MAKALAH KEPERAWATAN PERKEMIHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN OTHER URINARY TRACT DISORDERS (STRICTURE
URETRA)
Oleh
:
Kelompok
3 Kelas A1
1. Yessy
Dian Anggraini 131311133014
2. Sri
Kurniawati 131311133017
3. Nourma
Aulia Ulfa 131311133045
4. Marita
Selvia 131311133060
5. Dewi
Permata Lestari 131311133075
6. Lady
Claudinie 131311133081
7. Medho
Patria H. 131311133126
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016
Kata Pengantar
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis berbentuk makalah
yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Other Urinary Tract
Disorders (Strictur Uretra) pada mata kuliah Keperawatan Perkemihan dengan
lancar dan sesuai waktu yang telah ditentukan.
Untuk itulah kami mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Praba Diyan R.,S.Kep.,Ns., M.Kep yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah ini. Dan teman-teman mahasiswa yang memberikan
konstribusinya baik secara langsung maupun tidak dalam pembuatan makalah ini.
Semoga
makalah ini dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi kita semua. Kami
menyadari dengan segala keterbatasan yang dimiliki. Kami sangat berterima kasih
apabila ada pihak–pihak yang berkenan memberikan kritik dan saran pada makalah
ini.
Surabaya, Maret 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Judul....................................................................................................................... i
Kata
Pengantar...................................................................................................................... ii
Daftar
Isi................................................................................................................................ iii
BAB
I Pendahuluan.............................................................................................................. 1
1. 1Latar
Belakang........................................................................................................... 1
1. 2Rumusan
Masalah...................................................................................................... 1
1. 3Tujuan............................................................................................................ ........... 2
1.3.1
Tujuan Umum.................................................................................... 2
1.3.2
Tujuan Khusus................................................................................... 2
BAB
II Tinjauan Pustaka...................................................................................................... 3
2.1 Anatomi
Fisiologi Uretra........................................................................................... 3
2.2 Stricture
Uretra.......................................................................................................... 4
2.2.1
Definisi strictur
uretra........................................................................ 4
2.2.2
Etiologi strictur
uretra........................................................................ 4
2.2.3
Patofisiologi strictur
uretra................................................................ 5
2.2.4
Manifestasi Klinis
strictur uretra........................................................ 5
2.2.5
Derajat Penyempitan
strictur uretra................................................... 6
2.2.6
Pemeriksaan Diagnostik
strictur uretra.............................................. 6
2.2.7
Penatalaksanaan
strictur uretra.......................................................... 7
2.2.8
Prognosis strictur
uretra..................................................................... 8
2.2.9
WOC strictur uretra........................................................................... 9
BAB
III Asuhan Keperawatan
3.1
Asuhan Keperawatan Umum.................................................................................... 10
Daftar
Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1Latar Belakang
Striktur uretra adalah penyempitan atau kontraksi dari
lumen urethra akibat adanya osbtruksi. Striktur urethra adalah penyempitan
akibat dari adanya pembentukan jaringan fibrotik (jaringan parut) pada
urethra atau daerah urethra. Striktur uretra adalah berkurangnya diameter atau
elastisitas uretra yang disebabkan oleh jaringan uretra diganti jaringan ikat
yang kemudian mengerut menyebabkan jaringan lumen uretra mengecil.
Dilihat dari segi aspek promotif perawat berperan
sebagai pendidik dapat memberi pencegahan dan perawatan dalam menangani asuhan
keprawatan striktur uretra dirumah sakit, tidak hanya memberi perawatan,
pengobatan dan penyembuhan, tetapi juga bisa memberi informasi mengenai
penyakit yang bertujuan menghindari klien dari komplikasi yang mungkin timbul.
Dari segi aspek preventif peran perawat memberikan asuhan keperawatan yang baik
dengan memberikan penyuluhan, penatalaksanaan dini kepada klien mengenai striktur
uretra. Dari segi kuratif peran perawat untuk memberikan pertolongan yang
sangat cepat seperti pemberian obat antipiretik dan antibiotik. Dari segi aspek
rehabilitatif peran peran perawat adalah pemberian obat teratur.
Berdasarkan permasalahan yang terdapat diatas maka
penyusun tertarik untuk menyusun makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Striktur Uretra”.
1. 2Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah
anatomi fisiologi dari uretra?
2. Apakah
definisi dari stricture uretra?
3. Apakah
etiologi dari stricture uretra?
4. Apakah
patofisiologi stricture uretra?
5. Apakah
manifestasi klinis stricture uretra?
6. Apakah
derajat penyempitan dari stricture uretra?
7. Apakah
macam-macam pemeriksaan diagnostik dari stricture uretra?
8. Bagaimanakah
penatalaksanaan pada pasien stricture uretra?
9. Apakah
prognosis dari stricture uretra?
10. Bagaimana
WOC dari stricture uretra?
11. Bagaimana
asuhan keperawatan dari stricture uretra?
1. 3Tujuan
1. 3. 1
Tujuan
Umum
Setelah
proses perkuliahan keperawatan perkemihan diharapkan
mahasiswa mampu mengetahui mengenai konsep asuhan keperawatan pada pasien
dengan striktur uretra
1. 3. 2
Tujuan
Khusus
1.
Menjelaskan
definisi dari striktur uretra.
2.
Menjelaskan
etiologi/ faktor pencetus dari striktur uretra.
3.
Menjelaskan
manifestasi klinis dari striktur uretra.
4.
Menjelaskan
patofisiologi striktur uretra.
5.
Menjelaskan
pemeriksaan diagnostik pada striktur uretra.
6.
Menjelaskan
penatalaksanaan klien dengan striktur uretra.
7.
Menjelaskan
prognosis dari striktur uretra.
8.
Menjelaskan
WOC dari striktur uretra.
9.
Menjelaskan
asuhan keperawatan pasien dengan striktur uretra.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi
Uretra
2.1.1
Anatomi dan Fisiologi Uretra Pria
Traktus urinary pada perempuan terpisah sama sekali dari traktus genitalis, tetapi pada laki-laki tidak terpisah. Menurut Pearce (2000), uretra laki-laki panjangnya 17 sampai 23 cm sedangkan Menurut Gibson (2003), Uretra pria adalah tabung dengan panjang 20 cm dan membentang dari kandung kemih sampai ujung penis.
Gambar 1. Uretra pada Pria
(images/google.com)
Uretra meninggalkan kandung kemih dan melalui
kelenjar prostat yang bagian itu dikenal sebagai Uretra Pars Prostatika, berjalan ke Uretra Membranosa. Kemudian menjadi uretra penis; membelok dengan
sudut 900 dan memiliki perineum ke penis (Pearce.2000). Uretra
mempunyai tiga bagian (Gibson.2003) yaitu :
a. Urethra Pars Prostatica
memiliki panjang 3 cm, melewati Glandula
Prostatica, menerima dua Ductus
Ejaculatorius dan beberapa saluran kecil dari Glandula Prostatica.
b. Urethra Pars
membranosa memiliki panjang 2 cm, melalui Diafragma
Urogenitale, lapisan fibrosa tepat di bawah Glandula Prostatica;
tertutup oleh sfingter serat otot. Bagian ini disebut membranosa karena
struktur ini setipis membran.
c. Urethra Pars Spongiota
memiliki panjang skitar 15cm; berjalan melalui Corpus Spongiosum penis sampai ujung penis.
2.1.2
Anatomi dan Fisisologi Uretra Wanita
Uretra
pada wanita adalah tabung dengan panjang sekitar 3cm dan membentang dari kadung
kemih sampai lubang di antara labia minora skitar 2,5 cm di belakang klitoris.
Uretra berjalan tepat di bagian depan vagina. (Gibson.2003)
Gambar 2. Uretra pada Wanita
(images/google.com)
2.2 Stricture Uretra
2.2.1
Definisi
Striktur
uretra merupakan penyempitan lumen uretra akibat adanya jaringan parut dan
kontraksi. Penyebab striktur uretra umumnya adalah karena cedera, cedera akibat
peregangan dan cedera yang berhubungan dengan kecelakaan mobil, uretritis
gonorhea yang tidak ditangani dan abnormalitas congenital. (Hapsari Tri
dkk.2009)
Striktur
Uretra yaitu penyempitan lumen uretra disertai dengan menurunnya elastisitas jaringan
uretra. Sering terjadi di pars bulbaris lebih kurang 60 – 70 %. (Hapsari,
Chairunnisa P. 2010).
2.2.2
Etiologi
Striktura
uretra dapat disebabkan karena suatu infeksi, trauma pada uretra, dan kelainan
bawaan. Infeksi seperti ikutan dari pemasangan kateter, uretritis, STD
(Gonococcus), saat ini mungkin sudah jarang ditemukan, sering infeksi
disebabkan karena pemakaian kateter uretra dalam jangka lama. Trauma yang
menyebabkan striktura uretra adalah pembedahan/tindakan yang melewati uretra
(kateterisasi, reseksi transuretra), trauma tumpul pada selangkangan (straddle injury) yang akan menimbulkan
striktur uretra pars bulbosa, fraktur tulang pelvis yang akan merusak uretra
pars membranasea hingga dapat menimbulkan striktur uretra parsial atau komplit,
keluar batu secara spontan, trauma hubungan intim/melahirkan dan penggunaan
intrumentasi atau tindakan transuretra yang kurang hati - hati. Serta Kelainan
bawaan. (Baroroh Dewi Baririet. 2011).
2.2.3
Patofisiologi
Proses
radang karena trauma atau infeksi menyebabkan terjadinya fibrosis sehingga
menjadi sikatrik dan terjadilah striktur yang menyebabkan hambatan aliran urin
dan hambatan aliran sperma. (Baroroh Dewi Baririet. 2011).
2.2.4
Manifestasi
Klinis
1. Kekuatan
pancaran dan jumlah urin berkurang
2. Gejala
infeksi
3. Retensi
urinarius
4. Adanya
aliran balik dan mencetuskan sistitis, prostatitis dan pielonefritis (C.
Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468)
5. Kesulitan
dalam berkemih, harus mengejan, pancaran mengecil, pancaran bercabang dan
menetes sampai retensi urine. Pembengkakan dan getah / nanah di daerah
perineum, skrotum dan terkadang timbul bercak darah di celana dalam. Bila
terjadi infeksi sistemik penderita febris, warna urine bisa keruh.(Nursalam,
2008, Hal 86)
6. Gejala
dan tanda striktur biasanya mulai dengan hambatan arus kemih dan kemudian
timbul sindrom lengkap obstruksi leher kandung kemih seperti digambarkan pada
hipertrofia prostat. Striktur akibat radang uretra sering agak luas dan mungkin
multiple. (Smeltzer.C,2002, hal 1468)
7. Perasaan
tidak puas setelah berkemih.
8. Frekuensi
(buang air kecil lebih sering dari normal).
9. Urgensi
(tidak dapat menahan keinginan untuk berkemih).
10. Sakit
atau nyeri saat buang air kecil kadang-kadang dijumpai.
2.2.5
Derajat
Penyempitan Uretra
a. Ringan:
jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen.
b. Sedang:
oklusi 1/3 s.d 1/2 diameter lumen uretra.
c. Berat:
oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra. Ada derajat berat kadang kala
teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang dikenal dengan spongiofibrosis.
(Basuki B. Purnomo; 2003)
2.2.6
Pemeriksaan
Diagnostik
a. Urinalisis
: warna kuning, coklat gelap, merah gelap/terang, penampilan keruh, pH : 7 atau
lebih besar, bakteria.
b. Kultur
urin: adanya staphylokokus aureus. Proteus, klebsiella, pseudomonas, e. coli.
c. BUN/kreatin
: meningkat
d. Uretrografi:
adanya penyempitan atau pembuntuan uretra. Untuk mengetahui panjangnya
penyempitan uretra dibuat foto iolar (sisto) uretrografi.
e. Uroflowmetri
: untuk mengetahui derasnya pancaran saat miksi
f. Uretroskopi
: Untuk mengetahui pembuntuan lumen uretra (Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 dan
Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)
Di
buku lain, disebutkan bahwa pemeriksaan
diagnostik untuk stricture uretra yaitu :
1. Laboratoriun
Pemeriksaan
laboratorium dilakukan untuk pelengkap pelaksanaan pembedahan. Selain itu,
beberapa dilakukan untuk mengetahui adanya tanda –tanda infeksi melalui
pemeriksaan urinalisis dan kultur urine.
2. Uroflowmetri
Uroflowmetri adalah
pemeriksaan untuk menentukan kecepatan pancaran urine. Volume urine yang
dikeluarkan pada waktu miksi dibagi dengan lamanya proses miksi. Kecepatan
pancaran urine normal pada pria adalah 20 ml/detik dan pada wanita 25 ml/detik.
Bila kecepatan pancaran kurang dari harga normal menandakan adanya obstruksi.
3. Radiologi
Diagnosis pasti dibuat
dengan uretrografi sehingga dapat melihat letak penyempitan dan besarnya
penyempitan uretra. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai panjang striktur
adalah dengan sistouretrografi yaitu memasukkan bahan kontras secara antegrad
dari buli-buli dan secara retrograd dari uretra. Dengan pemeriksaan ini,
panjang striktur dapat diketahui sehingga penting untuk perencanaan terapi atau
operasi. ( Muttaqin.A, 2011 hal 234)
2.2.7
Penatalaksanaan
1. Filiform
bougies untuk membuka jalan jika striktur menghambat pemasangan kateter
2. Medika
mentosa Analgesik non narkotik untuk mengendalikan nyeri. Medikasi
antimikrobial untuk mencegah infeksi.
3. Pembedahan
a. Sistostomi
suprapubis
b. Businasi
( dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara hati-hati.
c. Uretrotomi
interna : memotong jaringan sikatrik uretra dengan pisau otis/sachse. Otis
dimasukkan secara blind ke dalam buli–buli jika striktur belum total. Jika
lebih berat dengan pisau sachse secara visual.
d. Uretritimi
eksterna: tondakan operasi terbuka berupa pemotonganjaringan fibrosis, kemudian
dilakukan anastomosis diantara jaringan uretra yang masih baik. (Basuki B.
Purnomo; 2000 hal 126 dan Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)
4. Terapi
a. Kalau
penderita datang dengan retensio urine maka pertolongan pertama dengan
cystostomi kemudian baru dibuat pemeriksaan uretrogafi untuk memastikan adanya
striktura urethra.
b. Kalau
penderita datang dengan infiltrat urine atau abses dilakukan insisi infiltrat
dan abses dan dilakukan cystostomi baru kemidian dibuat uretrografi.
5. Trukar
Cystostomi
Kalau penderita datang
dengan retensio urine atau infiltrat urine, dilakukan cystostomi. Tindakan
cystostomie dilakukan dengan trukar, dilakukan dengan lokal anestesi, satu jari
di atas pubis di garis tengah, tusukan membuat sudut 45 derajat setelah trukar
masuk, dimasukan kateter dan trukar dilepas, kater difiksasi dengan benar sutra
kulit.
6. Bedah
endoskopi
a. Setelah
dibuat diagnosis striktura urethra ditentukan lokasi dan panjang striktura
Indikasi untuk melakukan bedah endoskopi dengan alat sachse adalah striktura
urethra anterior atau posterior yang
masih ada lumen walaupun kecil dan panjang tidak lebih 2 cm serta tidak
fistel kateter dipasang selama 2 hari pasca tindakan.
b. Setelah
penderita dipulangkan, penderita harus kontrol tiap minggu sampai 1 bulan
kemudian.Tiap bulan sampai 6 bulan dan tiap 6 bulan seumur hidup.Pada waktu
kontrol dilakukan pemeriksaan uroflowmer kalau Q maksimal <10 dilakukan
bauginasi
7. Uretroplasti
a. Indikasi
untuk uretroplasti adalah dengan setriktur urethra panjang lebih 2 cm atau
dengan fistel urethrokutan atau penderita residif striktur pasca urethratomi
sachse
b. Operasi
urethroplasti ini bermacam – macam , pada umunya setelah daerah striktur
diexsisi, urethra diganti dengan kulit preputium atau kulit penis dan dengan
free graf atau pedikel graf yaitu dibuat
tambung urethra baru dari kulit preputium atau kulit penis dengan menyertakan
pembuluh darahnya.
8. Otis
uretrotomi
a. Tindakan
otis uretrotomi di kerjakan pada striktura urethra anterior terutama bagian
distal dari pendulan urethra dan fossa manicularis.
b. Otis
uretrotomi ini juga dilakukan pada wanita dengan striktura urethra
2.2.8
Prognosis
Striktur urethra sering
kali kambuh, sehingga pasien harus sering menjalani pemeriksaan secara teratur
ke dokter. Penyakit ini dinyatakan sembuh bila setelah dilakukan observasi
selama 1 tahun tidak menunjukkan tanda-tanda kekambuhan. (Purnomo BB., Seto S,
2003
2.2.9 woc
MK: Perubahan
pola berkemih
|
Luka
Insisi
|
MK : Retensi Urin
|
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN UMUM
3.1
Pengkajian
1.
