Resiko Infeksi
DS: Klien mengeluh sering kencing dengan jumlah urine sedikit.
DO: intake dan output tidak seimbang
Obstruksi saluran kemih yang bermuara ke vesika urinaria
Peningkatan tekanan vesika urinaria
Penebalan dinding vesika urinaria
Penurunan kontraksi otot vesika urinaria
Kesulitan berkemih
Retensi urine
Sitostomi
Gangguan eliminasi urine
Gangguan Eliminasi Urine

3.3  Diagnosa Keperawatan
1.      Retensi urine b.d. obstruksi pada jalan urin
2.      Nyeri akut b.d. luka biologi (iskemia)
3.      Resiko infeksi b.d. ketidak adekuatan pertahanan primer
4.      Gangguan eliminasi urine b.d. obstruksi anatomik

3.4  Intervensi
Diagnosa : Retensi urine b.d.  obstruksi pada jalan urine.
NOC
NIC
Domain II : Physiologic Health
Class F : Elimination
Urinary Elimination (0503)
a.    Pola eliminasi (050301)
b.    Bau urine (050302)
c.    Jumlah urine (050303)
d.   Warna urine (050304)
e.    Kejernihan urine (050306)
f.     Intake cairan (050307)
g.    Kesempurnaan pengosongan bladder (050313)
h.    Ada darah dalam urine (050329)
i.      Frekuensi berkemih (050331)
j.      Retensi urine (050332)
k.    Nyeri saat berkemih (050309)
Domain 1 : physiological
Class B : Elimination Management
Urinary Retention Care (05620)
1.    Melakukan pengkajian yang berfokuske inkontinensia urin (seperti output urin, pola pengosongan urine, fungsi kognitif, dan masalah urinary preeksisten)
2.    Monitor penggunaan antikolinergik atau alpha agonist
3.    Monitor efek resep obat seperti calcium channel blokers dan antikolinergik
4.    Gunakan sugesti seperti menyalakan air atau menyiram toilet
5.    Menstimulasi reflek kandung kemih dengan menggunakan sesuatu yang dingin ke abdomen, gerakan dibagian dalam paha, atau menyalakan air
6.    Gunakan crede maneuver jika dibutuhkan
7.    Gunakan kateter urin jika dibutuhkan
8.    Informasikan kepada klien/keluarga untuk mencatat output urin
9.    Monitor intake dan output
10.Berikan waktu yang cukup untuk pengosongan kandung kemiih (10menit)


Diagnosa : Nyeri akut b.d luka biologi (iskemia).
NOC
NIC
Domain IV : Health Knowledge & Behavior
Class Q : Health Behavior
Pain Control (1605)
a.    identifikasi onset nyeri (160502)
b.    Identifikasi factor penyebab (160501)
c.    Gunakan tindakan preventif (160503)
d.   Gunakan analgesic jika dibutuhkan (160505)
e.    Laporkan perubahan gejala nyeri kepada petugas kesehatan (160513)
Domain 1 : physiological
Class E : Physical Comfort Promotion
 Pain Management (1400)
1.    Lakukan pengkajian nyeri seperti lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, factor pencetus nyeri.
2.    Kaji pengetahuan pasien tentang nyeri
3.                                                                                         Tentukan efek nyeri pada kualitas hidup klien seperti (hubungan, tidur,napsu makan, aktifitas,mood)
3.    Kontrol factor lingkungan yg dapat mempengaruhi nyeri (suhu,keramaian,pencahayaan)
4.    Berikan farmakologis/nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (kolaborasi jika farmakologis)
5.    Ajarkan teknik relaksasi, TENS, hypnosis, terapi music, distraksi, terapi bermain, terapi aktifitas, masase, aplikasi dingin/hangat sebelum, setelah, dan jikamemungkinkan saat nyeri berlangsung


Diagnosa : Resiko infeksi b.d. ketidak adekuatan pertahanan primer.
NOC
NIC
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperwatan infeksi pada klien dapat terkontrol.

Kriteria Hasil:
1.    Level 1 Domain II: Physiologic Health
Level 2 Kelas H: Immune Response
Level 3 Outcome: Infection Severity
1)   Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi (tumor, dolor, rubor, kolor)
2)   Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3)   Jumlah leukosit alam batas normal
2.    Level 1 Domain II: Physiologic Health
Level 2 Kelas H: Immune Response
Level 3 Outcome: Immune Status
1)   Suhu tubuh
2)   Fungsi respirasi
3)   Fungsi gastrointestinal
4)   Fungsi genitourinaria
5)   Integritas kulit
6)   Integritas mukosa
Kontrol Infeksi (6540)
1.    Pertahankan teknik aseptif
2.    Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
3.    Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
4.    Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kemih
5.    Tingkatkan intake nutrisi
6.    Dorong klien untuk memenuhi intake cairan
7.    Berikan terapi antibiotik
Proteksi Terhadap Infeksi (6550)
1.    Monitor tanda dan gejala infeksi sitemikdan lokal
2.    Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
3.    Monitoring adanya luka
4.    Batasi pengunjung bila perlu
5.    Anjurkan klien untuk istirahat
6.    Ajarkan klien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi
7.    Laporkan kecurigaan infeksi



Diagnosa :  Gangguan eliminasi urine b.d. obstruksi anatomik.
NOC
NIC
v  Eliminasi urine
v  Urinary continuence
Kriteria hasil :
v  Kandung kemih kosong secara penuh
v  Tidak ada residu urine 100-200 cc
v  Intake cairan dalam rentang normal
v  Bebas dari ISK
v  Tidak ada spasme bladder
v  Balance cairan seimbang
Urinary Retention Care
1.      Lakukan penilaian berkemih yang komprehensif berfokus pada inkontinensia (misalnya, output urin, pola berkemih, fungsi kognitif, dan masalah kencing praeksisten)
2.      Memantau penggunaan obat dengan sifat antikolinergik atau properti alpha agonis
3.      Memonitor efek dari obat-obatan yang diresepkan, seperti calcium channel blockers dan antikolinergik
4.      Gunakan kekuatan sugesti dengan menjalankan air atau di toilet
5.      Merangsang refleks kandung kemih dengan menerapkan dingin pada perut
6.      Sediakan waktu yang cukup untuk pengosongan kandung kemih (10 menit)
7.      Gunakan spirit wintergreen di pispot atau urinal
8.      Anjurkan klien / keluarga untuk memantau output urine
9.      Memantau asupan dan keluaran
10.  Memantau tingkat distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusi



































DAFTAR PUSTAKA

Baroroh Dewi Baririet. 2011. Nursing Care Plan : Striktur Uretra. Malang :  Medical Surgical Department PSIK FIKES UMM.
Doenges E. Marilynn, Rencana Asuhan keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta. EGC. 2000
Gibson, John. (2003).Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2,Jakarta:EGC
.Hapsari, Chairunnisa P. 2010. Hubungan antara Pembesaran prostat Jinak dengan Gambaran Endapan Urin di Kandung Kemih pada Pemeriksaan Ultrasonografi. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Hapsari Tri dkk.2009. Gambaran Pengetahuan Pasien Penderita Striktur Uretra Tentang Pencegahan Kejadian Ulang Striktur Uretra di Ruang Perawatan Bedah Rumah Sakit Dr Hasan Sadikin Bandung. Bandung : Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
Nanda, NOC, NIC.2015-2017.Asuhan Keperawatan
Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Pearce, Evelyn C. (2000). Anatomi dan Fisiolog untuk Paramedis Edisi Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Purnomo BB., Seto S. Striktur Urethra. Dalam: Dasar-Dasar Urologi. Edisi Kedua. Pene Susanne, C Smelzer, Keperawatan Medikal Bedah (Brunner &Suddart) , Edisi VIII, Volume 2, Jakarta, EGC, 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar