BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Deformitas varus dan valgus merujuk kepada angulasi abnormal dari suatu ekstremitas. Deformitas angulasi tersebut dapat terjadi pada sendi, atau pada tulang di dekat sendi, namun dapat juga terjadi pada tangkai tulang.
Genu varum dan genu valgum, merupakan kekhawatiran umum pada tahun-tahun awal kehidupan. Genu varum adalah angulasi tulang dimana segmen distal dari sendi lutut menuju garis tengah, sedangkan genu valgum adalah angulasi tulang dimana segmen distal dari sendi lutut menjauhi garis tengah. Untuk mayoritas anak, masalah ini merupakan variasi normal (fisiologis), dan membaik secara spontan. Sebagian lainnya, akan mengalami masalah kosmetik ataupun fungsi yang memerlukan penyangga (brace) dan tindakan pembedahan. Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang baik dapat membantu mengevaluasi masalah tersebut.
1.2 Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini yakni untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Muskuloskeletal 1.
1.3 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa keperawatan dapat lebih memahami secara mendalam mengenai :
1. Bagaimana Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal?
2. Apa definisi genu valgum/genu varum?
3. Apa etiologi dari genu valgum/genu varum?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari genu valgum/genu varum?
5. Bagaimana patofisiologi dan WOC dari genu valgum/genu varum?
6. Apa saja komplikasi yang dapat ditemui pada pasien anak dengan genu valgum/genu varum?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien dengan genu valgum/genu varum?
8. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien anak dengan genu valgum/genu varum?
9. Prognosis seperti apakah yang dapat diperkirakan dari kasus genu valgum/genu varum?
10. Bagaimanakah asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien anak genu valgum/genu varum?
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan dan tumbuh kembang anak dengan genuvalgum/genuvarum” ini adalah agar mahasiswa keperawatan dapat lebih memahami secara mendalam mengenai tumbuh kembang anak dengan kelainan kongenital sistem muskuloskeletal genuvalgum/genuvarum, kemudian dapat dengan mudah melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien anak yang mengalami gangguan tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi
Secara anatomi sendi lutut adalah sendi penting pada tubuh manusia dengan bentuk sendi jenis synovial hinge joint dengan gerakan yang terjadi fleksi dan ekstensi. Fungsi dari sendi lutut itu sendiri adalah mempertahankan tegaknya tubuh, stabilisasi serta meredam tekanan. Karena struktur dan fungsinya yang kompleks, maka sendi lutut memiliki susunan anatomi dan biomekanik yang berbeda, sesuai dengan struktur pembentuknya. Untuk itu pemahaman struktur jaringan yang terkait dengan patologi dan penyebab gangguan nyeri lutut akibat tendinitis patellaris berikut dibahas beberapa aspek yang penting meliputi:
A. Tulang
1. Os Femur
Tulang femur merupakan tulang terpanjang dan terbesar dalam tubuh manusia yang bertugas meneruskan berat tubuh dari tulang coxae ke tibia sewaktu kita berdiri. Bagian proksimal dari tulang ini terdiri dari caput femoris yang bersendi dengan acetabullum, collum femoris dan dua trochanter major. Ujung distal tulang femur berakhir menjadi dua condylus yaitu epicondylus medialis dan epicondylus lateralis yang bersendi dengan tibia. Tulang femur terdiri dari epiphysis proksimal, diaphysis dan epiphysis distalis. Pada tulang femur ini yang berfungsi dalam persendian lutut adalah epiphysis distalis. Epiphysis distalis merupakan bulatan sepanjang yang disebut condylus femoralis lateralis dan medialis. Di bagian proksimal tonjolan tersebut terdapat sebuah bulatan kecil yang disebut epicondylus lateralis dan medialis. Dari depan terdapat dataran sendi yang melebar ke lateral yang disebut facies patellaris yang nantinya bersendi dengan tulang patella. Dan bagian belakang diantara condylus lateralis dan medialis terdapat cekungan yang disebut fossa intercondyloideal.
2. Os Patella
Tulang patella merupakan tulang sesamoid terbesar pada tubuh manusia. Tulang ini berbentuk segitiga pipih yang basisnya menghadapi ke proximal dan apex/ puncaknya menghadap ke distal. Tulang ini mempunyai dua permukaan, yang pertama facies articularis yang menghadap ke femur dan yang kedua facies anterior yang menghadap ke depan. Pada permukaan anterior kasar sedangkan permukaan dorsal memiliki permukaan sendi yaitu facies articularis medialis yang sempit Facies anterior dapat dibagi menjadi tiga bagian dan bergabung dengan tendon quadriceps. Pada sepertiga atas merupakan tempat pelekatan tendon quadriceps, pada sepertiga tengah merupakan tempat beradanya saluran vascular dan pada sepertiga bawah termasuk apex merupakan tempat awal ligamentum patella.
3. Os Tibia
Tulang tibia merupakan tulang besar yang menghubungkan antara femur dengan pergelangan kaki dan tulang-tulang kaki, serta merupakan tulang penyangga beban. Bagian proksimal tulang ini bersendi dengan condylus femur dan bagian distal memanjang ke medialis membentuk malleolus medialis yang bersendi dengan talus. Tulang tibia terdiri dari epiphysis proxsimalis, diaphysis, epiphysis diatalis. Epiphysis proxsimalis pada tulang tibia terdiri dari dua bulatan yang disebut condylus lateralis dan condylus medialis yang atasnya terdapat dataran sendi yang disebut facies artikularis lateralis dan medialis yang dipisahkan oleh ementio intercondyolidea. Lutut merupakan sendi yang bentuknya dapat dikatakan tidak ada kesusaian bentuk, kedua condylus dari femur secara bersama-sama membentuk sejenis katrol (troclea), sebaliknya dataran tibia tidak rata permukaannya, ketidaksesuaian ini dikompensasikan oleh bentuk meniscus.
B. Sendi
1. Tibiofemoral Joint
Sendi ini jenis sinovial hinge joint (sendi engsel) yang mempunyai dua derajat kebebasan gerak. Gerak flexi-extensi terjadi pada bidang sagital disekitar axis medio-lateral, dan gerak rotasi terjadi pada bidang tranversal disekitar axis vertical (longitudinal). Sendi tibiofemoral mempunyai dua permukaan yang berbeda, dimana permukaan condilus medialis lebih besar dari pada condilus lateralis, sehingga pada gerakan fleksi dan ekstensi, gerakan pada medialis lebih luas dari pada lateralis, dimana pada saat ekstensi terjadi gerakan eksternal rotasi. Diantara os tibia dan os femur terdapat sepasang meniscus yaitu meniscus medial dan meniscus lateral. Sendi tibiofemoral dibentuk oleh condylus femoris. Sendi ini mempunyai permukaan yang tidak rata yang dilapisi oleh lapisan tulang rawan yang relatif tebal dan meniscus. ROM pasif gerak fleksi berkisar 130°–140°. Hiperekstensi 5°-10° masih dalam batas normal. Derajat rotasi terbesar terjadi pada posisi 90° fleksi yaitu sekitar 45° lateral rotasi dan 15° medial rotasi. Arthrokinematik tibiofemoral joint adalah gerak traksi dan kompresi dengan arah caudal – cranial searah axis longitudinal tibia. Saat gerakan fleksi terjadi translasi kedorsal dan saat ekstensi terjadi translasi keventral. Selain itu saat fleksi dan ekstensi juga terjadi translasi ke medial dan lateral.
2. Patellofemoral Joint
Sendi ini jenis modified plane joint yang menghubungkan tulang femur dan patella. Sendi ini berfungsi membantu mekanisme kerja dan mengurangi friction quadriceps. Gerak geser patella terhadap femur mengikuti pola ulur gerak lurus melengkung ke medial lurus. Gerak geser patella ke proksimal dan ke distal saat ekstensi dan fleksi. Saat ekstensi disertai gerak geser patella ke medial hingga kembali lurus. Sendi patella femoralis mempunyai facies artikularis yang terdiri atas tiga permukaan pada bagian lateral dan satu permukaan pada bagian medial. Muskulus vastus lateralis, vastus intermedius dan rectus femoris sebagai stabilisator aktif berfungsi menarik patella kearah proksimal sedangkan muslukus vastus medialis berfungsi menarik patella ke arah medial sehingga posisi patella stabil.
3. Proximal Tibiofibular Joint
Sendi dengan jenis plane sinovial joint yang terbentuk antara caput fibula dengan tibia. Sendi ini turut berperan dalam menerima beban. Dilihat dari segi fungsional sendi ini lebih cenderung termasuk ke dalam persendian ankle karena pergerakan yang terjadi dilutut merupakan pengaruh gerak ankle ke arah cranial dorsal. Arthrokinematik dari sendi ini terdiri atas gerak geser ke cranial dan dorsal saat ankle joint melakukan dorsi fleksi. Sendi tibiofibular dibentuk oleh facies kapituli fibula dan facies articularis tibio fibular yang terdapat pada bagian lateral posterior kondilus lateral tibia, sendi ini merupakan hubungan antara os tibia dan os fibula yang berfungsi menahan beban yang diterima sendi lutut dari beban tubuh.
C. Otot
Otot fleksor lutut biasa disebut otot hamstring yang terdiri dari otot biceps femoris, otot semitendinosus dan otot semimembranosus.
1. M. Biceps Femoris
Otot ini terletak dibagian posterior dan lateral femur, musculus ini mempunyai dua caput, yaitu caput longum dan caput brevis. Caput longum, bekerja pada dua sendi berasal dari tuberischiadicum bersama-sama dengan m.semitendinosus. Caput brevis melekat di sepertiga tengah linea aspera labium lateral, dan juga melekat di septum intermusculare. Penyatuan dua caput membentuk m. Bicep femoris yang berinsertio pada sisi lateral caput fibula. Fungsi otot ini untuk fleksi sendi lutut dan lateral rotasi tungkai bawah yang fleksi. Origo : Tuber ischiadicum lateral linea aspera. Insertio : caput fibula lateralis dan candylus lateralis tibia. Innervasi : nervus tibialis, nervus peroneus communis dan fungsi : Fleksi knee, ekstensi hip
2. M. Semitendinosus
Otot ini berasal dari tuberischiadicum dan berjalan ke facies medialis tibia bersama sama dengan m. gracilis dan m. sartorius untuk bergabung dengan pes anserinus. Otot ini bekerja pada dua sendi, ekstensi pada sendi panggul dan fleksi pada sendi lutut dan rotasi medial tungkai bawah. Origo : Pars medialis tuberositas ischiadicum Insertio : Tuberositas tibia. Inervasi : Nervus Ischiadicus. Fungsi : Fleksi knee, ekstensi hip
3. M. Semimembranosus
Otot ini berasal dari tuberischiadicum. Otot ini berhubungan erat dengan m. semitendinosus. Dibawah ligamentum collaterale medial, tendonnya dibagi tiga bagian; bagian pertama berjalan ke anterior terhadap condylus medialis tibia, bagian kedua masuk ke fascia poplitea dan bagian ketiga melanjutkan diri ke dinding posterior capsula ligamnetum popliteum obliqum. Otot ini bekerja pada dua sendi dan berfungsi ekstensi sendi panggul dan fleksi sendi lutut dengan rotasi medial pada sendi lutut. Origo : Tuberositas ischiadicum. Insertio : Condylus medialis tibiae. Innervasi : nervus Ischiadicus Fungsi : Fleksi knee, ekstensi hip 20 Otot ekstensor lutut biasa disebut otot quadriceps yang berfungsi untuk gerakan lutut. Group otot ini terdiri dari 4 otot; yaitu m. rectus femoris, m. vastus medialis, m. vastus intermedius dan m. vastus lateralis. Dimana keempat otot ini berinsersio pada tuberositas tibia:
a. M. Rectus Femoris
Otot tersebut mempunyai dua tendon yang satu melekat di spina iliaca anterior superior (SIAS) dan caput reflexum dari pinggir atas lekuk sendi panggul di dalam sulcus supraacetabular dan terletak di bagian tengah anterior femur. Origo:Spina iliaca anterior inferior. Insertio : Basis patella. Inervasi : nervus femoris. Fungsi : Fleksi Hip, Abduksi Hip, Ekstensi Knee.
b. M. Vastus Medialis
Otot ini berasal dari linea aspera labium medial. Serabut otot ini terletak pada sisi bawah dan luar menuju tendon dimana serabut terbawahnya berada pada arah horizontal. Origo :Pars superior facies medialis femoralis. Insertio :½ bagian atas os. Patella. Inervasi : nervus Femoralis. Fungsi : Ekstensi Knee.
c. M. Vastus Intermedius
Otot ini berasal dari facies anterior dan lateralis corpus ossis femoris. Otot ini menutupi otot sendi lutut yang berasal dari bagian distal dan memancar ke capsular articularis sendi lutut. Origo : Pars superior facies medialis femoris. Insertio : Tuberositas tibia, Ligament patella. Inervasi : nervus femor is. Fung si : Ekstensi knee
d. M. Vastus Lateralis
Otot ini berasal dari facies lateralis trochantor major, linea intertrochanterica, tuberositas glutealis dan linea aspera labium lateral. Origo : Throcanter mayor dan separuh bagian atas facies lateralis linea aspera. Insertio : Lateral os.Patella. Inervasi : nervus Femoralis. Fungsi : Ekstensi knee.
D. Ligament
Ligament merupakan jaringan spesifik yang mempunyai sifat ekstensibility dan kekuatan yang cukup kuat yang berfungsi sebagai pembatas gerakan dan stabilisator pasif sendi. Ligament berdiri sendiri dan merupakan penebalan dari tunica fibrosus. Pada sendi lutut sendiri terdiri dari beberapa ligament, yaitu:
1. Ligament Cruciuatum
Ligamentum cruciatum anterior, yang berjalan dari depan culimentio intercondyloidea tibia ke permukaan medial condyler lateralis femur yang berfungsi menahan hiperekstensi dan menahan bergesernya tibia ke depan. Ligamentum cruciatum posterior, berjalan dan fades lateralis condylus medialis femoris menuju ke fossa intercondyloidea tibia, berfungsi menahan bergesernya tibia ke arah belakang.
2. Ligament Colateral
Ligamentum collateral lateral, berjalan dan epicondylus lateralis ke capitulum fibula yang berfungsi menahan gerakkan varus atau samping luar. Ligamentum collateral medial, berjalan dari epicondylus medialis ke permukaan medial tibia (epicondylus medialis tibia) berfungsi menahan gerakan valgus atau samping dalam eksorotasi. Namun secara bersamaan fungsi-fungsi ligament colateralle menahan bergesemya tibia ke depan pada posisi lutut 90°.
3. Ligament Popliteum Obliqum
Ligament popliteum obliqum, berasal dari condylus lateralis femur menuju ke insertio musculus semi membranosus melekat pada fascia musculus popliteum.
4. Ligament Tranversum
ligament transversum genu membentang pada permukaan anterior meniscus medialis dan lateralis.
E. Meniscus
Diantara os tibia dan os femur terdapat sepasang meniscus yaitu meniscus medial dan meniscus lateral. Meniscus memiliki beberapa fungsi pada sendi lutut, yaitu:
1. bantalan sendi dan menambah luas permukaan sendi lutut pada permukaan tibia sehingga memungkinkan gerakan sendi lutut lebih luas atau bebas,
2. membantu pelumasan dan menutrisi sendi juga sebagai peredam kejut (shock absorber) antara femur terhadap tibia,
3. menambah elastisitas sendi dan menyebar tekanan pada cartilago sehingga menurunkan tekanan antara dua condylus,
4. mempermudah gerakan rotasi,
5. meniscus juga mengurangi kerusan selama gerakan serta membantu ligament dan membantu capsul sendi dalam mencegah hyperekstensi sendi.
F. Kapsul Sendi
Kapsul sendi berfungsi sebagai stabilisator pasif, mengarahkan gerak sendi mencegah terjadinya dislokasi ke anterior, posterior, dan inferior serta memproduksi sinovium. Struktur jaringan kapsul dibentuk oleh jaringan ikat yaitu serabut kolagen yang sejajar bersilangan, elastin yang berwarna kuning, dan lentur, cell fibroblast yang menghasilkan kolagen dan matriks, serta matriks dengan komponen utama glikosaminoglikans dan air. Kapsul terdiri dari dua yaitu:
1. Kapsul sinovial
Kapsul ini mempunyai jaringan fibrokolagen yang agak lunak berfungsi menghasilkan cairan sinovial sendi dan sebagai transfomator makanan ke tulang rawan sendi.
2. Kapsul fibrosis
Kapsul ini memiliki jaringan fibrous keras berfungsi memelihara posisi dan stabilitas sendi, dan memelihara regenerasi kapsul sendi.
G. Bursa
Bursa merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan terjadinya gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh membran synovial. Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain:
1. Bursa supra patellaris, terletak dibawah m. quadriceps dan berhubungan erat dengan rongga sendi.
2. Bursa prepatellaris, terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan bagian depan belahan bawah patella dan bagian atas ligamentum patella.
3. Bursa infrapatellaris superficialis, terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan bagian depan belahan bawah ligamentum patella.
4. Bursa infrapatellaris profunda, terletak diantara permukaan posterior dari ligament patellae dan permukaan anterior tibiae. Bursa ini terpisah dari cavum sendi melalui jaringan lemak dan hubungan antara keduanya ini jarang terjadi.
5. Bursa recessus subpopliteus, ditemukan sehubungan dengan tendon m.popliteus dan berhubungan dengan rongga sendi
6. Bursa M. semimembranosus, ditemukan sehubungan dengan insertion m. Semi membrannnosus dan sering berhubungan dengan rongga sendi.
H. Innervasi
Pada regio lutut, tungkai mendapat persyarafan dari nervus ischiadicus yang berasal dari serabut lumbal ke-4 sampai dengan sacrum ke-3. Ini merupakan serabut yang terbesar di dalam tubuh yang keluar dan foramen ischiadicus mayor, berjalan terus disepanjang permukaan posterior paha ke ruang poplitea, lalu syaraf ini membagi dua bagian yang nervus peroneus communis dan nervus tibialis. Nervus peroneus communis pada dataran lateral capitulum fibula akan pecah menjadi nervus superficialis.
I. Vaskularisasi
Peredaran darah yang akan dibahas kali ini adalah sistem peredaran darah yang menuju ke tungkai atau sekitar sendi lutut, sebagai berikut:
1. Arteri fermoralis, merupakan lanjutan dari arteri iliaca external yang keluar dan cavum abdominalis lacuna vasorum lalu berjalan ke lateral dari venanya kemudian ke bawah menuju kedalam fossa illipectiana kemudian masuk ke canalis addectorius sehingga arteri poplitea masuk ke fossa poplitea disisi medial femur, lalu arteri femoralis bercabang menjadi cabang arteri superficial dan cabang profunda.
2. Arteri poplitea yang merupakan lanjutan dari arteri femoralis masuk melalui canalis addoktorius, masukfossa poplitea pada sisi flexor lutut, bercabang menjadi knees superior lateralis, knees superior medialis, knees inferior lateralis, knees inferior medialis.
3. Vena shapena parva berjalan dibelakang maleolus lateralis berlanjut ke Vena poplitea dan mengalirkan terus ke Vena saphena magna dan bermuara ke dalam Venafemoralis.
J. Biomekanik
Biomekanik adalah ilmu yang mempelajari gerakan tubuh manusia. Pada bahasan karya tulis ini penulis hanya membahas komponen kinematis, ditinjau dari gerak secara osteokinematika dan secara artrokinematika yang terjadi pada sendi lutut.
1. Osteokinematika Sendi Lutut
Lutut termasuk dalam sendi ginglyus (hinge modified) dan mempunyai gerak yang cukup luas seperti sendi siku, luas gerak fleksinya cukup besar. Osteokinematik yang memungkinkan terjadi pada sendi lutut adalah gerak flexi dan extensi pada bidang segitiga dengan lingkup gerak sendi untuk gerak fleksi sebesar ± 140° hingga 150° dengan posisi ekstensi 0° atau 5° dan gerak putarankeluar 40° hingga 45° dari awal mid posisi. Fleksi sendi lutut adalah gerakan permukaan posterior ke bawah menjauhi permukaan posterior tungkai bawah. Putaran ke dalam adalah gerakan yang membawa jari-jari ke arah sisi dalam tungkai (medial). Putaran keluar adalah gerakan membawa jari-jari ke arah luar (lateral) tungkai. Untuk putaran (rotasi) dapat terjadi posisi lutut fleksi 90°, R (<90°).
2. Arthrokinematika Sendi Lutut
Pada kedua permukaan sendi lutut pergerakan yang terjadi meliputi gerak sliding dan rolling, maka disinilah berlaku hukum konkaf-konvek. Hukum ini menyatakan bahwa “jika permukaan sendi cembung (konvek) bergerak pada permukaan sendi cekung (konkaf) maka pergerakan sliding dan rolling berlawanan, dan “jika permukaan sendi cekung, maka gerak slidding dan rolling searah”.
2.2 Definisi
Deformitas varus dan valgus merujuk kepada angulasi abnormal dari suatu ekstermitas. Deformitas angulasi tersebut dapat terjadi pada sendi, atau pada tulang di dekat sendi, namun dapat juga terjadi pada tangkai tulang. Genu varum atau bow leg (kaki O) adalah kondisi dimana lutut berjauhan saat kaki disatukan. Genu varum adalah angulasi tulang dimana segmen distal dari sendi lutut menuju garis tengah. Varus adalah angulasi yang mengikuti pola lingkaran imaginer dimana pasien berada.
1. Cubitus varus adalah berkurangnya sudut lipat siku (carrying angle).
2. Coxa vara adalah berkurangnya sudut leher-tangkai femoral (<130°).
3. Heel varus adalah berkurangnya sudut antara aksis kaki dengan tumit, seperti pada posisi inversi.
4. Talipes equinovarus adalah deformitas inversi dari kaki, biasa disertai dengan equinus (deformitas fleksi plantar) dari sendi pergelangan kaki (sering ditemukan pada kelainan kongenital clubfoot).
5. Metatarsus varus atau metatarsus aduktus (istilah yang lebih tepat) adalah deformitas aduktus dari bagian kaki depan (forefoot) terhadap bagian kaki belakang (hind foot).
6. Hallux varus adalah deformitas aduksi ibu jari kaki melalui sendi metatarso falangeal
Genu valgum atau knock knee (kaki X) adalah kondisi dimana kaki berjauhan saat lutut disatukan. Genu valgum adalah angulasi tulang dimana segmen distal dari sendi lutut menjauhi garis tengah. Valgus adalah angulasi yang tidak mengikuti pola lingkaran imaginer dimana pasien berada.
1. Cubitus valgus adalah meningkatnya sudut lipat siku (carrying angle)
2. Coxa valga adalah meningkatnya sudut leher-tangkai femoral (>130°)
3. Heel valgus adalah meningkatnya sudut antara aksis kaki dengan tumit, seperti pada posisi eversi.
4. Talipes calcaneo valgus adalah deformitas eversi dari kaki dengan kombinasi dengan calcaneus (deformitas fleksi dorsal) dari sendi pergelangan kaki.
5. Hallux valgus adalah deformitas abduksi ibu jari kaki melalui sendi metatarso falangeal.
2.3 Etiologi
Etiologi Genu Varum pada anak, penyakit blount merupakan penyebab utama genu varum patologis. Namun begitu, pada anak tersebut harus dievaluasi kemungkinan penyebab lainnya seperti, displasia metafisis, osteokondromatosis, hemihipertofi, hemimelia fibula atau tibia, displasia epifisis multipel, osteokondrodistrofi, akondroplasia, displasia fibrosa. Trauma atau infeksi pada fisis atau epifisis dan fraktur metafisis juga dapat berakibat pada deformitas varus. Kondisi yang melunakkan tulang seperti riketsia dapat menyebabkan deformitas varus atau valgus, bergantung kepada penjajaran anak pada awitan dari kondisi. Gangguan metabolik seperti riketsia mengganggu seluruh lempeng epifisis, sedangkan Blount’s disease menggangu hanya aspek medial dari tibia proksimal.