Anamnesa
1)
Identitas
Klien
a. Nama
b. Alamat
c. Umur
d. Jenis
Kelamin
e. Berat
Badan
f. Agama
g. Pekerjaan
2)
Riwayat
Kesehatan
(1) Keluhan
Utama
Klien merasakan
pancaran urine melemah, sering kencing, dan sedikit urine yang keluar.
(2) Riwayat
Penyakit Sekarang
Pada klien striktur
uretra keluhan-keluhan yang ada adalah nokturia, urgensi, disuria, pancaran
melemah, rasa tidak lampias/ puas sehabis miksi, hesistensi, intermitency, dan
waktu miksi memanjang dan akirnya menjadi retensio urine.
(3) Riwayat
Penyakit Dahulu
Adanya penyakit yang
berhubungan dengan saluran perkemihan, misalnya ISK (Infeksi Saluran Kencing )
yang berulang. Penyakit kronis yang pernah di derita. Operasi yang pernah di
jalani kecelakaan yang pernah dialami adanya riwayat penyakit DM dan
hipertensi.
(4) Riwayat
Penyakit Keluarga
Adanya riwayat
keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit striktur
urethra Anggota keluarga yang menderita DM, asma, atau hipertensi.
(5) Riwayat
Alergi
Kaji apakah klien dan
keluarga memiliki riwayat alergi.
(6) Riwayat
Penggunaan Obat
Kaji obat apa yang sudah
dikonsumsi selama ini, obat apa yang sudah diminum sebelum MRS.
2.
Pemeriksaan
Fisik
1) B1 (breathing)
Kaji
bentuk hidung, pergerakan cuping hidung pada waktu bernafas, kesimetrisan
gerakan dada pada saat bernafas, auskultasi bunyi nafas dan gangguan pernafasan
yang timbul. Apakah bersih atau ada ronchi, serta frekuensi nafas.
2) B2 (blood)
Adanya peningkatan TD (efek
pembesaran ginjal) dan peningkatan suhu tubuh.
3) B3 (brain)
Kaji
fungsi serebral, fungsi saraf cranial, fungsi sensori serta fungsi refleks.
4) B4 (bladder)
Penurunan aliran urin, ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan lengkap, dorongan dan frekwensi
berkemih meningkat.
5) B5
(bowel)
Kaji apakah ada nyeri tekan
abdomen, apakah ada kram abdomen, apakah ada mual dan muntah, anoreksia, dan
penurunan berat badan.
6) B6 (bone)
Kaji derajat
Range of Motion dari pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota gerak
bawah, ketidaknyamanan atau nyeri yang dilaporkan klien waktu bergerak, dan toleransi klien waktu bergerak. Kaji keadaan kulitnya, rambut dan kuku, pemeriksaan kulit meliputi :
tekstur, kelembaban, turgor, warna dan fungsi perabaan.
3.2
Analisa Data
Data
|
Etiologi
|
Masalah Keperawatan
|
DS: Pasien mengeluh dapat kencing
tetapi kencingnya sedikit dan pancarannya lemah.
DO: Terasa distensi pada kandung
kemih saat dipalpasi.
|
Penyempitan lumen uretra
↓
Kekuatan pancaran dan jumlah urine berkurang
↓
Haluaran urine berkurang
↓
Retensi urine
|
Retensi
Urine
|
DS: Pasien mengeluh nyeri pada daerah
pinggang,suprapubik dan perineal saat berkemih.
DO: Wajah
pasien tampak meringis saat berkemih
P :
Obstruksi pada kandung kemih karena tumor
Q: seperti
tertekan benda tumpul
R:
Suprapubik,perineal dan apnggul
S: skala
6
T: nyeri hilang timbul
|
Obstruksi saluran kemih yang bermuara
ke vesikula urinaria
↓
Refluks urine
↓
Hidroureter
↓
Hidronefrosis
↓
Iskemia
↓
Nyeri akut
|
Nyeri
Akut
|
DS: klien mengatakan suhu
badan meningkat.
DO: muncul keringat dingin,
akral hangat, Suhu : 37,5°C.
|
Obstruksi
saluran kemih yang bermuara ke vesika urinaria
↓
Peningkatan
tekanan vesika urinaria
↓
Penebalan
dinding vesika urinaria
↓
Penurunan
kontraksi otot vesika urinaria
↓
Kesulitan
berkemih
↓
Retensi
urine
↓
Resiko
Infeksi
|
Resiko
Infeksi
|
DS: Klien mengeluh sering
kencing dengan jumlah urine sedikit.
DO: intake dan output tidak
seimbang
|
Obstruksi
saluran kemih yang bermuara ke vesika urinaria
↓
Peningkatan
tekanan vesika urinaria
↓
Penebalan
dinding vesika urinaria
↓
Penurunan
kontraksi otot vesika urinaria
↓
Kesulitan
berkemih
↓
Retensi
urine
↓
Sitostomi
↓
Gangguan
eliminasi urine
|
Gangguan
Eliminasi Urine
|
3.3
Diagnosa
Keperawatan
1. Retensi
urine b.d. obstruksi pada jalan urin
2. Nyeri
akut b.d. luka biologi (iskemia)
3. Resiko
infeksi b.d. ketidak adekuatan pertahanan primer
4. Gangguan
eliminasi urine b.d. obstruksi anatomik
3.4
Intervensi
Diagnosa : Retensi
urine b.d. obstruksi pada jalan urine.
|
|
NOC
|
NIC
|
Domain II : Physiologic Health
Class F : Elimination
Urinary Elimination (0503)
a.
Pola eliminasi (050301)
b.
Bau urine (050302)
c.
Jumlah urine (050303)
d.
Warna urine (050304)
e.
Kejernihan urine (050306)
f.
Intake cairan (050307)
g.
Kesempurnaan pengosongan
bladder (050313)
h.
Ada darah dalam urine
(050329)
i.
Frekuensi berkemih (050331)
j.
Retensi urine (050332)
k.
Nyeri saat berkemih (050309)
|
Domain 1 : physiological
Class B : Elimination Management
Urinary Retention Care (05620)
1.
Melakukan pengkajian yang
berfokuske inkontinensia urin (seperti output urin, pola pengosongan urine,
fungsi kognitif, dan masalah urinary preeksisten)
2.
Monitor penggunaan
antikolinergik atau alpha agonist
3.
Monitor efek resep obat
seperti calcium channel blokers dan antikolinergik
4.
Gunakan sugesti seperti menyalakan
air atau menyiram toilet
5.
Menstimulasi reflek kandung
kemih dengan menggunakan sesuatu yang dingin ke abdomen, gerakan dibagian
dalam paha, atau menyalakan air
6.
Gunakan crede maneuver jika
dibutuhkan
7.
Gunakan kateter urin jika
dibutuhkan
8.
Informasikan kepada
klien/keluarga untuk mencatat output urin
9.
Monitor intake dan output
10.Berikan
waktu yang cukup untuk pengosongan kandung kemiih (10menit)
|
Diagnosa : Nyeri
akut b.d luka biologi (iskemia).
|
|
NOC
|
NIC
|
Domain IV : Health Knowledge &
Behavior
Class Q : Health Behavior
Pain Control (1605)
a.
identifikasi onset nyeri
(160502)
b.
Identifikasi factor penyebab
(160501)
c.
Gunakan tindakan preventif
(160503)
d.
Gunakan analgesic jika
dibutuhkan (160505)
e.
Laporkan perubahan gejala
nyeri kepada petugas kesehatan (160513)
|
Domain 1 : physiological
Class E : Physical Comfort Promotion
Pain Management (1400)
1.
Lakukan pengkajian nyeri
seperti lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, factor pencetus
nyeri.
2.
Kaji pengetahuan pasien
tentang nyeri
3.
Tentukan efek nyeri pada kualitas
hidup klien seperti (hubungan, tidur,napsu makan, aktifitas,mood)
3.
Kontrol factor lingkungan yg
dapat mempengaruhi nyeri (suhu,keramaian,pencahayaan)
4.
Berikan
farmakologis/nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (kolaborasi jika
farmakologis)
5.
Ajarkan teknik relaksasi,
TENS, hypnosis, terapi music, distraksi, terapi bermain, terapi aktifitas,
masase, aplikasi dingin/hangat sebelum, setelah, dan jikamemungkinkan saat
nyeri berlangsung
|
Diagnosa
: Resiko infeksi b.d. ketidak adekuatan
pertahanan primer.
|
|
NOC
|
NIC
|
Tujuan:
Setelah
dilakukan tindakan keperwatan infeksi pada klien dapat terkontrol.
Kriteria Hasil:
1. Level
1 Domain II: Physiologic Health
Level 2 Kelas H: Immune
Response
Level 3 Outcome: Infection
Severity
1) Klien
bebas dari tanda dan gejala infeksi (tumor, dolor, rubor, kolor)
2) Menunjukkan
kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3) Jumlah
leukosit alam batas normal
2. Level
1 Domain II: Physiologic Health
Level 2 Kelas H: Immune
Response
Level 3 Outcome: Immune
Status
1) Suhu
tubuh
2) Fungsi
respirasi
3) Fungsi
gastrointestinal
4) Fungsi
genitourinaria
5) Integritas
kulit
6) Integritas
mukosa
|
Kontrol Infeksi (6540)
1. Pertahankan
teknik aseptif
2. Cuci
tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
3. Gunakan
baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
4. Gunakan
kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kemih
5. Tingkatkan
intake nutrisi
6. Dorong
klien untuk memenuhi intake cairan
7. Berikan
terapi antibiotik
Proteksi
Terhadap Infeksi (6550)
1. Monitor
tanda dan gejala infeksi sitemikdan lokal
2. Inspeksi
kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
3. Monitoring
adanya luka
4. Batasi
pengunjung bila perlu
5. Anjurkan
klien untuk istirahat
6. Ajarkan
klien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi
7. Laporkan
kecurigaan infeksi
|
Diagnosa : Gangguan eliminasi urine b.d. obstruksi
anatomik.
|
|
NOC
|
NIC
|
v Eliminasi
urine
v Urinary
continuence
Kriteria hasil :
v Kandung
kemih kosong secara penuh
v Tidak
ada residu urine ≥
100-200 cc
v Intake
cairan dalam rentang normal
v Bebas
dari ISK
v Tidak
ada spasme bladder
v Balance
cairan seimbang
|
Urinary
Retention Care
1. Lakukan
penilaian berkemih yang komprehensif berfokus pada inkontinensia (misalnya,
output urin, pola berkemih, fungsi kognitif, dan masalah kencing praeksisten)
2. Memantau
penggunaan obat dengan sifat antikolinergik atau properti alpha agonis
3. Memonitor
efek dari obat-obatan yang diresepkan, seperti calcium channel blockers dan
antikolinergik
4. Gunakan
kekuatan sugesti dengan menjalankan air atau di toilet
5. Merangsang
refleks kandung kemih dengan menerapkan dingin pada perut
6. Sediakan
waktu yang cukup untuk pengosongan kandung kemih (10 menit)
7. Gunakan
spirit wintergreen di pispot atau urinal
8. Anjurkan
klien / keluarga untuk memantau output urine
9. Memantau
asupan dan keluaran
10. Memantau
tingkat distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusi
|
DAFTAR PUSTAKA
Baroroh Dewi Baririet. 2011. Nursing Care Plan : Striktur Uretra. Malang
: Medical Surgical Department PSIK FIKES
UMM.
Doenges
E. Marilynn, Rencana Asuhan keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta.
EGC. 2000
Gibson,
John. (2003).Fisiologi dan
Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2,Jakarta:EGC
.Hapsari, Chairunnisa P. 2010. Hubungan antara
Pembesaran prostat Jinak dengan Gambaran Endapan Urin di Kandung Kemih pada
Pemeriksaan Ultrasonografi. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Hapsari Tri dkk.2009. Gambaran Pengetahuan Pasien
Penderita Striktur Uretra Tentang Pencegahan Kejadian Ulang Striktur Uretra di
Ruang Perawatan Bedah Rumah Sakit Dr Hasan Sadikin Bandung. Bandung :
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
Nanda, NOC,
NIC.2015-2017.Asuhan Keperawatan
Nursalam.
2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Pearce,
Evelyn C. (2000). Anatomi dan
Fisiolog untuk Paramedis Edisi Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Purnomo
BB., Seto S. Striktur Urethra. Dalam:
Dasar-Dasar Urologi. Edisi Kedua. Pene Susanne, C Smelzer, Keperawatan Medikal Bedah (Brunner
&Suddart) , Edisi VIII, Volume 2, Jakarta, EGC, 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar