MAKALAH
KEPERAWATAN PERKEMIHAN
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN OTHER
URINARY TRACT DISORDERS (HYDRONEPHROSIS)
Oleh
:
Kelompok
3 Kelas A1
1. Yessy
Dian Anggraini 131311133014
2. Sri
Kurniawati 131311133017
3. Nourma
Aulia Ulfa 131311133045
4. Marita
Selvia 131311133060
5. Dewi
Permata Lestari 131311133075
6. Lady
Claudinie 131311133081
7. Medho
Patria H. 131311133126
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS
AIRLANGGA
2016
Kata Pengantar
Puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis berbentuk makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Other
Urinary Tract Disorders (Hydronephrosis) pada mata kuliah Keperawatan Perkemihan dengan lancar dan
sesuai waktu yang telah ditentukan.
Untuk itulah kami mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Praba Diyan R.,S.Kep.,Ns., M.Kep yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah ini. Dan teman-teman mahasiswa yang memberikan
konstribusinya baik secara langsung maupun tidak dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini
dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi kita semua. Kami menyadari
dengan segala keterbatasan yang dimiliki. Kami sangat berterima kasih apabila
ada pihak–pihak yang berkenan memberikan kritik dan saran pada makalah ini.
Surabaya,
Maret 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Judul....................................................................................................................... i
Kata
Pengantar...................................................................................................................... ii
Daftar
Isi................................................................................................................................ iii
BAB I
Pendahuluan.............................................................................................................. 1
1. 1Latar
Belakang........................................................................................................... 1
1. 2Rumusan
Masalah...................................................................................................... 1
1. 3Tujuan........................................................................................................................ 2
1.3.1
Tujuan Umum.................................................................................... 2
1.3.2
Tujuan Khusus....................................................................... ........... 2
BAB II Tinjauan
Pustaka...................................................................................................... 3
2.1 Definisi hidronefrosis................................................................................................ 3
2.2 Klasifikasi hidronefrosis............................................................................................ 3
2.3 Etiologi
hidronefrosis................................................................................................ 4
2.4 Patofisiologi
hidronefrosis......................................................................................... 5
2.5 Manifestasi
Klinis hidronefrosis................................................................................ 7
2.6 WOC hidronefrosis.................................................................................................... 8
2.7 Pemeriksaan
Diagnostik hidronefrosis....................................................................... 9
2.8 Penatalaksanaan
hidronefrosis................................................................................... 9
2.9 Komplikasi hidronefrosis........................................................................................... 11
2.10 Prognosis
hidronefrosis........................................................................................... 11
BAB III Asuhan Keperawatan.............................................................................................. 12
3.1 Asuhan Keperawatan Umum.................................................................................... 12
3.2 Asuhan Keperawatan Kasus..................................................................................... 17
Daftar
Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah
satu atay kedua ginjal akibat obstruksi.
Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga
tekanan diginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung
kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi
terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya satu
ginjal saja yang rusak. (Smeltzer & Bare, 2002). Penyebab umum Hydronephrosis termasuk ureteroceles,
katup uretra posterior dan batu ginjal. Jika USG bayi Anda menunjukkan
tanda-tanda masalah ini, Anda akan diberikan informasi tentang kondisi dan
bagaimana hal itu dapat diobati.
Penyakit ginjal masih
merupakan penyakit yang sering ditemui di Indonesia. Menurut PERNEFRI
Perhimpunan Nefrologi Indonesia), penduduk Indonesia yang menderita Penyakit
Ginjal Kronik (PGK) adalah sebanyak 8,6%. Penyakit ginjal sendiri
bermanifestasi dalam 2 bentuk yaitu Penyakit Ginjal Kronik dan Gangguan Ginjal Akut atau Acute Kidney Injury
(AKI).
Prognosis dari Hydronephrosis sangat bervariasi, dan tergantung dari kondisi
yang mengawali terjadinya Hydronephrosis,
unilateral atau bilateral dari
ginjal yang terserang Hydronephrosis,
fungsi ginjal yang tersisa, durasi terjadinya Hydronephrosis, dan apakah Hydronephrosis terjadi pada ginjal yang sedang masih dalam
masa pertumbuhan pada bayi atau pada ginjal yang sudah matang. Kasus bilateral
Prenatal Hydronephrosis pada prenatal atau bayi yang ginjalnya masih
berkembang dapat menghasilkan prognosis buruk jangka panjang, yang berakibat
pada kerusakan ginjal permanen meskipun obstruksinya sembuh pada saat postnatal
(Onen, 2007).
Berdasarkan uraian di atas
kelompok kami membuat makalah ini untuk dapat mengetahui dan memahami gangguan Hydronephrosis serta agar dapat memberikan pencegahan dan
asuhan keperawatan yang tepat bagi klien dengan gangguan hidronefrosis.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apakah
definisi dari hydronephrosis?
2.
Apakah
etiologi dari hydronephrosis?
3.
Apakah
patofisiologi hydronephrosis?
4.
Apakah
manifestasi klinis hydronephrosis ?
5.
Apakah
macam-macam pemeriksaan diagnostik dari hydronephrosis?
6.
Bagaimanakah
penatalaksanaan pada pasien hydronephrosis?
7.
Apakah
komplikasi hydronephrosis?
8.
Apakah
prognosis dari hydronephrosis?
9.
Bagaimanakah
asuhan keperawatan pada klien dengan hydronephrosis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan
Umum
Setelah proses pembelajaran mata
kuliah Keperawatan Perkemihan 1 diharapkan mahasiswa semester 6 dapat mengerti dan memahami
asuhan keperawatan pada klien dengan hidronefrosis dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan.