Etiologi Genu Valgum, Osteodistrofi renal sekunder dari insufisiensi ginjal kronik (renal rickets) merupakan penyebab tersering dari genu valgum. Penataksanaan medis yang semakin baik, dialisis renal dan transplantasi renal yang semakin tersedia secara bermakna meningkatkan kemungkinan hidup anak-anak ini. Tidak jarang, anak- anak dengan obesitas dapat berkembang menjadi genu valgum idiopatik. Selain itu, osteokondroma pada femur distal atau tibia proksimal menyebabkan gangguan pertumbuhan deformitas valgus atau lebih jarang varus. Trauma langsung dari lempeng epifisis tibia proksimal atau femur distal (seperti salter IV atau V) berakibat pada deformitas angular pada kemudian hari. Pada anak yang lebih muda, trauma metafisis tibia juga menyebabkan valgus progresif atau angulasi di kemudian hari. Penyebab lainnya meliputi infeksi, tumor, kelainan kongenital, dan kondisi herediter sepeti displasia metafisis dapat menyebabkan deformitas angular. Gangguan paralisis seperti cerebral palsy dan polio juga dapat menyebabkan defomitas rotasional dan valgus karena pita iliotibial yang kuat, menjadi deformitas valgus
2.4 Manifestasi Klinis
Tampakan klinis pada anak dengan genu varum dan genu valgum yang paling utama adalah pendeknya psotur tubuh anak, karena pada esktremitas bawah anak, terbentuk garis kesejajaran tibia dan femur yang abnormal (membentuk sudut ke arah medial atau ke arahlateral). Biasanya anak dengan genu varum menunjukkan postur tubuh pendek yang lebih abnormal dibandingkan pada anak dengan genu valgus.
Keluhan lain pada anak adalah pola jalan yang abnormal, pola jalan abnormal ini sering menimbulkan kesulitan berjalan pada anak, karena langkah anak akan melambat. Kesulitan berjalan ini sering nampak pada anak dengan sudut antara femur dan tibia lebih dari 15° baik pada genu varum dan genu valgus.
Pada kondisi yang progresif, yaitu angulasi yang dibentuk sangat progresif, terjadi gangguan titik tumpu berat tubuh terhadap sendi lutut, baik perpindahan titik tumpu ke arah medial dari pusat sendi lutut pada genu varum dan ke arah lateral dari pusat sendi lutut pada genu valgum, akan mengakibatkan penekanan berlebihan pada sendi lutut dan struktur yang ada di sekitarnya. Pada kondisi ini dapat muncul keluhan nyeri pada sendi lutut karena penekanan berlebih, juga dapat terjadi dislokasi atau subluksasi patella yang berulang
2.5 Patofisiologi
Pada anak berusia kurang dari 2 tahun, genu varum fisiologis sering terjadi, namun dapat membaik dengan sendirinya (self-limited) dan tidak berbahaya. Pada anak yang lebih tua dengan varus patologis, dengan lutut bergeser ke lateral, aksis mekanik jatuh pada kuadran dalam sendi lutut; pada kasus yang lebih buruk, aksis tersebut bahkan tidak berpotongan pada lutut. Sebagai akibatnya, kondilus femoral medial dan plateau medial dari tibia mendapat beban patologis. Efek Heuter-Volkmann akan menekan fisis dan bagian kartilaginosa struktur ini dan menghambat osifikasi normal dari epifisis
Pada genu valgum, aksis mekanik bergeser ke lateral, stress patologis memberi beban pada femur dan tibia lateral, menghambat pertumbuhan dan bahkan memicu terjadinya lingkaran setan. Tidak hanya pertumbuhan fisis terhambat, tetapi juga terjadi efek Heuter-Volkmann pada seluruh epifisis yang menghambat ekspansi tulang normal. Menurut prinsip Heuter-Volkmann, tekanan berkelanjutan atau berlebih pada epifisis memberikan efek inhibisi terhadap pertumbuhan.
2.6 WOC
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
Pada genu varum dan genu valgum dapat dilakukan beberapa pemeriksaan antara lain :
1. Laboratorium
Jika anak mengalami deformitas secara umum maka diperlukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya kelainan pada sistem metabolik yang meliputi :
a. Kalsium, fosfat, alkaline fosfat, kreatinin, dan hematokrit.
b. PTH
c. 25 Hydroxy Vitamin D
d. I-25 Dehydroxy Vit D
2. Radiografi
Plain radiografi adalah satu-satunya prosedur diagnostik yang diperlukan dalam kebanyakan kasus. Standar GOLD dokumentasi radiografi adalah full-length menahan beban anteroposterior (AP) pandangan ekstremitas bawah, diambil dengan patelae yang menghadap ke depan. Selain cacat lutut, mungkin ada varus dari femur proksimal atau distal tibia / fibula.
Anatomi yang relevan, selain kemungkinan pinggul dan pergelangan kaki cacat, termasuk femoralis distal dan proksimal tibia physes, salah satu atau keduanya dapat berkontribusi untuk varus malalignment. Sebuah tes skrining sederhana adalah untuk melihat full-length AP radiografi dengan lutut di bidang horizontal. Ketika film ini berorientasi sehingga lutut adalah pada bidang horizontal, mungkin mudah terlihat apakah femur, tibia, atau keduanya berkontribusi deformitas dan karena pada tingkat keberapa harus ditangani.
Cara terbaik untuk mengukur dan menentukan physes yang berkontribusi terjadinya deformitas adalah untuk mengukur anatomi sudut sendi-poros di setiap tingkat. Ini termasuk lateral distal sudut femoralis (LDFA), yang biasanya 84 °, dan proksimal sudut tibialis medis (PMTA), yang biasanya 87 °.
3. Tes-tes lain
Selain pemeriksaan klinis terdokumentasi dengan baik dan observasi kiprah (diulang seperlunya untuk mendokumentasikan perkembangan) dan radiografi standar yang telah disebutkan, tes lainnya umumnya tidak diindikasikan. Kecuali bar physeal dicurigai (yang tidak biasa), tidak perlu untuk menggunakan computed tomography (CT) atau magnetic resonance imaging (MRI). Dalam kasus tertentu, analisis gaya berjalan mungkin bisa dilakukan, tetapi tidak akan menentukan baik kebutuhan atau waktu intervensi.
2.8 Penatalaksanaaan
Pada pasien genu varum dengan MDA yang abnormal dan instabilitas lateral ditatalaksanai dengan penggunaan brace atau penjepit. Penjepit ini dibuat untuk memberikan tekanan pada tiga titik terhadap ekstremitas, untuk memberikan gaya valgus terhadap ekstremitas, dimana akan menyebabkan pembukaan dari bagian fisis medial tulang.
Hal yang mejadi kontroversi adalah kapan penjepit ini harus dipergunakan, apakah penggunaannya harus sepanjang waktu, atau apakah pemakaiannya saat dilakukan fisioterapi dengan penggunaan angkat beban (weight bearing), atau hanya dipergunakan saat pasien dalamkondisi tidur. Penggunaan penjepit ini efektif dalam sekitar 50% kasus, dimana perkembangan hasil terapinya dapat diobservasi antara tiga sampai dengan enam bulan. Padakasus dimana penggunaan penjepit ini tidak efektif, umumnya dilakukan proses pembedahan untuk mengkoreksi abnormalitas pada kaki anak tersebut.
Pada pasien genu valgum, angka penyembuhan spontannya sekitar 99%. Umumnya pasien yang ditatalaksanai dengan modifikasi sepatu, tidak memberikan hasil yang efektif. Pada pasien ini, kriteria untuk penentuan pakah harus dilakukan koreksi bedah sangat individual, namun dikatakan bahwa jika jarak intermalleolar lebih dari 15 cm dan sudut valgus yang dibentuk 15°, maka perlu dipertimbangkan untuk dilakukan pembedahan, mengingat gangguan fungsi fisiologis ekstremitas yang dapat terjadi pada kondisi seperti ini. Nyeri ligamen medial, kepincangan, dan onset dari subluksasi patella mempengaruhi keputusan operasi, walaupun fisiotoreapi, pengurangan berat badan jika diperlukan dan mungkin, serta modifikasi sepatu terbukti efektif. Jika genu valgum abnormal menetap, dapat dilakukan hemiepifisiodesis ketika anak telah berusia 10 hingga 13 tahun. Atau kondisi progresif ini dapat dikoreksi dengan stappling hemiepifisis.
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa stappling dengan pemasangan implant yang adekuat, dapat menurunkan hingga 10 cm jarak intermalleolar setelah satu tahun. Namun, yang harus diperhatikan adalah efek pertumbuhan yang muncul dengan penggunaan stappling ini, untuk mencegah efek pertumbuhan berlebih, setelah dirasa mencapai kesegarisan yang bersifat fisiologis (jarak intermalleolar normal), maka implant stappling harus segera dilepas. Walaupun stappling telah dilepaskan tepat pada waktunya, efek dari stappling ini, yaitu pertumbuhan berlebih dapat terjadi, sehingga diperlukan pengawasan yang ketat dengan pencitraan radiologis dan berdasarkan gambaran klinis pasien hingga dicapai maturitas tulang skeletal ini. Pada akhir usia pertumbuhan anak, jika dilakukan prosedur bedah, maka pilihannya adalah osteotomi. Kelainan valgus ini dapat bersifat sekunder terhadap kehilangan abduksi akibat kekakuan darisendi panggul ispsilateral atau dapat muncul sebagai deformitas kompleks pada dysplasiaskeletal, membutuhkan abdukssi (valgus) osteotomi pada proksimal femur dan juga osteotomi korektif diatas dan dibawah sendi lutut.
2.9 Komplikasi
Pada Genu Varum dimana terjadi angulasi medial dari pergelangan kaki dengan hubungannya ke paha, femur bisanya menjadi vertical secara abnormal dan sebagai akibatnya akan terjadi ketidakseimbangan berat tubuh: titik imbang berat tubuh akan jatuh pada secara medial ke bagian tengah atau pusat dari lutut. Kondisi ini akan mengakibatkan tekanan berlebih yang terjadi pada bagian medial (titik pusat) dari sendi lutut, dimana dapat menyebabkan artrosis (penghancuran dari kartilago pada lutut), dan stress berlebih pada ligamen kolateral fibular.
Sedangkan pada genu valgum terjadi angulasi lateral dari pergelangan kaki terhadap hubungannya dengan paha (sudut berlebihan dari lutut). Karena adanya sudut berlebihan yang dibentuk oleh lutut ini pada genu valgum, maka titik tumpu berat tubuh akan berada pada bagian lateral dari pusat sendi lutut. Konsekuensinya, ligamenkolateral tibial akan mengalami stretching berlebihan, dan juga terjadi stress berlebihan padameniscus lateralis dan kartilago dari femoralis lateralis dan stress berlebihan padakondilus tibial. Patella, yang pada normalnya terdorong ke arah lateral oleh tendon darivastus lateralis, pada individu dengan genu valgum akan terdorong lebih jauh ke arah lateral ketika pergelangan kaki ekstensi, sehingga artikulasi dengan femur akan menjadi abnormal. Kondisi keabnormalan sendi ini akan dapat menyebabkan terjadinya artrosis dari kartilagoartikular.
Jika genu varum atau genu valgum menetap dan dan tidak dilakukan koreksi, maka osteoarthritis dapat berkembang saat usia dewasa sebagai akibat dari stress intraartikular abnormal. Genu varum dapat menyebabkan gangguan pola jalan (pola jalan yang aneh) dan dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya sprain dan fraktur. Genu valgum yang tidak dikoreksi dapat subluksasi dan dislokasi berulang dari patella, dengan meningkatkan predisposisi untuk kemunculan kondromalasia dan nyeri serta fatigue pada sendi.
2.10 Prognosis
Pada genu valgum prognosisnya cukup baik, karena angka penyembuhan spontannya sekitar 99%. Genu valgum dapat persisten dengan derajat ringan baik pada anak dan usia dewasa (children). Prognosis untuk genu varum dan genu valgum cukup baik dengan tatalaksana menggunakan penjepit epifisis. Pada kondisi genu valgum dan genuvarum fisiologis umumnya akan terjadi perbaikan seiring dengan pertumbuhan anak.
Yang perlu dikhawatirkan apabila terjadi genu valgum dan genu varum yang menetap dengan perkembangan progresif. Pada kondisi ini walaupun telah dilakukan perbaikan biasanya komplikasi seperti artritis maupun dislokasi dan subluksasi patella yang berulang sering terjadi.
2.11 Asuhan Keperawatan
Kasus Semu
Kasus Semu;
An.B (laki-laki, 10 tahun) bersama ibunya Ny.S datang kepoli anak RSUA padat anggal 22 Maret 2015 dengan kondisi kaki An.B yang terlihat aneh dengan pembengkokan pada kaki yang membentuk huruf O. Ny.S merasakan ada yang aneh pada kaki anaknya karena tinggi badan An.B tidak berkembang seperti teman-temannya yang lain. Ketika berjalan An.B terlihat lebih lambat dan sering terjatuh.Hasil Pemeriksaan awal didapatkan :TD ; 100/90, BB: 38 kg, TB: 120cm, S: 36,8OC, RR: 22 x/menit, HR: 86x/menit.Kemudian dokter mendiagnosis An.B mengalami Genuvarum.
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : An. B
Usia : 10 thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Mulyorejo, Surabaya
2. Keluhan Utama
Kondisi kaki terlihat aneh dengan pembengkokan membentuk huruf O
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke rumah sakit dengan keluhan bentuk kaki yang menyerupai huruf O, pertumbuhan yang tidak sesuai dengan teman-temannya, dan jalan yang lebih berhati-hati atau melambat.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan bahwa sebelumnya klien tidak pernah dirawat di rumah sakit dengan penyakit yang berbeda
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Dari anggota klien tidak ada yang mengalami gangguan kesehatan seperti yang dialami klien.
6. Riwayat Kehamilan
Klien lahir normal pada usia kehamilan 37 minggu berat janin 2500 g
7. Persepsi keluarga tentang kondisi anak
Orang tua klien menerima penyakit anaknya sebagai cobaan dari Tuhan. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
1) BB : 38 kg
2) TB : 120 cm/1.2 m
IMT(BMI) = Berat Badan (Kg) = 38 = 38 = 26, 3
Tinggi badan (m) ² (1,2)² 1,44
b. Perkembangan
1) Tahap perkembangan Psikoseksual
Anak berada pada fase laten, dimana fada fase ini semua aktivitas dan fantasi seksual seakan-akan tertekan, karena perhatian anak lebih tertuju pada hal-hal di luar rumah. Tetapi keingin tahuan tentang seksualitas tetap berlanjut. Dari teman-teman sejenisnya anak-anak juga menerima informasi tentang seksualitas yang sering menyesatkan. Keterbukaan dengan orang tua secara efisien pada minat belajar dan pengembangan ketrampilan.
2) Tahap perkembangan usia sekolah 6-12 thn (industry Vs Inferiority)
· Perkembangan Fisik: Pertumbuhan fisik anak pada usia SD cenderung lebih lambat dan konsisten. tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti. Karena selama masa ini terjadi, terutama bertambahnya ukuran system rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ tubuh. Pada saat yang sama kekuatan otot-otot secara berangsur-angsur bertambah dan gemuk bayi (babyfat) berkurang. Pertambahan kekuatan otot ini adalah karena faktor keturunan dan latihan (olah raga). Karena factor perbedaan jumlah sel-sel otot, maka pada umumnya untuk anak laki-laki lebih kuat dari pada anak perempuan.
· Perkembangan Kognitif : Seiring dengan masuknya anak kesekolah dasar, kemapuan kognitifnya urut mengalami perkembangan yang pesat. Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Kalau pada masa sebelumnya daya fikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris maka pada masa ini daya pikir anak berkembang kearah berpikir kongkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat sehingga anak benar-benar berada dalam suatu stadium belajar.
· Perkembangan Psikologi : Perkembangan seorang anak seperti yang telah banyak terurai di atas, tidak hanya terbatas pada perkembangan fisik saja tetapi juga pada perkembangan psikologisnya : mental, sosial dan emosional.
B. PemeriksaanFisik (Review Of System)
Pemeriksaanfisikpadagenuvarumdidapatkanpemeriksaan:
1. Tanda-tanda vital :
TD : 100/90
S : 36,8OC,
RR : 22 x/menit,
HR : 86x/menit
2. Review Of System
a. B1 (Breath)
Tidak ditemukan masalah keperawatan
b. B2 (Blood)
Tidak ditemukan masalah keperawatan
c. B3 (Brain)
Tidak ditemukan masalah keperawatan
d. B4 (Bladder)
Tidak ditemukan masalah keperawatan
e. B5 (Bowel)
Tidak ditemukan masalah keperawatan
f. B6 (Bone)
· Kemampuan berjalan yang terlihat tidak seimbang (sempoyongan).
· Klien terlihat tidak bebas ketika menggerakkan kakinya
C. Analisa Data
Data
|
Etiologi
|
MK
|
DS:
Klien mengatakan mengalami sedikit kesulit ketika berlari
DO:
1. Klien terlihat tidak bebas ketika menggerakkan kakinya.
2. Tampak deformitas bentuk kaki O
|
Pergeseran sumbu rotasi persendian antara femur dan patella
Sudut kedua tulang tidak normal
Titik berat saat berdiri dan berjalan tidak diantara jari kaki pertama dan kedua
Mudah lelah saat berjalan
Hambatan mobilitas fisik
|
Hambatan Mobilitas Fisik
|
DS:
DO :
· BB : 38 Kg
· TB: 120 cm
|
Granuvarum
Berat badan berlebih
Obesitas
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
|
Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
|
DS :
DO : Ibu klien mengatakan bahwa kaki anaknya terlihat aneh dan terdapat pembengkokan
|
Granuvarum
Pembengkokan seperti huruf O
Pertumbuhan terhambat
Kurangnya pengetahuan keluarga
|
Kurangnya pengetahuan keluarga
|
E. DiagnosaKeperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan integritas struktur tulang(00085)
2. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan obesitas(00001)
3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit (00126)
F. IntervensiKeperawatan
Domain 4 (activity rest
class 2 (activity/exercise)
kode 00085
Diagnosa : Gangguan mobilitas fisik b.d perubahan integritas struktur tulang
| |
NOC
|
NIC
|
Ambulasi 0200
Domain 1 (functional health)
Kelas c (mobility)
1. Berjalan dengan gaya berjalan efektif
2. Berjalan pada kecepatan yang moderet
3. Berjalan jarak moderet
Mobilitas 0208
Domain 1 (functional health)
Kelas c (mobility)
1. Keseimbangan
2. Gerakan sendi
3. Penampilan posisi tubuh
4. Berlari
5. Melompat
6. Merangkak
7. Berjalan
8. Bergerak dengan mudah
|
Terapi aktivitas 4310
1. Tentukan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas spesifik
2. Dampingi pasien untuk focus pada kemampuan bukan pada ketidakmampuan
3. Damping pasien untuk mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diharapkan
4. Mendukung aktivitas yang kreatif, jika perlu
5. Membantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi deficit di tingkat aktivitas
6. Mengidentifikasi strategi untuk meningkatkan partisipasi pasien dalam kegiatan yang diinginkan
|
Domain 2 (nutrition)
class 1 (ingestion)
kode 00001
Diagnosa : perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d obesitas
| |
NOC
|
NIC
|
Dalam waktu 3 x 24 jam, kebutuhuan nutrisi dalam keadaan normal dengan Kriteria Hasil :
ü Menunjukan penurunan berat badan dengan pemeliharaan kesehatan optimal dalam waktu 4 x 1 minggu.
ü Pasien menunjukan perubahan pola makan dan keterlibatan individu dalam program latihan.
ü Menunjukan penurunan berat badan dengan pemeliharaan kesehatan optimal.
ü Menunjukkan status gizi : asupan makanan dan cairan melalui oral tidak berlebihan.
|
1. Timbang berat badan tiap hari.
2. Manajemen gangguan makan
3. Tekankan pentingnya menyadari kenyang dan menghentikan masukan.
4. Konseling nutrisi :memberi bantuan dengan proses interaktif yang berfokus pada kebutuhan untuk memodifikasi diet.
5. Kolaborasikan dengan ahli gizi
6. HealthEducation
Anjurkan klien untuk menghindari makan cepat saji, kafein dan minuman ringan |
Domain 5 (persepsi/ kognitif)
class 4(kognitif)
kode 00126
Diagnosa : Kurangnya pengetahuan keluarga b.d proses penyakit
| |
NOC
|
NIC
|
Pengetahuan : promosi kesehatan
1823
Domain : 6 (health knowledge & behavior)
Kelas S (Health Knowledge)
1. Perilaku Yang Meningkatkan Kesehatan
2. Strategi untuk mengelola stress
3. Sumber terkemuka perawatan kesehatan
4. Praktek gizi yang sehat
5. Strategi untuk manajemen berat badan
6. Latihan rutin yang efektif
Knowledge : health behavior 1805
Domain: 6(health knowledge & behavior)
Kelas S (Health knowledge)
1. Praktek gizi yang sehat
2. Manfaat olahraga teratur
3. Strategi untuk mengelola stress
4. Pola tidur bangun yang normal
5. Penggunaan yang aman dari obat non resep
6. Layanan perlindungan kesehatan
7. Teknik self scrinnning
|
Health Education 5510
1. Mengidentifikasi faktor-faktor internal maupun eksternal yang dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk perilaku sehat
2. Menentukan pengetahuan kesehatan dan gaya hidup perilaku saat indovidu, keluarga atau kelompok sasaran
3. Membantu individu, keluarga dan masyarakat dalam menjelaskan keyakinan dan nilai-nilai kesehatan
4. Mengidentifikasi karakteristik populasi target yang mempengaruhi pemilihan strategi pembelajaran
5. Memprioritaskan kebutuhan pelajar diidentifikasi berdasarkan preferensi klien, ketrampilan perawat, sumber daya yang tersedia, dan kemungkinan sukses pencapaian tujuan.
Counseling 5240
1. Membangun hubungan terapeutik berdasarkan kepercayaan dan rasa hormat
2. Menunjukkan empati, kehangatan, dan keaslian
3. Memberikan privasi dan menjamin kerahasiaan
4. Memberikan informasi faktual yang diperlukan dan tepat
5. Mendorong ekspresi perasaan.
|
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Genu varum atau bow leg (kaki O) adalah kondisi dimana lutut berjauhan saat kaki disatukan, sedangkan Genu varum adalah angulasi tulang dimana segmen distal dari sendi lutut menuju garis tengah.
Penyebab dari genu varum pada anak yaitu penyakit blount yang merupakan penyakit patologis namun harus dievaluasi adanya penyebab lain, seperti displasia metafisis, osteokondromatosis, hemihipertofi, hemimelia fibula atau tibia, displasia epifisis multipel, osteokondrodistrofi, akondroplasia, displasia fibrosa. Tanda gejala yang nampak pada anak dengan genu varum da genu valgum yang paling utama ialah pendeknya postur tubuh anak karena pada esktremitas bawah anak, terbentuk garis kesejajaran tibia dan femur yang abnormal (membentuk sudut ke arah medial atau ke arahlateral), pola jalan abnormal, dan munculnya keluhan nyeri pada sendi lutut karena penekanan berlebih.
Kompikasi yang ditimbulkan apabila genu varum dan genu valgum menetap dan tidak dilakukan koreksi, maka osteoarthritis dapat berkembang saat usia dewasa sebagai akibat dari stress intraartikular abnormal. Genu varum dapat menyebabkan gangguan pola jalan (pola jalan yang aneh) dan dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya sprain dan fraktur. Genu valgum yang tidak dikoreksi dapat subluksasi dan dislokasi berulang dari patella, dengan meningkatkan predisposisi untuk kemunculan kondromalasia dan nyeri serta fatigue pada sendi.
DAFTAR PUSTAKA
Helmi, Noor Zairin. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Greene, W.B. & Netter, F.H. 2006. Netter’s Orthopaedics, First Edition. Philadelphia: Elsevier Saunders.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). 2014. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions & Classification, 2015–2017. Oxford: Wiley Blackwell.
Heru Santoso Wahito Nugroho. 2009. Denver Developmental Screening Test. Jakarta : EGC
Kaneshiro, Neil. Knock knees. National Institutes of health. http//www.nml.nih.gov. diakses pada tanggal 25 Maret 2016
Moore K.L., Dalley, & Arthur, F. 2006. Clinically Oriented Anatomy, 5th Edition. Philadelphia: Lippincott Wiliams & Wilkins.
Pearce, Evelyn. C. 2000. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.Jakarta : Garamedia
Sloane, Ethel. 1994. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC
Stevens, P. 2013. Pediatrics Genu Valgum. . Diakses tanggal 25 Maret 2016 http://emedicine.medscape.com/article/1259772-overview
Tidak ada komentar:
Posting Komentar