1.3.2
Tujuan Khusus
1)
Untuk mengetahui definisi
Hideronefrosis.
2)
Untuk
mengetahui etiologi Hideronefrosis.
3)
Untuk
mengetahui patofisiologi Hideronefrosis.
4)
Untuk
mengetahui manifestasi klinis Hideronefrosis.
5)
Untuk
mengetahui pemeriksaan diagnostik Hideronefrosis
6)
Untuk
mengetahui penatalaksanaan Hideronefrosis.
7)
Untuk
mengetahui tentang Web of Cause Hideronefrosis.
8)
Untuk
mengetahui komplikasi Hideronefrosis
9)
Untuk
mengetahui prognosis Hideronefrosis
10)
Untuk
mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Hideronefrosis.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Definisi
Hidronefrosis
Hidronefrosis
adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua ginjal
akibatadanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik
sehingga tekanan di ginjal meningkat. Hidronefrosis adalah obstruksi aliran
kemih proksimal terhadap kandung kemih dapatmengakibatkan penimbunan cairan
bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada
parenkim ginjal.Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih,
tekanan balik akan mempengaruhi kedua
ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu
atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak.
Hidronefrosis merupakan suatu keadaan pelebaran dari pelvis ginjal
dan kalises. Adanya hidronefrosis harus dianggap sebagai respons fisiologis
terhadap gangguan aliran urine. Meskipun hal ini sering disebabkan oleh proses
obstruktif, tetapi dalam beberapa kasus, seperti megaureter sekunder untuk
refluks pralahir, sistem pengumpulan mungkin membesar karena tidak adanya
obstruksi (Arif Muttaqin dan Kumala Sari, 2012).
Hidronefrosis
adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh obstruksi aliran keluar urin
oleh batu atau kelainan letak arteria yang menekan ureter sehingga pelvis
membesar dan terdapat destruksi progresif jaringan ginjal (Gibson, 2003).
2.2 Klasifikasi
Hidronefrosis
Dari hasil pemeriksaan radiologis
hidronefrosis terdapat 4 grade hidronfrosis, diantaranya (Beetz dkk, 2001) :
a. Hidronefrosis
Derajat 1
Hasil yang ditemukan berupa dilatasi pelvis renalis
tanpa dilatasi kaliks berbentuk Blunting alias tumpul
b. Hidronefrosis
Derajat 2
Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor, kaliks
berbentuk flattening, alias mendatar
c. Hidronefrosis
derajat 3
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks
minor. Tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias
menonjol. Adanya tanda minor atrofi ginjal (papilla datar dan forniks tumpul)
d. Hidronefrosis
derajat 4
Dilatasi pelvis
renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta adanya penipisan korteks batas
antara pelvis ginjal dan kaliks hilang. Tanda signifikan adanya atrofi ginjal
(parenkis tipis). Calices berbentuk ballooning alias menggembung.
Gambar.Grade Hidronefrosis
2.3 Etiologi
Hidronefrosis
Menurut Parakrama & Clive
(2005) penyebab yang bisa mengakibatkan hidronefrosis adalah sebagai berikut:
a. Hidronefrosis
Unilateral
Obstruksi pada salah satu sisi
saluran kemih pada umumnya disebabkan oleh proses patologik yang letaknya
proksimal terhadap kandung kemih. Keadaan ini berakibat hidronefrosis dan dapat
menyebabkan atrofi serta kehilangan fungsi salah satu ginjal tanpa menyebabkan
gagal ginjal. Penyebab obstruksi unilateral adalah:
1) Obstruksi sambungan ureteropelvik (sambungan
antara ureterdan pelvis renalis)
a) Kelainan
struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis terlalu
tinggi
b) Lilitan
pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah
c) Batu
di dalam pelvis renalis
d) Penekanan
pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteri atau vena yang letaknya abnormal, dan
tumor
2) Obstruksi
adanya penyumbatan dibawah sambungan ureteropelvik
a)
Batu di dalam ureter
b)
Tumor di dalam atau di dekat ureter
c)
Penyempitan ureter akibat cacat bawaan,
cedera, infeksi, terapi penyinaran atau pembedahan
d)
Kelainan pada otot atau saraf di kandung
kemih atau ureter
e)
Pembentukan jaringan fibrosa di dalam
atau di sekeliling ureter akibat pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama
metisergid)
f)
Ureterokel (penonjolan ujung bawah
ureter ke dalam kandung kemih)
g)
Kanker kandung kemih, leher rahim,
rahim, prostat atau organ panggul lainnya
h)
Sumbatan yang menghalangi aliran air
kemih dari kandung kemih ke uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau
kanker
i)
Arus balik air kemih dari kandung kemih
akibat cacat bawaan atau cedera
j)
Infeksi saluran kemih yang berat yang
untuk sementara waktu menghalangi kontraksi ureter
3) Penyakit ureter
kongenital
4) Penyakit ureter
yang didapat didapat
b. Hidronefrosis
Bilateral
1) Hyperplasia prostat pada usia lanjut
2) Adanya katup uretra posterior
congenital
3) Pasien paraplegia dengan kandung
kemih neurogenik
4) Fibrosis retroperitoneum dan
keganasan
5) Disfungsi otot ureter yang timbul
pada masa kehamilan
Menurut Kimberly (2011) penyebab
dari hidronefrosis adalah sebagai berikut:
1) Hiperplasia Prostat Benigna (BPH)
2) Striktur uretra
3) Batu ginjal
4) Striktur atau
stenosis ureter atau saluran keluar kandung kemih
5) Abnormalitas
kongenital
6) Tumor kandung
kemih, ureter, atau pelvis
7) Bekuan darah
8) Kandung kemih
neurogenik
9) Ureterokel
10) Tuberkulosis
11) Infeksi
gram negatif
2.4 Patofisiologis
Hidronefrosis
Obstruksi total
akut ureter pada binatang percobaan menyebabkan pelebaran mendadak dan
peningkatan tekanan lumen bagian proksimal tempat obstruksi. Filtrasi
glomerulus tetap berlangsung dengan peningkatan filtrasi pada tubulus dan
penumpukan cairan di ruang interstisium. Peningkatan tekanan interstisium
menyebabkan disfungsi tubulus. Kerusakan nefron ireversibel terjadi dalam waktu
kira-kira 3 minggu. Pada obstruksi parsial, kerusakan ireversibel terjadi dalam
waktu yang lebih lama dan bergantung pada derajat obstruksi.
Sebagian besar
penyebab obstruksi saluran kemih yang diuraikan diatas menyebabkan obstruksi
parsial lambat terhadap aliran urine. Keadaan ini menyebabkan hidronefrosis dan
atrofi korteks ginjal progresif akibat kerusakan nefron yang berlangsung selama
berbulan-bulan atau bahkan tahunan. Hanya hidronefrosis bilateral yang dapat
menyebabkan gagal ginjal. Statis urine akibat obstruksi meningkatakan insidensi
pielonefritis akut dan pembentukan batu saluran kemih yang keduanya dapat
memperberat obstruksi.
Obstruksi
ureter akut oleh batu, bekuan darah, atau kerak papila renalis akan menyebabkan
kolik ureter akibat peningkatan peristalsis ureter. Kolik ureter merupakan nyeri
intermitten yang sering kali sangat berat pada sudut ginjal posterior dan
menjalar disekitar pinggang (flank) menuju daerah pubis. obstruksi unilateral
kronis biasanya asimtomatik bahkan pada obstruksi total dan umumnya berlanjut
dengan kerusakan ginjal permanen sebelum terdeteksi. Obstruksi parsial
bilateral kronis memberikan gambaran gagal ginjal kronis progresif, meliputi
hipertensi, kegagalan fungsi tubulus (poliuria, asidosis tubulus renalis, dan
hiponatremia), dan timbulnya batu saluran kemih atau pielonefritis akut.
Penanganan pasien tersebut dapat mengembalikan fungsi tubulus menjadi normal
bila dilakukan secara dini. Obstruksi bilateral total meneyebabkan gagal ginjal
akut tipe pascaginjal dan selanjutnya dengan cepat menuju ekmatian bila tidak
segera dikoreksi. Oleh karena itu, keadaan ini termasuk kegawatdaruratan medis (Kimberly, 2011).
Sedangkan menurut Vinay Kumar, dkk
(2007) Obstruksi bilateral total menyebabkan anoria, yang menyebabkan pasien
segera berobat. Apabila obstruksi terletak dibawah kandung kemih, gejala
dominant adalah keluhan peregangan kandung kemih. Secara paradoks, obstruksi
bilateral inkomplit menyebabkan poliuria bukan oliguria, akibat terganggunya
kemampuan tubulus memekatkan urin dan hal ini dapat menyamarkan sifat asli kelainan
ginjal. Sayangnya, hidronefrosis unilateral dapat tetap asintomatik dalam
jangka lama, kecuali apabila ginjal yang lain tidak berfungsi karena suatu
sebab. Ginjal yang membesar sering ditemukan secara tidak sengaja pada
pemerksaan fisik rutin. Kadang-kadang penyebab dasar hidronefrosis, seperti
kalkulus ginjal atau tumor obstruktif, menimbulkan gejala yang secara tidak
langsung menimbulkan perhatian ke hifronefrosis. Dihilangkanya obstruksi dalam
beberapa minggu biasanya memungkinkan pemulihan total fungsi, namun seiring
dengan waktu perubahan menjadi ireversibel.
2.5 Manifestasi
Klinis
Pasien
mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi
akutdapatmenimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terdapat infeksi
akan terjadi disuria,menggigil,demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi.
Hematuri dan piuriamungkin juga ada. Jikakedua ginjal kena maka tanda dan
gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti:
1)
Hipertensi (akibat retensi cairan dan
natrium).
2)
Gagal jantung kongestif.
3)
Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik
uremi).
4)
Pruritis (gatal kulit).
5)
Butiran uremik (kristal urea pada
kulit).
6)
Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
7)
Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan
kejang
Manifestasi
klinis yang sering muncul pada hidronefrosis unilateral, diantaranya (smeltzer
dan Bare,2002):
1) Aliran
urin berkurang
2) Jika
infeksi, gejala yang muncul yaitu disuria, menggigil dan nyeri tekan serta
pyuria
3) Nyeri kolik pada sisi ginjal yang terkena
4) Mual,
muntah, abdomen terasa penuh
5) Nyeri
hebat ginjal atau nyeri samar dibagian dipanggu dan pinggang
6) Nyeri
yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis renalis
2.6 WOC
Hidronefrosis
2.7 Pemeriksaan
Diagnostik
1) Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisis Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria
mikroskopik dapat menunjukkan adanya batu atau tumor. Hitung jumlah sel darah
lengkap: leukositosis mungkin menunjukkan infeksi akut. Kimia serum:
hidronefrosis bilateral dan hidroureter dapat mengakibatkan peningkatan kadar
BUN dan kreatinin. Selain itu, hiperkalemia dapat menjadi kondisi yang
mengancam kehidupan.
2) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi adalah metode yang cepat, murah, dan cukup
akurat untuk mendeteksi hidronefrosis dan hidroureter, namun, akurasi dapat
bergantung pada pengguna. Ultrasonografi umumnya berfungsi sebagai tes skrining
pilihan untuk menetapkan diagnosis dan hidronefrosis.
3) Pyelography Intravena (IVP)
Pyelography
intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan penyebab hidronefrosis
dan hidroureter. Intraluminal merupakan penyebab paling mudah yang dapat
diidentifikasi berdasarkan temuan IVP
4) CT Scan
CT
Scan memiliki peran penting dalam evaluasi hidronefrosis dan hidroureter.
Proses retroperitoneal menyebabkan obstruksi ekstrinsik dari ureter dan kandung
kemih dapat dievaluasi dengan sangat baik pada CT Scan.
2.8 Penatalaksanaan
Medis
a. Hidronefrosis
akut
1) Jika
fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka air
kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan(biasanya melalui
sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit).
2) Jika
terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka bisa
dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu
b. Hidronefrosis
kronik
Hidronefrosis kronis diatasi dengan
mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit
atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan
kembali.
1) Kadang
perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskanureter dari jaringan fibrosa.
2) Jika
sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan untuk
melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang
berbeda.
3) Jika
uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
a) Terapi
hormonal untuk kanker prostat
b) Pembedahan
dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa. Jika
sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan untuk
melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang
berbeda. Pembedahan pada hidronefrosis akut biasanya jika infeksi dapat
dikendalikan dan ginjal berfungsi dengan baik.
c) Pelebaran
uretra dengan dilator
Adapun
penanganan medis yang diberikan kepada
klien hidronefrosisi, diantaranya :
1) Nefrotomi
Hal ini dilakukan jika hidronefrosisyng disebabkan
karena adnya obstruksi saluran urin bagian atas yang tidak memungkinkan ginjal
mengalirkan urin ke system urinaria bagian bawah dikarenakan adanya batu,
infeksi, tumor, atau kelainan anatomi. Hidronefrosis yang terjadi pada
transplantasi ginjal. Tindakan ini dilakukan dengan memasukkan sebuah kateter
melalui kulit bagian belakang (panggul)
ke dalam ginjal. Tujuan dari tindakan ini untuk mengatasi penumpukan
atau pengumpulan urin pada ginjal yang terjadi karena obstruksi yang
menghalangi keluarnya urin.
2) Extracorporeal
Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
Merupakan suatu tindakan medis yang menangani renal
kalkuli yang menghancurkan batu ginjal menggunakan getaran dari luar tubuh ke
area ginjal. ESWL bekerja melalui
gelombang kejut yang dihantarkan melalui tubuh ke ginjal. Gelombang ini akan
memecahkan batu ginjal menjadi ukuran lebih kecil untuk selanjutnya dikeluarkan
sendiri melalui air kemih. Gelombnag yang dipakai berupa gelombang ultrasonic,
elektrohidrolik atau sinar laser.
3) Nefrolitotomi
Perkutanaous Nephrolithotomi merupakan salah satu
tindakan minimal invasive dibidang urologi yang bertujuan mengangkat batu ginjal
dengan menggunakan akses perkutan untuk mencapai system pelviokalises yang
memberikan angka bebas batu yang tinggi.
4) Stent
Ureter
Tindakan ini merupakan alat berbentuk pipa yang
dirancang agar dapat ditempatkan di ureter untuk mempertahankan aliran urin
pada penderita obstruksi ureter, memulihakan fungsi ginjal yang terganggu, dan
memperthankan caliber atau patensi ureter sesudah pembedahan. Stent ini terbuat
dari silicon yang bersifat lunak dan lentur.
2.9 Komplikasi
Hidronefrosis
Menurut
Kimberly (2011) penyakit hidronefrosis dapat menyebabkan komplikasi sebagai
berikut:
1) Batu ginjal
2) Sepsis
3) Hipertensi
renovaskuler
4) Nefropati
obstruktif
5) Infeksi
6) Pielonefritis
7) Ileus paralitik
2.10 Prognosis
Hidronefrosis
Prognosis
hidronefrosis sangat bervariasi dan tergantung pada kondisi yang berkaitan
dengan hidronefrosis itu sendiri, apakah satu ginjal (unilateral) atau keduanya
(bilateral) yang terkena, fungsi ginjal yang sudah ada sebelumnya, dan
lamanya hidronefrosis (akut atau kronis).
Pada kebanyakan
bayi, hidronefrosis ringan sampai sedang membaik sejalan dengan waktu dan
mungkin tidak memerlukan pengobatan, terutama bila kaliks tidak berdilatasi.
Namun, riwayat alamiah hidronefrosis yang didiagnosis saat prenatal tidak
sepenuhnya dimengerti dan pemantauan jangka panjang dapat dianjurkan. (Nelson,
2000).
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
3.1 Asuhan
Keperawatan Umum
3.1.1
Pengkajian
A. Anamnesa
1.
Identitas
Klien
a.
Nama
(Nama klien sangat dibutuhkan sebagai identitas klien)
b.
Umur
(Umur dapat mengidentifikasi penyebab dari hidronefrosis yang terjadi
pada orang dewasa)
c.
Jenis
kelamin (Jenis kelamin bisa untuk identifikasi penyebab misalnya pada pria
lansia penyebab tersering ialah akibat obstruksi uretra pada pintu
kandung kemih akibat pembesaran prostat. Pada perempuan hamil bisa terjadi akibat
pembesaran uterus)
d.
Agama
e.
Pendidikan
f.
Pekerjaan
(Pekerjaan klien dapat berpengaruh terhadap penyebab klien menderita
hidronefrosis, misalnya sopir atau sekretaris yang pekerjaannya banyak untuk
duduk sehingga meningkatkan statis urine)
g.
Status
Perkawinan
2.
Keluhan
Utama
Keluhan yang dirasakan px biasnya nyeri pada daerah
perut bagian bawah tembus pinggang
3.
Riwayat
kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat
pasien terdahulu mungkin pernah mengalami penyakit batu ginjal, tumor,
pembesaran prostat, ataupun kelainan kongenital.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ialah
status kesehatan klien saat ini seperti klien berkemih sedikit tergantung
periode penyakit, nyeri saat berkemih, nyeri panggul.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien ada yang menderita
penyakit polikistik ginjal herediter, diabetes mellitus, serta penyakit ginjal
yang lain.
4. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas dan istirahat (Kelelahan,
kelemahan, malaise)
b. Integritas ego (Faktor stress,
perasaan tidak berdaya, menolak cemas, marah)
c. Elimasi (Penurunan frekuensi,
oliguri, anuri, perubahan warna urin)
d. Makanan/cairan (Penurunan berat
badan karena malnutrisi, anoreksia, mual, muntah)
e. Nyeri/kenyamanan (Nyeri abdomen,
nyeri tulang rusuk dan tulang panggul, gelisah, distraksi tergantung derajat
keparahan)
f. Interaksi sosial (Tidak mampu
bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasa)
g. Persepsi diri Kurangnya pengetahuan,
gangguan body image.
h. Sirkulasi Peningkatan tekanan darah,
kulit hangat dan pucat.
B.
Pemeriksaan Fisik
1)
Kulit : pada Inspeksi didapatkan warna kulit sawo
matang,palpasi turgor cukup
2)
Kepala : Mesochepal, rambut hitam, distribusi
merata, tidak mudah dicabut.
3)
Mata :Conjungtiva merah muda, sclera putih,
pupil bulat, isokor, reflek cahaya(+/+).
4)
Telinga : Simetris, serumen (+/+) dalam batas
normal.
5)
Hidung : simetris, septum di tengah, selaput
mucosa basah.
6)
Mulut : gigi lengkap, bibir tidak pucat,
tidak kering
7)
Leher : trachea di tengah, kelenjar lymphoid
tidak membesar, kelenjar tiroid tidak membesar, tekanan vena jugularis tidak
meningkat.
8)
Thorax :
a.
Jantung: Ictus cordis tidak tampak dan
tidak kuat angkat, batas jantung dalam batas normal, S1>S2, regular, tidak
ada suara tambahan.
b.
Paru-paru: Tidak ada ketinggalan gerak,
vokal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan tidak ada, sonor seluruh lapangan
paru, suara dasar vesikuler seluruh lapang paru, tidak ada suara
tambahan.
c.
Abdomen :
I: Perut datar, tidak ada benjolan
A: Bising usus biasanya dalam batas
normal.
P: Timpani seluruh lapang abdomen
P: ada nyeri tekan, hepar dan lien
tidak teraba, tidak teraba massa.
Pada pasien
dengan hidronefrosis berat, palpasi ginjal dapat teraba. Dengan hidronefrosis
bilateral, edema ekstremitas bawah dapat terjadi. Sudut kostovertebral pada
satu sisi yang terekena sering lembut. Adanya kembung pada kandung kemih yang
teraba jelas menambah bukti bahwa adanya obstruksi saluran kemih.
d. Ekstremitas
Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot cukup. Inferior :
deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema (-), tonus otot
cukup.
C.
Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
1)
Urinalisis : Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria
mikroskopik dapat menunjukkan adanya batu atau tumor, Volumenya <400 ml/ hari dalam 24-28jam setelah
ginjal rusak, Warna urin Kotor, terdapat sedimen kecoklatan yang
menunjukkan adanya darah, mioglobin, dan porfirin.
2)
Hitung jumlah sel darah lengkap:
leukositosis mungkin menunjukkan infeksi akut.
3)
Kimia serum: hidronefrosis bilateral
dan hidroureter dapat mengakibatkan peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Selain
itu, hiperkalemia dapat menjadi kondisi yang mengancam kehidupan.
b. Radiodiagnostik
1) USG abdomen
Berfungsi
sebagai tes skrining pilihan untuk menetapkan diagnosis dan hidronefrosis.
2)
IVP
Pyelography
intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan penyebab hidronefrosis
dan hidroureter. Intraluminal merupakan penyebab paling mudah yang dapat
diidentifikasi berdasarkan temuan IVP
3)
Renogram / RPG
4)
Poto thorax
5) ECG : untuk
mengetahui elektrolit dalam tubuh
3.1.2
Analisis Data
NO
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
1
|
DO :
-
Klien
tampak meringis
-
Pernafasan
klien cepat
-
Tamnpak
gelisah
-
Skala
nyeri klien 8
DS :
-
Klien
mengatakan nyeri di bagian pinggang
|
Obstuksi Aliran Urin
↓
Tekanan saluran Kemih
↓
Kolik renalis/nyeri pinggang
↓
Nyeri Akut
|
Nyeri Akut
|
2
|
DO :
-
Urin klien kurang dari 400 ml/ hari dalam
24-28jam
-
Warna
urin klien kotor (coklat)
DO :
-
Klien
mengatakan urinnya yang keluar sedikit
|
Hidronefrosis
↓
Refluks urin ke ginjal
↓
Retensi urin
↓
Gangguan pola
eliminasi urin
|
Gangguan Eliminasi Urin
|
3
|
DO :
-
Nafas
klien berbau ammonia
-
Klien
hanya menghabiskan makan ¼ porsi
-
BB
klien menurun dari 69 menjadi 50
DS
:
-
Klien
mengatakan tidak mau makan
-
Klien
merasa mual dan muntah
|
Obstruksi aliran urin
↓
Kerusakan ginjal
↓
Kegagalan ginjal membuang limbah
metabolic
↓
Pe# ureum dalam darah
↓
Di sis. Pencernaan
↓
Anoreksia, mual, muntah
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
|
4
|
DO :
-
Suhu
Badan klien 37,90C
-
Hasil
pemeriksaan lab darah : peningkatan leukosit, keratin menurun
-
Diagnose
Hidronefrosis
DS:
-
Klien
merasa demam
-
Klien
merasa lemas dan lemah
|
Hidronefrosis
unilateral
↓
Terdapat
obstruksi
↓
Refluk urin ke
ginjal
↓
Peningkatan
jumlah urin di ginjal
↓
Kontaminasi kuman
↓
Risiko Infeksi
|
3.1.3
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri
Akut berhubungan dengan peningkatan jumlah volume urin pada ginjal
2. Gangguan
eliminasi urin berhubungan dengan perubahan jumlah urin
3. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah
4. Resiko
infeksi berhubungan dengan depresi pertahanan imunologi sekunder terhadap
uremia
3.1.4
Intervensi Keperawatan
Diagnosa
|
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Nyeri akut b/d Peningkatan jumlah
volume urin pada ginjal
|
NOC
:
a. Pain
level
b. Pain
control
KH
:
-
Mampu
mengontrol nyeri
-
Melaporkan
bahwa nyeri berkurang dgn menggunakan manajemen nyeri
-
Mampu
mengenali nyeri
-
Menyatakan
rasa nyamansetelah nyeri berkurang
|
NIC
:
a) Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kulitas, dan
factor presipitasi
b) Observasi reaksi nonverbal
c) Kaji kultur yang mempengaruhi
nyeri
d) Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau
e) Control lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri
f) Kaji tipe dan sumber nyeri
g) Berikan analgetik
h) Lakuakn pengobatan non
farmakologik
|
Gangguan pola eliminasi urin b/d perubahan
jumlah urin
|
NOC
a) urinary
elimination
b) urinary
continuece
kriteria hasil:
-
intake
cairan dalam rentang normal
-
kantung
kemih secara penuh
-
tdak
ada residu urine > 100-200cc
-
balance
cairan seimbang
|
NIC:
(a) Memenatau asupan dan keluaran
(b) Memntau tingkat distensi kandung
kemih dengan palpasi dan perkusimeransang reflex kandung kemih
(c) Masukan kateter kemih
(d) Menyediakan penghapusan privasi
|
Intoleransi aktifitas b/d
penurunan aktivitas
|
NOC
a.
alergiy
conservation
b.
self care:ADL
Kriteria hasil:
-
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik
tanpa disertai peningkatan tekanan darah nadi dan pernafasan
-
mampu melakukan aktivitas sehari-hari
|
NIC
Energy
management
(a) Obserpasi adanya batasan klien dalam beraktivitas
(b) kaji adnya
faktor yang menyebabbkan kelelahan
(c) monitor
nutrisi dan sumber energi yang adekuat
(d) monitor akan
adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebih
Activity terapy
(a) bantu klien
untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
(b) bantu untuk
memilih aktivitas konsisiten yang sesuai dengan kemamuan fisik dan psikologis
(c) Bantu untuk
mendapatkan alat bantuan aktivitas
(d) Kolaborasi
dengan tenaga rehabilitasi medic dalam merencanakan program terapi yang tepat
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual, muntah
|
NIC
a) Nutritional status: food and fluid
intake
KH:
-
adanya peningkatan berat badan sesuai
dengan tujuan
-
mampu mengidentifikasi kebutuhan
nutrisi
-
adanya keinginan untuk makan
-
yakinkan diet yang dimakan klien
mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
|
NIC
Nutrition
management
(a) kaji adanya
alergi makanan
(b) kaji
kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
(c) yakinkan diet
yang dimakan mengandung tinggi serat
(d) monitor
jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Nutrition monitring
(a) berikan
informasi tentang kebutuhan nutrisi
(b) kalaborosi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien
(c) BB pasien
dalam batas normal
(d) monitor
adanya penurunan berat badan
(e) onitor
lingkungan selama makan
(f) monitor mual
dan muntah
(g) Monitor kalori
dan intake nutrisi
|
Resiko
infeksi berhubungan dengan depresi pertahanan imunologi sekunder terhadap
uremia
|
NOC
a. Risk control Knowledge
Kriteria Hasil :
-
Identifikasi
risiko infeksi
-
Menjaga
kebersihan lingkungan
-
Menggunakan
universal precaution dalam melakukan tindakan keperawatan
-
Melakukan
strategi control infeksi
|
NIC
Infection
Control
(a)
Pertahankan
teknik aseptik’
(b)
Cuxi
tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
(c)
Gunakan
baju, sarung tangan sebagai alat perlindung
(d)
Gunakan
kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kemih
(e)
Tingkatkan
intake nutrisi
(f)
Kolaborasi
: Berikan terapi antibiotik
|
3.2 Asuhan
Keperawatan Kasus Hidronefrosis
3.2.1
Kasus
Pada
tanggal 3 Maret Tn.X yang berusia 50 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan
BAK bercampur darah disertai nyeri pada daerah perut dan punggung sejak 10 hari
yang lalu. Nyeri bertambah berat saat
duduk ketika mengendarai motor. Klien mengatakan tidak nafsu makan dan minum.
Klien juga mengeluh Buang Air Kecilnya sedikit dan jarang. Setelah dilakukan
pemeriksaan fisik didapatkan data TB: 169 cm, BB: 49 Kg, Nadi 110 x/menit, TD 130/90
mmHg, suhu 38,1oC, RR 24 x/menit. Klien terlihat lemah dan
kesakitan. Hasil palpasi kandung kemih terasa penuh. Pemeriksaan urinalisis: pH
urin 9 dan adanya darah dalam urin. Hasil pemeriksaan USG abdomen, nampak
adanya striktur pada uretra. Pemeriksaan darah BUN: 25 mg/dl, creatinin: 2 mg/dl, kalium: 6
mEq/L. Tn. C didiagnosis Hidronefrosis. Keluarga klien tidak ada yang memiliki
penyakit yang sama seperti klien.
3.2.2
Pengkajian
A. Anamnesa
a. Identitas
Klien
Nama Klien :
Tn.X
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Umur :
50 tahun
Pendidikan :
SMA
Pekerjaan :
Tukang Ojek
Suku/Bangsa :
Jawa/Indonesia
b. Keluhan
Utama
Keluhan utama yang dirasakan klien yaitu BAK
bercampur darah
c. Riwayat
Penyakit Sekarang
Klien dibawa ke rumah sakit pada
tanggal 3 maret dengan keluhan BAK bercampur darah disertai nyeri pada daerah
perut dan punggung sejak 10 hari yang lalu. Nyeri bertambah berat saat duduk ketika mengendarai motor. Klien
mengatakan tidak nafsu makan dan minum. Klien juga mengeluh Buang Air Kecilnya
sedikit dan jarang.
Skala Nyeri dari pengkajian menurut
PQRST :
a)
P (palliative/provocative): Nyeri kolik akibat adanya
obstruksi saluran ginjal
b)
Q (quality/quantity ): Klien merasa nyeri pada abdomen bagian bawah yang dirasakan bersifat tumpul
dan hilang timbul.
c)
R (region): Abdomen
kanan bawah
d) S
(scale): Skala nyeri 6 (1-10)
e)
T (time): Nyeri
dirasakan hilang timbul sewaktu-waktu
d. Riwayat
Penyakit Dahulu
Klien mengatakan jika klien tidak pernah menderita
penyakit seperti yang diderita sekarang dan klien tidak pernah dirawat di Rumah
Sakit.
e. Riwayat
Penyakit Keluarga
Klien mengatakan jika tidak ada keluarga yang
memiliki penyakit seperti klien dan tidak ada penyakit keturunan.
B. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem pernafasan
(B1)
RR: 24x/menit, vesikuler
b. Sistem
kardiovaskuler (B2)
TD: 130/90 mmHg, N: 110x/menit, T : 38,1 oC
c. Sistem Persarafan
(B3)
GCS 456, klien terlihat lemah dan kesakitan
d. Sistem Perkemihan
(B4)
Oliguri,
Hematuri (BAK bercampur darah), pH 9. Mengeluh BAK bercampur darah disertai
nyeri pada daerah perut dan punggung sejak 10 hari yang lalu. BAK sedikit dan
jarang.
e. Sistem Pencernaan
(B5)
BB sekarang: 49 kg, TB 169 cm, BB SMRS 2 bulan yang lalu: 59 kg. Tidak nafsu makan. Porsi makan tidak
habis, hanya habis 1/3 porsi. Belum BAB selama 5 hari. Mual +, muntah +.
IMT = BB / (TB)2
IMT = 49 / (1,69)2Ã IMT = 49/2,86 = 17,13 Ã kurus
f. Sistem
Muskuloskeletal dan Integumen (B6 )
Sistem Muskuloskeletal dan integumen tidak ditemukan masalah.
C.
Pemeriksaan
Penunjang
1)
Pemeriksaan
urinalis : pH urin 9 dan adanya darah dalam urin
2)
Hasil
pemeriksaan USG Abdomen :nampak adanya striktur pada uretra
3)
Pemeriksaan
darah
a. BUN: 25 mg/dl (N pada laki-laki : 6-24 mg/dL)
b. Creatinin:
2 mg/dl ( N : 0,6-1,3 mg/dL)
c. Kalium:
6 mEq/L (N : 3,8-5,1 mEq)
3.2.3
Analisis Data
Data
|
Etiologi
|
MK
|
DS:
-
Pasien merasakan adanya nyeri pada daerah
perut dan punggung yang dirasakan hilang timbul sejak 10 hari yang lalu.
-
Klien mengatakan jika nyeri semakin bertambah
ketika duduk saat mengendarai motor
DO:
-
Pasien terlihat meringis menahan nyeri
-
Klien terlihat lemah
-
Hasil PQRST
P: Nyeri kolik akibat adanya obstruksi saluran ginjal
Q: Tumpul dan hilang timbul
R: Abdomen kanan bawah
S: Skala nyeri 6 (skala 1-10)
T: Nyeri dirasakan hilang timbul
-
Tanda tanda Vital
Nadi 110
x/menit, TD 130/90 mmHg, suhu 38,1 oC,
RR 24 x/menit.
-
Pemeriksaan darah BUN: 25 mg/dl, creatinin: 2 mg/dl, kalium: 6
mEq/L.
|
Obstruksi Ureter
↓
Penyempitan saluran kemih
↓
Penumpukan urin
↓
Penekanan ureter
↓
Obstruksi aliran urin
↓
Kolik renalis
↓
Nyeri
|
Nyeri akut
(00132)
|
DS:
a. Pasien mengatakan
tidak nafsu makan.
b. Pasien mengatakan
selalu ingin muntah ketika makan
DO :
a. BB awal 59 kg, BB
sekarang 49 kg.
b. Porsi makan tidak
habis
c. IMT : 17,13
d. Tampak lemas,
nafsu makan menurun, mual, muntah
|
Hidronefrosis
↓
Kegagalan membuang limbah metabolik
↓
Ureum dalam darah
↓
Racun dalam darah
↓
Mual, muntah
↓
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
|
Gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan
|
DS :
-
Pasien mengeluh sulit untuk BAK
DO:
-
Terjadi penurunan jumlah urin.
-
Pasien nampak tidak dapat mengatur jadwal
pengeluaran urinnya.
BUN: 25 mg/dl, creatinin: 2 mg/dl, kalium: 6
mEq/L
|
Hidronefrosis
↓
Refluks urin ke ginjal
↓
Retensi urin
↓
Gangguan pola eliminasi urin
|
Gangguan eliminasi urin
|
3.2.4
Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri
akut berhubungan dengan Obstruksi Ginjal
b. Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake makanan
c. Gangguan
eliminasi urin berhubungan dengan penyempitan ureter
3.2.5
Intervensi Keperawatan
Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan Obstruksi Ginjal
|
|
NOC
|
NIC
|
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan
keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang dengan Kriteria Hasil NOC:
a.
Mampu mengontrol
nyeri (mengetahui penyebab nyeri, dapat menggunakan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri)
b.
Melaporkan bahwa
nyeri berkurang dnegan manajemen nyeri
c.
Mampu memngenali
nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d.
Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri berkurang
e.
Tanda vital dalam
rentang normal
|
Pain Management (1400)
a.
Lakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan factor presipitasi
b.
Observasi reaksi
nonverbal dari ketidaknyamanan
c.
Gunakan teknik
komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
d.
Control lingkungan
yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
e.
Pilih dan lakukan
penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
f.
Ajarkan tentang
teknik non farmakologi (napas dalam, kompres hangat atau dingin)
g.
Memposisiskan
klien untuk memberikan rasaa nyaman
h.
Tingkatkan istirahat
i.
Kolaborasi :
Pemberian Analgesik sesuai indikasi
j.
Monitoring vital
sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali
|
Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurangnya intake makanan
|
|
NOC
|
NIC
|
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan Keperawatan diharapkan nutrisi klien adekuat
dengan Kriteria Hasil NOC :
1.
Klien akan
mengkonsumsi secara tepat jumlah kebutuhan kalori atau nutrisi yang di
programkan.
2.
Berat badan klien
akan meningkat.
3.
Klien memiliki energy
yang cukup sehingga tidak merasa lemas.
|
1.
Managemen Nutrisi (1100)
a.
Identifikasi alergi makanan
pada klien.
b.
Beri instruksi kepada pasien tentang kebutuhan nutrisi klien.
2.
Terapi Nutrisi
(1120)
Monitor
makanan/ cairan yang dicerna, masukan kalori dan dikalkulasi setiap hari
dengan tepat.
3.
Managemen Mual (1450)
a.
Kaji makanan yang
disukai dan tidak disukai klien
b.
Beri supplement
nutrisi sesuai kebutuhan
4.
Manajemen Energi (0180)
a.
Monitor intake
nutrisi untuk memastikan sumber nutrisi yang adekuat.
b.
Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang kebiasaan untuk meningkatkan intake makanan yang tinggi
energi
|
Diagnosa : Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan
penyempitan ureter
|
|
NOC
|
NIC
|
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan klien dapat berkemih
dengan jumlah normal dengan Kriteria Hasil NOC :
-
Frekuensi urin
dalam batas normal
-
Tidak terjadi
retensi urin
-
Warna urin
kuning jernih
-
Tidak
menunjukkan adanya tanda obstruksi
|
Manajemen eliminasi urin
a.
Monitor eliminasi urin mengenai frekuensi, konsistensi, volume, warna
b.
Monitor tanda dan gejala adanya retensi urin
c.
Mengkaji pemasukan cairan dan pengeluaran karakteristik urin
d.
Amati keluhan kandung kemih, palpasi untuk distensi suprapubik,
pertahanan penurunan keluaran urin
e.
Kolaborasi : pemasangan nefrotomy tube
|
3.2.6
Evaluasi
1.
Klien
mengatakan jika nyeri berkurang dalam skala 1-2
2.
Intake makanan meningkat dan nutrisi klien dapat terpenuhi
3.
Klien mengatakan dapat berkemih dengan jumlah nomal sekitar
1000-1500/hari
DAFTAR
PUSTAKA
De Jong, Sjamsuhidayat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. 3. Jakarta: EGC
Doenges,Marilyn E,dkk.2010.Nursing Care Plans.Ed.8.USA : Davis Plus
Mitchell.2006.Buku Saku Patologis Penyakit Ed.7.Trans:Andry Hartono.Jakarta:EGC
Kumar, Vinay, dkk. 2007. Buku
Ajar Patologi Robbins, Vol. 2, ed. 7. Jakarta: EGC.
Manski,Dr.med.Dirk.2015. Hydronephrosis and Upper Urinary Tract Obstruction.Available from : URL : http://www.urology-textbook.com/hydronephrosis.html [Diakses tanggal 15 Maret 2015]
Medkes.2013.ESWL.Hancurkan
Batu Ginjal Tanpa Operasi.Availabe from : URL : http://www.medkes.com/2013/12/eswl-hancurkan-batu-ginjal-tanpa-operasi.html [Diakses tanggal 15 Maret 2016]
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:
Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Ed. 8. Jakarta: EGC
Kak,woc nya sumber pribadi atau dri buku ya?
BalasHapus